Dalam dunia bisnis, siapa yang tak kenal dengan Bramono Sudjatmiko, seorang pengusaha muda, yang tampan dan juga sukses. Hidupnya, selalu di anugrahi kesenangan dan kesuksesan.
Usaha apapun yang di jalankan Bramono, selalu sukses dan berhasil, menambah pundi-pundi hartanya. Bramono, selain kaya raya dia juga tampan, hingga para wanita muda dan cantik saling berlomba menarik perhatiannya, hanya karena ingin berada di sampingnya.Namun sayang, dalam hal ini, Bramono terlihat tidak pernah bersyukur, karena Bramono sangat senang, hinggap dari satu wanita ke wanita lain. Tak pernah, satu wanita yang dia pertahankan lama, untuk berada di sisinya.Seperti saat ini, Bramono terlibat percekcokan, dengan seorang wanita, setelah mereka selesai bercinta, di atas tempat tidur yang empuk."Tapi, kita sudah melakukan itu!" Ucap Ratna dengan memelas."Bukan aku yang minta! Tapi kamu yang mau!" Balas Bramono sengit."Aku hanya ingin kamu tahu, jika aku benar-benar mencintai kamu! mau melakukan apapun demi kamu! bahkan menyerahkan kehormatan ku!" Balas Ratna"Tidak! Kamu pasti hanya ingin mengikatku, dengan memberikan keperawanan kamu padaku, berharap kamu bisa menuntut tanggung jawab dari hal itu! Untung saja, saat itu aku pakai pengaman!" Balas Bramono.Ratna mulai menangis, mendengar ucapan, yang menyakitkan hati, dari mulut Bramono barusan. Namun, Bramono seakan-akan tidak perduli dengan tangisan Ratna, karena setelah berkata seperti itu, Bramono tanpa permisi pergi begitu saja meninggalkan Ratna.Ratna, segera mengusap air matanya, tak menyangka jika Bramono akan begitu tega, melakukan itu semua padanya, padahal Ratna benar-benar jatuh cinta pada Bramono.Ratna jadi ingat. Saat pertama kali bertemu dengan Bramono. Ratna saat itu, memang langsung jatuh cinta pada Bramono yang tampan, apalagi setelah tahu, Bramono adalah seorang pengusaha muda yang sukses dan belum menikah.Dengan bantuan ayahnya, Ratna akhirnya bisa dekat dengan Bramono, Bramono pun terlihat menerima baik Ratna ada di dekatnya. Beberapa kali mereka pergi keluar bersama, Ratna merasa sangat senang, karena Bramono ternyata pria yang sangat royal. Apapun yang di minta Ratna, selalu di beri oleh Bramono, hingga Ratna menduga, jika Bramono pun mempunyai rasa yang sama dengan nya.Setelah sebulan lamanya, tanpa ada kata cinta terucap dari bibir Bramono, Ratna tidur dan make a love, bersama dengan Bramono. Dengan menyerahkan keperawanannya, secara sukarela, karena dia memang sangat mencintai Bramono.Dengan memberikan hal yang paling berharga, Ratna berharap, hubungannya dengan Bramono, makin dekat dan erat. Tapi, ternyata Ratna salah, setelah peristiwa itu terjadi. Bramono bukannya lebih dekat dengannya, tapi malah menjauh, bahkan terkesan menghindar, seperti takut di minta tanggung jawab.Ratna ingin sekali mengadu hal ini kepada Ayahnya, tapi Ratna ingat, Ayahnya pernah memperingati dia, sebelum nya tentang hal ini. Ratna kini sangat menyesal, kenapa saat itu, Ratna tidak mendengarkan ayahnya, jadi sekarang dia yang harus menerima dan menanggung akibatnya sendiri.Bramono, tanpa memikirkan perasaan Ratna, baru tiga hari berpisah, sekarang sudah mengandeng wanita lain, tanpa rasa bersalah berjalan di depan Ratna.Hal itu, terjadi pada malam ini. Ratna yang sedang bersama teman-temannya di sebuah club malam, bertemu dengan Bramono, tanpa sengaja. Bramono datang sambil menggandeng mesra, wanita lain.Ratna mengepalkan kedua tangannya, niatnya untuk melupakan Bramono, tapi dia malah bertemu biang masalah hidupnya, di tempat itu."Rat, itu Bramono! Gila sama cewek lain!" Seru Nani."Dia memang, playboy kelas kakap! Kamu belum sempat di apa-apain dia kan?" tanya Nani lagi.Ratna menggeleng lemah, matanya terus menatap ke arah Bramono yang terlihat mesra dengan wanita di sebelahnya itu."Sebenarnya, gue tadinya mau larang elu deket sama dia, tapi melihat elu jatuh cinta sama dia, gue menahan diri," lanjut Nani."Sudahlah, nasi sudah jadi bubur juga, aku juga sudah tak apa-apa," jawab Ratna, walau di hatinya, berkata lain.Entah mengapa rasa cinta, pada Bramono tiba-tiba menguap begitu saja, saat ini. Melihat Bramono malam ini, bersama wanita itu, hati Ratna membeku.Rasa cinta, dalam hati Ratna, menguap begitu saja. Berubah menjadi rasa benci, yang amat sangat.Ratna bangun dari duduknya, lalu tanpa berkata apapun, meninggalkan tempat itu. Ratna pulang ke rumah, dengan penuh rasa marah. Ingin rasanya, dia membalas rasa sakit hatinya, pada Bramono saat ini juga, tapi tidak tahu harus bagaimana?***Malam ini, Bramono begitu menempel dengan wanita barunya yang tak kalah cantik dengan Ratna atau wanita lainnya.Seorang Bramono berprinsip, tak akan mau dekat, dengan sembarangan wanita. Tak perlu kaya atau dari kalangan konglomerat, namun dia harus cantik.Bramono seorang pria yang sangat penuh dengan gengsi, apapun yang di miliki atau yang ada dekatnya harus barang bagus, begitu juga wanita.Hidupnya, harus terlihat sempurna, wanita cantik dan harta melimpah. Di kantornya pun ada peraturan, harus memilih pekerja wanita yang cantik, yang jelek atau biasa saja di harap langsung mundur. Karena Bramono, sangat tidak menyukai hal-hal berbau kejelekan, apapun yang terlihat oleh matanya, harus sempurna.***Seminggu kemudian, Ratna kembali melihat Bramono, di club yang sama. Setelah di selidiki, Bramono ternyata sering ke tempat itu, padahal selama dengannya, Bramono tak pernah mengajaknya ke tempat seperti itu.Ratna yang saat ini sedang termenung, sendirian di rumah. Terkejut saat kedatangan seorang tamu wanita, tamu wanita yang membuat nya merasa sangat jijik, begitu melihatnya. Tamu nya itu, seperti wanita dari jaman dahulu, rambut nya panjang, berkepang dua dan berponi, memakai kacamata dan memakai berkawat gigi.Entah wanita dari jaman apa wanita ini berasal, pikir Ratna. Namun begitu, melihat wanita itu, tiba-tiba timbul sebuah ide, di kepala Ratna untuk membalas dendam pada Bramono."Dia pasti akan marah besar, ego nya akan tersinggung!" Sorak Ratna dalam hatinya.Ratna akhirnya menerima wanita itu, sebagai tamunya. Wajah wanita itu, terlihat sangat sedih, mungkin sesuatu telah terjadi pada wanita itu, tapi Ratna tidak perduli.Ternyata wanita itu, adalah anak dari salah satu pembantunya. Dia datang untuk meminjam uang, untuk ibunya yang sekarang berada di rumah sakit, karena kecelakaan, tadi pagi.Mendengar itu, Ratna tersenyum dan langsung mengiyakan permintaan wanita itu, namun dengan satu syarat."Apa yang harus aku lakukan?" tanya wanita itu."Tidur dengan seorang pria!" Jawab Ratna, langsung.Sontak saja, wanita itu langsung terkejut dan menolak, syarat tersebut."Kalau itu aku tak bisa," ucap wanita itu."Kalau begitu maaf, aku tak bisa memberikan pinjaman uang yang kamu minta," jawab Ratna dengan tegas.Wanita itu, terdiam dan tertunduk agak lama, tapi tak lama, dia mengangguk pelan walau dengan sedikit ragu.Ratna, tersenyum lebar melihat anggukan wanita itu. Saat itu juga, Ratna langsung memberikan sebagian uang, yang diminta wanita ituSebagian lagi, nanti akan dia akan berikan, jika tugas dari nya selesai dilakukan oleh wanita itu.Ratna pun, mengatakan bagaimana rencananya akan dijalankan, wanita itu seperti terkejut, tidak percaya mendengar dengan siapa dia harus tidur. Tapi Ratna tidak perduli, Ratna sudah membayangkan bagaimana marahnya Bramono nanti, saat terbangun ada mahluk aneh di sisinya."Dia mantan anda?" tanya wanita itu."Begitulah, tapi dia mantan yang sangat menyebalkan!" Jawab Ratna dengan malas."Ini hukuman buatnya!" Lanjut Ratna.Ratna, melihat ada rona bingung di wajah wanita itu, Ratna pura-pura tidak tahu dan tidak juga perduli. Ratna, malam itu juga, mengajak wanita itu ke tempat biasa Bramono nongkrong bersama teman- temannya. Di sana, Ratna mulai menjalankan rencananya."Malam," sapa Ratna pada Bramono dan teman-temannya."Boleh gabung?" lanjut Ratna.Ratna menunggu anggukan kepala dari Bramono. Ratna tersenyum lebar, saat Bramono menganggukkan kepalanya, walau tanpa menoleh ke arahnya.Ratna secara diam-diam menyembunyikan, sebuah senyum licik di bibirnya, karena telah berhasil mendekati dan bergabung dengan Bramono, saat ini.Senyum licik, yang di sembunyikan oleh Ratna, segera menghilang di bibir Ratna, saat Bramono melihat ke arahnya. Ratna langsung menggantinya dengan senyum yang lebar, nan tulus.Walaupun akhirnya, Bramono langsung membalasnya dengan membuang wajahnya, ke arah lain, begitu melihat senyum Ratna itu. Ratna spontan mengepalkan tangannya, menahan rasa kesal, dengan sikap Bramono barusan.Dengan mengabaikan rasa kesal dalam hatinya, Ratna tanpa ragu, duduk di sebelah Bramono. Namun baru saja Ratna duduk, Bramono langsung bangun, pamit ingin kebelakang.Ratna kali ini, tidak keberatan apalagi tersinggung dengan apa yang di lakukan Bramono itu, Ratna malah bersyukur, dengan begitu dia bisa menjalankan rencananya. Ratna, sengaja bersikap ramah pada teman-teman Bramono, mencoba bersikap normal , untuk menutupi maksud yang tersembunyi, saat Ratna mendekati dan bergabung dengan mereka.Bramono yang baru saja, kembali dari toilet, melihat teman-temannya asyik bicara dengan Ratna, terdiam sebenta
"Bangsat! Siapa yang bermain-main denganku!Hingga aku bisa tidur dengan mahluk aneh ini!" Teriak Bramono marah, sambil mendorong wanita, yang tidur di sampingnya, agar menjauh darinya.Wanita itu bergidik ngeri, melihat kedua mata Bramono memerah menatapnya. Wanita itu segera turun dari tempat tidur, lalu segera berlari masuk ke dalam kamar mandi sambil menarik selimut, untuk menutupi tubuhnya yang polos saat itu.Bramono terduduk lesu, di tepi tempat tidur, ketika wanita itu sudah masuk ke dalam kamar mandi. Bramono, membodohi dirinya sendiri, hingga puas dan langsung berhenti, ketika mendengar suara isak tangis dari kamar mandi. Bramono bangkit dan langsung mengendor pintu kamar mandi, sambil berteriak kencang, pada wanita yang ada di dalam."Aku tahu, kamu belum mulai mandi!" Teriak Bramono."Siapa kamu?" tanya Bramono."Siapa, yang menyuruh kamu melakukan ini?" tanya Bramono lagi, dengan suara yang nyaring di telinga.Wanita yang ada di dalam kamar mandi, tidak juga membuka suara
Bramono terbangun di pagi hari, matanya sesaat terpaku menatap langit-langit kamar, lalu perlahan menoleh ke arah sebelah tempat tidurnya, yang memang kosong. Bramono menghela nafas lega, tahu di sebelahnya tidak ada siapapun, Bramono sangat takut kejadian kemarin terulang lagi, pagi ini.Bramono pun, langsung turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah kamar mandi, setelah selesai mandi, dia memakai pakaiannya, lalu bersiap pergi ke kantor dan kini Bramono sudah berada dalam mobil.Begitu masuk dan duduk di dalam mobil, Bramono langsung meminta sopirnya, untuk segera berangkat. Sampai di kantor, seperti biasanya, Bramono bicara sedikit dengan Sekertaris nya, setelah itu baru masuk ke dalam ruangannya."Kita mulai! lupakan hari yang kemarin!" Ucap Bramono pada dirinya sendiri.Sekitar satu jam Bramono berkutat dengan berkas-berkas, Bramono pun mengambil handphonenya, lalu menghubungi seseorang."Halo, sayang. kita akan pergi kemana malam ini?" ucap Bramono."...... ""Baiklah, aku ak
Mala tak menyangka, jika dia terpaksa harus kehilangan kehormatan nya, sebelum dia menikah.Kedatangan nya, ke rumah majikan Ibu nya. Membawa dia, masuk ke sebuah kamar hotel, dan harus berakhir tidur bersama seorang pria asing, yang kejam dan berlidah tajam.***Siang itu Mala pergi ke rumah, di mana Ibunya selama ini bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Mala ke sana, untuk menemui majikan Ibu nya, tapi saat tiba di sana, Mala tidak bertemu mereka. Namun bertemu dengan putri mereka, karena majikan Ibu nya itu sedang pergi ke luar kota.Mala terpaksa mengatakan, maksud kedatangan nya pada putri majikan nya itu. Mala mengatakan, jika Ibu nya mengalami kecelakaan tadi pagi, saat akan pergi ke rumah ini dan sekarang sedang berada di rumah sakit.Mala datang, memohon pinjaman uang, untuk operasi ibunya. Mala akan menggantinya, dengan bekerja di sana, menggantikan Ibunya yang sedang sakit itu. Setelah mendengar itu, putri majikan setuju memberikan pinjaman, namun dengan satu syarat."Tol
Mala, setelah puas menangis, mulai membersihkan diri dari bau yang menyengat akibat ulah pria itu semalam. Entah berapa kali pria itu, menyemburkan lahar nya, di dalam dan di atas tubuhnya."Semoga, aku tidak hamil karena ulahnya!" doa Mala.Setelah merasa segar, Mala keluar dari kamar mandi. Dia terlihat bingung, melihat pakaian nya sudah sobek, karena di tarik paksa oleh pria itu semalam. Mala terpaksa mengambil kemeja pria itu, yang tergeletak di lantai dan segera mengenakannya."untung saja, dia tidak memakainya lagi, atau aku terpaksa, setengah telanjang keluar dari hotel ini!" ucap Mala, masih bisa bersyukur.Setelah dari hotel, Mala pergi ke rumah sakit, untuk melihat keadaan ibunya. Begitu sampai di rumah sakit, Mala terkejut, mendengar keadaan ibunya yang kritis.Bagaimana itu bisa terjadi, bukankah operasi nya berjalan lancar? bathin Mala cemas. Pikiran buruk mulai datang di pikiran Mala, airmata Mala mulai turun, baru saja dia kehilangan kehormatan nya, Mala tak ingin sampa
"Ada perlu apa yah?" Tanya Mala, sambil menyembunyikan rasa resah nya, agar tamunya tidak curiga."Saya tidak tahu, saya hanya di minta menjemput anda sekarang juga!" Jantung Mala makin berdegup tak karuan, apa soal pria itu, apa pria itu akan membawanya ke polisi? Mala bertanya dalam hatinya."Apa tidak bisa besok, hari ini saya ada keperluan?" Tolak Mala."Maaf nona, seperti nya tidak bisa, tadi tuan Charles berpesan harus membawa anda sekarang juga?" Mala menghela nafasnya, apa yang harus di lakukan nya saat ini? alasan apa yang harus di katakan, agar dia tak jadi pergi ke sana."Maaf, nona cepatlah bersiap. Aku tunggu di sini!" "Iya," jawab Mala, sambil menutup pintu."Ya Tuhan, lindungi aku apapun yang akan terjadi!" doa Mala, dalam hati nya.Mala dengan terpaksa mengikuti pria itu, kembali menuju rumah majikan Ibunya, untuk menemui Tuan Charles.Mala ketakutan, saat melangkah masuk ke dalam rumah itu. Mala melihat Ratna, sedang menangis histeris, di pangkuan ibunya. Ratna memi
Hasrat Bramono makin naik mendengar desahan itu, bagaimana mungkin hanya mendengar desahannya saja, hati Bramono bisa bergetar."Tubuhnya nikmat sekali," ucap Bramono dalam hatinya.Baru kali ini Bramono merasakan tubuh wanita senikmat ini, entah sudah berapa banyak dia tidur bersama seorang wanita, tapi hanya dengan wanita ini, dia merasakan hal yang berbeda.Bramono terus bermain di atas tubuh wanita itu tanpa kenal lelah dan bosan, seperti tidak ingin berhenti. Bramono sampai di buat pasrah dengan kenikmatan yang sedang dia rasakan saat ini, hingga Bramono akhirnya mencapai puncaknya.Bramono mencium kening wanita itu, sesaat setelah dia mencapai puncaknya, seakan-akan Bramono mengucapkan terimakasih, hal yang tak pernah dia lakukan pada wanita lain setelah mereka bercinta.Bramono menarik dan memeluk erat wanita itu dalam dekapannya, mata yang terpejam pun enggan untuk terbuka, karena rasa tak ingin berpisah. Bramono pun akhirnya malah mempererat pelukannya, tapi kenapa rasanya em
Mala terkejut saat seseorang menabraknya, bahkan kini menindihnya, mala membuka matanya."Harun!" Teriaknya, sambil mendorong tubuh Harun agar bangun dari tubuhnya, tapi tidak berhasil."Siapa kamu?" Bentak Harun.Mala memukul kepala Harun pelan "bodoh! aku Mala!" Teriak Mala kesal.Harun menatap Mala sebentar lalu segera bangun."Kamu benar-benar Mala?" Tanya Harun setengah tidak percaya."Kenapa jadi jelek begini?" Lanjut Harun.Mala mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan Harun."Ini karena ibu, ibu takut aku di ganggu oleh pria-pria kota, yang katanya banyak yang jahat, jadi aku di minta ibu untuk berpenampilan seperti ini," jelas Mala.Harun tertawa mendengar hal itu, "ibu kamu aneh! Setiap wanita desa ini yang pergi ke kota pasti berubah cantik putih dan bersih tapi ibu kamu, ingin kamu sebaliknya," ucap Harun"Aku juga tidak tahu soal itu!" Jawab Mala.Harun tertawa lagi, tapi dalam hati Harun merasa lega, jika Mala seperti ini pasti di kota tak ada yang berani mendekat, jadi M
Bramono menatap tidak percaya pada Markus, Markus mengedipkan matanya, melihat keterkejutan Bramono itu.Mendapat kedipan mata dari Markus, Bramono malah makin terkejut, bagaimana bisa Markus yang terkenal dingin, mengedipkan matanya bahkan senyum-senyum seperti sekarang."Dia berubah!" Batin Bramono."Apa kamu ingin menjadi, seperti aku dulu?" Tanya Bramono."Tentu tidak! Aku tidak akan melakukan hal bodoh itu, aku dan kamu berbeda, aku tidak akan pernah membuat seorang wanita dendam padaku,""Bahkan aku tidak mau membuat senjataku marah, hingga tidak bisa berdiri," lanjut Markus.Bramono menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sambil tersenyum malu."Semoga apapun usaha kamu, kamu segera mendapatkan hasilnya," ucap Bramono kemudian."Terimakasih! Aku titip Mala dan Brama jaga mereka, jangan buat mereka terluka, karena jika itu terjadi, bisa aku pastikan kamu akan menyesal!" Ancam Markus dengan wajah dinginnya."Siap-siaplah kehilangan segalanya, jika sampai itu benar-benar terjadi!" L
"Aku tadi," Bramono mencoba membuka mulutnya, untuk menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya pada Mala, namun dengan cepat Mala memotongnya."Seharusnya kamu, tadi cepat masuk ke sini, begitu Markus keluar dari ruangan ini!" Omel Mala."Aku berharap melihat kamu di balik pintu itu, mengintip aku dan Markus dalam ruangan ini!" Omel Mala lagi."Tapi ternyata kamu bahkan, tidak langsung masuk menemui ku, ketika Markus keluar!" Lanjut Mala.Bramono menatap Mala yang terlihat sedih mengatakan semua itu, padanya.Bramono bahkan kini melihat kedua mata Mala sudah berkaca-kaca."Tidak seperti itu! Saat melihat kamu berada dalam satu ruangan bersama Markus! Sebenarnya aku juga ingin ikut masuk! Tapi, aku takut kamu marah!" Ucap Bramono."Aku berpikir mungkin memang kalian berdua, butuh untuk bicara," lanjut Bramono."Aku juga gelisah, saat kalian berdua di dalam ruangan ini, begitu lama!""Apalagi saat melihat Markus keluar dengan wajah marah dan kesal,""Lalu kenapa kamu tidak langsung masuk,
Markus menatap Mala, dengan tajam, dia ingat bagaimana Mala mempermalukan dirinya di pesta ulang tahunnya.Pesta ulang tahun, yang seharusnya menjadi hari yang paling bahagia, berubah menjadi hari yang buruk karena penolakan yang di lakukan Mala pada lamarannya, didepan orang banyak.Bahkan, Mala menambah drama penolakan nya, dengan aksi membuang cincin nya, tanpa rasa bersalah.Flash back on.Markus menjemput Mala dan Brama ke bandara siang itu."Aku akan mengajak kalian jalan-jalan dulu sekarang, apa kalian mau?" Tanya Markus pada Mala dan Brama."Mau!" Jawab Brama dengan semangat.Mendengar hal itu, Markus tersenyum bahagia. Siang itu Mala dan Brama benar-benar di manjakan oleh Markus.Mereka berjalan-jalan mengitari sebuah taman yang sangat indah di tengah kota. Hingga tanpa terasa siang pun sudah berubah menjadi malam.Saat malam datang, Markus tidak membawa Mala dan Brama pulang ke rumah, tapi mengajak Mala dan Brama masuk ke sebuah restoran, untuk makan.Tanpa di ketahui oleh M
Pulang menjenguk Ratna, Mala dan Bramono langsung pulang, mereka pun kini sedang berbaring berdua di atas tempat tidur, sambil menatap langit-langit kamar.Setelah puas menatap langit-langit kamar, Bramono mengubah posisi tidurnya menghadap ke arah Mala.Menatap wajah cantik Mala, merupakan hal yang senang dia lakukan akhir-akhir ini.Mala makin di lihat makin cantik, dia memang untung besar mendapatkan Mala.Bahkan dia sering merasa tidak percaya diri berjalan bersama Mala, kecantikan Mala membuat semua hampir menoleh kearah, Bramono takut suatu ketika Mala menghilang darinya."Kenapa?" Tanya Mala, melihat Bramono menatapnya sambil melamun."Kenapa, apanya?" Tanya Bramono balik."Apa yang sedang kamu, pikirkan?""Aku sedang memikirkan bagaimana seandainya kamu pergi dariku, pasti aku akan mati!" Jawab Bramono."Kenapa bisa begitu?" "Tanpa kamu apalah arti diriku!" "Gombal!" ucap Mala sambil tersenyum."Itu benar, aku sekarang sangat tergantung padamu!""Kalau begitu buatlah, aku be
Ciuman yang sangat panjang dan lama, hingga membuat kedua merasakan sesuatu dorongan yang kuat dalam hati mereka untuk berbuat lebih dari itu.Mendorong Bramono untuk membawa Mala, ke atas tempat tidur dengan lembut, dan mulai merangkak di atas tubuh Mala."Tok, tok, tok!" Tiba-tiba suara pintu di ketuk dari luar, membuat gerakan Bramono terhenti.Bramono dan Mala saling pandang."Siapa?" Tanya Bramono."Ini aku ayah, aku ingin tidur bersama ayah!" Jawab Brama.Bramono kembali menatap Mala, Mala tersenyum. Bramono mau tidak mau segera turun untuk membukakan pintu untuk Brama."Kamu mau tidur sama ayah?" "Iya,""Baiklah!" Jawab Bramono. Bramono langsung menggendong Brama lalu masuk ke dalam kamar nya Brama."Baiklah, malam ini kita akan tidur berdua di kamar ini," ucap Bramono.Brama tersenyum senang mendengar itu, dia pun langsung tidur sambil memeluk Bramono erat, seakan-akan tidak akan dia lepaskan lagi.Bramono jadi senyum sendiri, menyadari hal yang tidak jadi dia lakukan bersam
Bramono menatap Mala yang muntah mengenai seluruh tubuhnya, Mala menutup mulutnya, menahan rasa mual yang kembali menyerangnya.Mala tanpa ragu mendorong tubuh Bramono, lalu turun dari tempat tidur, dan kelur dari kamar menuju kamar mandi.Sedangkan Bramono menatap tubuhnya, yang penuh dengan muntah."Oh, Tuhan!" Ucap Bramono, dia pun langsung berlari ke arah kamar mandi menyusul Mala.Mala menatap sedih ke arah Bramono."Maaf!" Lirih Mala "Sudahlah, mungkin bayinya belum mau di tengok," ucap Bramono sedih.***Bramono dengan berat hati harus meninggalkan Mala dan Brama di kampung, hari ini. Bramono harus kembali, ke Jakarta karena Bramonos'grup membutuhkannya.Sampai di Jakarta, Bramono benar-benar langsung pergi menuju kantor, hari itu juga.Dia mencoba berbuat sesuatu yang dia bisa dia lakukan untuk menyelamatkan Bramonos'grup dari kebangkrutan.Siang dan Malam, Bramono berkutat hanya di seputar pekerjaan, tidak ada waktu untuk memikirkan hal lain.Hingga tanpa terasa, waktu pu
"Tolong!" Ucap Ratna lagi.Rima mengacak-acak rambutnya dengan kesal, bagaimana ini? Bagaimana dia menolong Ratna, jika dia sendiri, dia tidak akan kuat mengangkat Ratna ke atas."Tolong!" Teriak Rima akhirnya, karena tidak tahu harus berbuat apa."Tolong!" Teriak Rima lagi.Para polisi yang belum jauh pergi, seketika menghentikan langkahnya, mereka berbalik ke arah suara Rima yang berteriak minta tolong."Ada apa ini?" Tanya para polisi itu.Ratna bukannya langsung menjawab, dia malah terpaku melihat para polisi tadi yang datang."Maaf ada apa ini?" Tanya polisi yang lainnya.Rima tanpa menjawab, mengangkat tangannya lalu menunjuk ke arah lubang di mana Ratna berada."Dia di sana!" Ucap Rima akhirnya.Para polisi pun segera berlari ke arah yang di tunjuk Rima, mereka tersenyum melihat siapa yang ada di sana."Tolonglah aku!" Ucap Ratna, yang sudah merasa tidak kuat lagi menahan berat tubuhnya sendiri.Para polisi itu langsung bergerak, dan akhirnya mereka bisa mengangkat Ratna ke ata
Mendengar suara itu, Mala pun langsung berbalik badan, untuk melihat siapa pria itu. Mata Mala langsung membesar saat melihat siapa pria itu."Markus!" Ucap Mala.Para warga pun langsung mengalihkan perhatiannya pada Markus, yang berjalan ke arah mereka."Kalian semua pasti mengenal saya bukan? Saya bukan hanya akan meratakan kampung ini dengan tanah, tapi juga mengusir kalian dari kampung ini," ucap Markus.Para warga kembali terdiam, mereka saling pandang satu sama lain."Dengar! Yang kalian usir sekarang, adalah pemilik asli semua tanah yang kalian tempati!" Teriak Markus lagi.Rima dan para warga saling pandang mendengar hal itu. Lalu menatap ke arah Markus lagi."Kalian pasti tahu keluarga Kusuma, dan Mala adalah cicit mereka!" Jelas Markus lagi."Jadi menurut kalian, yang seharusnya pergi dari desa ini, dia apa kalian?" Tanya Markus dengan marah.Markus tadi terkejut saat melihat Mala ada di kampung ini, apalagi melihat Mala yang sedang di usir para warga. Kampung ini adalah
Mala menatap apa yang baru saja dia keluarkan dari dalam perutnya, kenapa bisa seperti ini, kemarin dia merasa baik-baik saja."Kenapa aku tiba-tiba, seperti ini?" Tanya Mala dalam hatinya."Kamu kenapa?" Tanya Bu Minah yang terbangun mendengar Mala muntah-muntah barusan."Entahlah, aku tiba-tiba mual-mual!" Jawab Mala.Bu Minah menatap Mala sesaat, dia jadi ingat saat pertama kali Mala pulang ke rumah ini, Mala pun mengalami hal yang sama."Apa kamu hamil lagi?" Tanya Bu Minah.Mala terkejut mendengar pertanyaan itu, Mala menatap Bu Minah, lalu mengerutkan keningnya."Aku sudah telat dua Minggu Bu!" Jawab Mala."Apa mungkin aku hamil lagi?" Tanya Mala."Apakah ini anak Bramono lagi?" Tanya Bu Minah lagi."Tentu saja, dia suamiku! Ternyata kami tidak bercerai, dia membatalkan proses perceraian kami," jelas Mala.Bu Minah menghela nafas lega, mendengar hal itu."Apa kamu belum berhasil menghubunginya?" Tanya Bu Minah lagi."Handphone ku hilang, aku bingung harus menelepon Bramono bagai