Bramono terbangun di pagi hari, matanya sesaat terpaku menatap langit-langit kamar, lalu perlahan menoleh ke arah sebelah tempat tidurnya, yang memang kosong. Bramono menghela nafas lega, tahu di sebelahnya tidak ada siapapun, Bramono sangat takut kejadian kemarin terulang lagi, pagi ini.
Bramono pun, langsung turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah kamar mandi, setelah selesai mandi, dia memakai pakaiannya, lalu bersiap pergi ke kantor dan kini Bramono sudah berada dalam mobil.Begitu masuk dan duduk di dalam mobil, Bramono langsung meminta sopirnya, untuk segera berangkat. Sampai di kantor, seperti biasanya, Bramono bicara sedikit dengan Sekertaris nya, setelah itu baru masuk ke dalam ruangannya."Kita mulai! lupakan hari yang kemarin!" Ucap Bramono pada dirinya sendiri.Sekitar satu jam Bramono berkutat dengan berkas-berkas, Bramono pun mengambil handphonenya, lalu menghubungi seseorang."Halo, sayang. kita akan pergi kemana malam ini?" ucap Bramono."...... ""Baiklah, aku akan menjemput mu nanti malam!"Bramono, lalu memutuskan sambungan teleponnya, kemudian meneruskan pekerjaannya.Tanpa terasa, jam kerja pun usai. Bramono bersiap pulang, dia harus bersiap diri di apartemen, sebelum bertemu dan menjemput kekasihnya, Sandra si cantik."Ting tong," bunyi bel."Halo, sayang!" Sapa Sandra, dengan mesra, pada Bramono.Bramono tersenyum lebar, pada Sandra kekasihnya, yang malam ini, terlihat sangat cantik di matanya."Masuklah!" Ucap Sandra.Bramono tanpa banyak bicara, langsung masuk ke dalam apartemen Sandra. Sandra langsung mengalungkan kedua tangannya, di leher Bramono dengan manja, mereka pun lalu berciuman, melepas rasa rindu."Sudah! Jika seperti ini, kita tak akan jadi pergi!" Ucap Bramono.Sandra tersenyum mendengar itu, Sandra pun melepaskan diri dari Bramono, lalu segera mengambil tas kecilnya."Ayo, berangkat!" Ajak Sandra sambil mengalungkan tangan, menggandeng tangan Bramono."Siap sayang," balas Bramono.Malam itu Bramono dan Sandra kekasihnya, pergi ke bioskop untuk menonton film. Bramono dan Sandra, kini sudah duduk manis dalam bioskop, menunggu film yang mereka ingin lihat, di putar."Kamu, pasti suka film ini, tentang perjuangan seorang wanita buruk rupa, menjadi seorang model terkenal," jelas Sandra.Bramono terdiam sesaat, mendengar Sandra, mengucapkan kata, wanita buruk rupa. Bramono seperti di ingatkan tentang hal yang sedang ingin dia lupakan, saat ini."Kamu, suka film seperti ini?" tanya Bramono, mencoba menenangkan hatinya.Sandra mengangguk, menjawab pertanyaan Bramono, sambil menyandarkan kepalanya, di bahu Bramono. Bramono pun merespon, dengan mengusap lembut rambut Sandra yang harum."Kenapa, wanita itu ada di sana?" bisik Bramono pelan pada dirinya sendiri."Siapa sayang?" tanya Sandra mendengar ucapan Bramono."Ah_bukan siapa-siapa, hanya sedikit terkejut melihat artis wanita nya begitu jelek," jawab Bramono."Kamu ini! Jangan terlalu membenci wanita jelek, nanti kamu malah jatuh cinta pada mereka!" Balas Sandra sambil tertawa kecilBramono terdiam lalu bergidik ngeri membayangkan hal itu, Bramono merasa akan hilang harga dirinya, dengan menggandeng seorang wanita jelek, di sampingnya."Itu tidak mungkin terjadi sayang!" Ucap Bramono pelan."Jika aku jelek seperti itu, kamu pasti tak mau jadi kekasih ku?""Kenapa bicara seperti itu! kamu, tak mungkin jelek seperti wanita itu!"Sandra tertawa mendengar ucapan Bramono."Sudah, kita lihat filmnya lagi," ucap Sandra pelan.Entah mengapa, Bramono melihat film itu, jadi membayangkan wanita jelek yang kemarin tidur dengannya, ada di depan matanya. Bramono, jadi merasa tak nyaman dengan hal itu, Bramono pun, akhirnya memilih untuk keluar dari bioskop itu."Aku, ingin sekali merokok, aku keluar dulu," pamit Bramono."Iya,"Bramono pun, keluar dari bioskop itu. Dia merasa butuh sedikit udara segar, ketika melihat artis film itu, seperti melihat wanita jelek yang kemarin tidur bersamanya, ada di depan matanya."Aaaaa!" teriak Bramono pelan, ketika matanya menangkap sesuatu."Kenapa kamu di sini?" teriak Bramono lagi, pada wanita yang lewat di depannya."Anda, kenal saya tuan?"Bramono terdiam, sesaat dia memperhatikan wajah wanita itu."Maaf," ucap Bramono, menyadari kesalahannya."Bodoh!" Maki Bramono pada diri sendiri, bisa-bisanya dia histeris seperti itu."Wanita jelek itu benar-benar telah memberi pengaruh buruk buatku!" Batin Bramono pelan."Aku, tak akan melepaskan orang yang menjebak ku, akan ku cari dan ku hukum dia seberat-beratnya!" ancam Bramono.Sandra yang asyik menonton film, baru tersadar jika Bramono belum kembali lagi ke tempat duduknya, dia pun langsung keluar mencari Bramono, saat film telah usai."Kemana dia?" tanya Sandra.Sandra sedikit berlari saat matanya, menemukan Bramono, yang ternyata sedang duduk sendirian, sambil menghisap sebatang rokok."Belum selesai, merokok nya?"Bramono menoleh pada Sandra, lalu tersenyum, kemudian bangun dan memeluk Sandra. Sandra tersenyum, melihat tingkah manja Bramono, yang terlihat sangat berbeda hari ini."Kita pulang!" ajak Bramono."Apartemen, kamu atau aku?" tanya Sandra."Apartemen, aku atau kamu sama saja bukan?"Sandra tertawa kecil mendengar hal itu, Sandra memeluk Bramono sekali lagi, ia merasa kekasihnya itu sangat berbeda hari ini, lebih lembut dan tenang.Sampai di apartemen, Sandra bertanya apa Bramono, mau mandi dulu atau langsung ganti baju."Aku lebih baik mandi dulu," jawab Bramono."Akan ku siapkan air hangat," sandra langsung berlari ke arah kamar mandi.Bramono, melepaskan pakaian bagian atasnya, lalu segera menyusul, Sandra ke kamar mandi. Memperhatikan kekasihnya, yang sedang mempersiapkan air hangat untuknya, senyuman lebar hadir di bibir Bramono.Bramono, mendekat ke arah Sandra dan memeluk Sandra dari belakang."Kita mandi sama-sama" bisik Bramono.Sandra mengangguk, lalu membalikkan tubuhnya, hingga kini mereka saling berhadapan. Kemudian tanpa ragu, Sandra mengalungkan kedua tangan nya ke leher Bramono. Seketika itu juga mereka berdua langsung berciuman, yang makin lama, makin menuntut, sebab kedua nya sudah terbakar oleh hasrat yang bergelora.Bramono, mengangkat Sandra ala bridal style, masuk ke dalam bak mandi yang besar. Tanpa melepaskan ciuman bibir mereka, Bramono yang mulai terbakar hasrat, mulai bergerilya di atas tubuh Sandra."Akan. ku hilangkan jejak wanita jelek itu, dari tubuhku!" Bathin Bramono.Bramono yang awalnya lembut, kini mempercepat gerakan nya, hingga Sandra menggeliat tak karuan."pelan-pelan sayang, aku geli,"ucap Sandra mesra.Bramono seperti tidak mendengar kata-kata Sandra, dia terus saja menjelajahi seluruh tubuh Sandra dengan penuh hasrat, dalam sekejap Sandra kini sudah dalam keadaan polos tanpa selembar benang pun. Bramono tersenyum lebar melihat pemandangan indah depan matanya."Wanita jelek! Pergilah dariku!" Jerit hati Bramono, sambil menyerang Sandra saat itu juga.Bramono, benar-benar melampiaskan kekesalannya pada Sandra. Sandra terlihat kerepotan melayani Bramono, namun dia sangat menikmati hal itu. Sandra bisa memastikan Bramono memang sangat perkasa dan tidak mengecewakan dirinya.entah, berapa banyak desahan yang dia keluarkan akibat ulah Bramono, Bramono benar-benar memuaskan dirinya hingga akhir."Akhirnya, hilang juga jejak kamu dari diriku, wanita jelek!" Umpat Bramono, dalam hatinya setelah hasratnya tercapai dengan baik, bersama Sandra.Setelah puas, Bramono pun segera keluar dari bak mandi itu, kemudian segera membasuh diri, di bawah guyuran air dingin dari shower.Sandra tersenyum memandang ke arah Bramono, yang masih dalam keadaan polos saat itu."Lelaki itu, tak bisa aku lepaskan begitu saja!" Batin Sandra, menatap lekat Bramono yang sedang berada di bawah guyuran air."Lebih baik aku pulang sekarang," pamit Bramono setelah membilas tubuhnya, Sandra yang sedang tergolek lemah, terkejut mendengar itu. Dia hanya bisa menatap Bramono, yang meninggalkan dirinya begitu saja, di dalam kamar mandi.Mala tak menyangka, jika dia terpaksa harus kehilangan kehormatan nya, sebelum dia menikah.Kedatangan nya, ke rumah majikan Ibu nya. Membawa dia, masuk ke sebuah kamar hotel, dan harus berakhir tidur bersama seorang pria asing, yang kejam dan berlidah tajam.***Siang itu Mala pergi ke rumah, di mana Ibunya selama ini bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Mala ke sana, untuk menemui majikan Ibu nya, tapi saat tiba di sana, Mala tidak bertemu mereka. Namun bertemu dengan putri mereka, karena majikan Ibu nya itu sedang pergi ke luar kota.Mala terpaksa mengatakan, maksud kedatangan nya pada putri majikan nya itu. Mala mengatakan, jika Ibu nya mengalami kecelakaan tadi pagi, saat akan pergi ke rumah ini dan sekarang sedang berada di rumah sakit.Mala datang, memohon pinjaman uang, untuk operasi ibunya. Mala akan menggantinya, dengan bekerja di sana, menggantikan Ibunya yang sedang sakit itu. Setelah mendengar itu, putri majikan setuju memberikan pinjaman, namun dengan satu syarat."Tol
Mala, setelah puas menangis, mulai membersihkan diri dari bau yang menyengat akibat ulah pria itu semalam. Entah berapa kali pria itu, menyemburkan lahar nya, di dalam dan di atas tubuhnya."Semoga, aku tidak hamil karena ulahnya!" doa Mala.Setelah merasa segar, Mala keluar dari kamar mandi. Dia terlihat bingung, melihat pakaian nya sudah sobek, karena di tarik paksa oleh pria itu semalam. Mala terpaksa mengambil kemeja pria itu, yang tergeletak di lantai dan segera mengenakannya."untung saja, dia tidak memakainya lagi, atau aku terpaksa, setengah telanjang keluar dari hotel ini!" ucap Mala, masih bisa bersyukur.Setelah dari hotel, Mala pergi ke rumah sakit, untuk melihat keadaan ibunya. Begitu sampai di rumah sakit, Mala terkejut, mendengar keadaan ibunya yang kritis.Bagaimana itu bisa terjadi, bukankah operasi nya berjalan lancar? bathin Mala cemas. Pikiran buruk mulai datang di pikiran Mala, airmata Mala mulai turun, baru saja dia kehilangan kehormatan nya, Mala tak ingin sampa
"Ada perlu apa yah?" Tanya Mala, sambil menyembunyikan rasa resah nya, agar tamunya tidak curiga."Saya tidak tahu, saya hanya di minta menjemput anda sekarang juga!" Jantung Mala makin berdegup tak karuan, apa soal pria itu, apa pria itu akan membawanya ke polisi? Mala bertanya dalam hatinya."Apa tidak bisa besok, hari ini saya ada keperluan?" Tolak Mala."Maaf nona, seperti nya tidak bisa, tadi tuan Charles berpesan harus membawa anda sekarang juga?" Mala menghela nafasnya, apa yang harus di lakukan nya saat ini? alasan apa yang harus di katakan, agar dia tak jadi pergi ke sana."Maaf, nona cepatlah bersiap. Aku tunggu di sini!" "Iya," jawab Mala, sambil menutup pintu."Ya Tuhan, lindungi aku apapun yang akan terjadi!" doa Mala, dalam hati nya.Mala dengan terpaksa mengikuti pria itu, kembali menuju rumah majikan Ibunya, untuk menemui Tuan Charles.Mala ketakutan, saat melangkah masuk ke dalam rumah itu. Mala melihat Ratna, sedang menangis histeris, di pangkuan ibunya. Ratna memi
Hasrat Bramono makin naik mendengar desahan itu, bagaimana mungkin hanya mendengar desahannya saja, hati Bramono bisa bergetar."Tubuhnya nikmat sekali," ucap Bramono dalam hatinya.Baru kali ini Bramono merasakan tubuh wanita senikmat ini, entah sudah berapa banyak dia tidur bersama seorang wanita, tapi hanya dengan wanita ini, dia merasakan hal yang berbeda.Bramono terus bermain di atas tubuh wanita itu tanpa kenal lelah dan bosan, seperti tidak ingin berhenti. Bramono sampai di buat pasrah dengan kenikmatan yang sedang dia rasakan saat ini, hingga Bramono akhirnya mencapai puncaknya.Bramono mencium kening wanita itu, sesaat setelah dia mencapai puncaknya, seakan-akan Bramono mengucapkan terimakasih, hal yang tak pernah dia lakukan pada wanita lain setelah mereka bercinta.Bramono menarik dan memeluk erat wanita itu dalam dekapannya, mata yang terpejam pun enggan untuk terbuka, karena rasa tak ingin berpisah. Bramono pun akhirnya malah mempererat pelukannya, tapi kenapa rasanya em
Mala terkejut saat seseorang menabraknya, bahkan kini menindihnya, mala membuka matanya."Harun!" Teriaknya, sambil mendorong tubuh Harun agar bangun dari tubuhnya, tapi tidak berhasil."Siapa kamu?" Bentak Harun.Mala memukul kepala Harun pelan "bodoh! aku Mala!" Teriak Mala kesal.Harun menatap Mala sebentar lalu segera bangun."Kamu benar-benar Mala?" Tanya Harun setengah tidak percaya."Kenapa jadi jelek begini?" Lanjut Harun.Mala mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan Harun."Ini karena ibu, ibu takut aku di ganggu oleh pria-pria kota, yang katanya banyak yang jahat, jadi aku di minta ibu untuk berpenampilan seperti ini," jelas Mala.Harun tertawa mendengar hal itu, "ibu kamu aneh! Setiap wanita desa ini yang pergi ke kota pasti berubah cantik putih dan bersih tapi ibu kamu, ingin kamu sebaliknya," ucap Harun"Aku juga tidak tahu soal itu!" Jawab Mala.Harun tertawa lagi, tapi dalam hati Harun merasa lega, jika Mala seperti ini pasti di kota tak ada yang berani mendekat, jadi M
Seharusnya aku tak usah perduli dia hamil atau tidak, jika dia hamil, biarkan saja dia yang merawat anak itu."Aaaahk!" teriak Bramono kesal, kenapa hati dan mulut nya tidak sinkron, mulut nya selalu berkata tak usah di pikirkan, tapi hatinya berkata lain. Bayang-bayang wanita jelek itu makin jelas, saja di kedua matanya, bahkan dalam mimpinya setiap malam."Sudah ku bilang, untuk tidak memperlihatkan wajahnya, kepadaku!" Bentak Bramono kesal, tak bisa melupakan wajah wanita itu.Karena tak bisa melupakan wajah wanita itu, Bramono memutuskan untuk pergi keluar, rasanya dia ingin menikmati minuman yang sedikit keras agar bayangan wanita itu hilang, dari ingatannya.Bramono pun akhirnya pergi ke tempat yang sering dia di kunjungi, jika ingin minum-minuman beralkohol.Satu dan dua gelas sudah habis di teguknya saat itu, tapi bayangan wanita itu belum juga lepas, akhirnya tanpa terasa satu botol pun habis tanpa sisa, dan juga botol-botol lainnya.Kini Bramono lemas tak berdaya dalam pengar
Rima pun langsung mengatakan persyaratan apa yang harus di persiapkan oleh Mala, untuk melamar pekerjaan itu. Setelah Rima pulang, Mala segera mempersiapkan semua yang tadi di sebutkan oleh Rima."Doakan aku ibu, agar aku bisa mendapatkan pekerjaan ini dan melupakan dia," ucap Mala.menatap kembali foto ibunya dengan sedih.Dua hari kemudian, Mala akhirnya kembali ke Jakarta, dia kembali ke rumah kontrakan nya yang dulu, karena sebelum pergi, Mala telah membayar satu tahun full uang kontrakannya.Para tetangga nya dulu, langsung menemui Mala, dan menyambutnya dengan hangat."Kamu sudah nggak sedih lagi kan?" Tanya ibu Harun."Tidak ibu, aku sudah baik-baik saja, aku ke sini untuk bekerja," jelas Mala."Syukurlah, jika ada apa-apa datang ke tempat ibu, jangan malu atau ragu," lanjut ibu Harun.Mala tersenyum lebar mendengar hal itu. Ternyata di Jakarta lebih menyenangkan dari pada di desa, Mala di desa selalu sendirian, bahkan terkesan di jauhi, tapi di sini dia di terima dengan baik.
Mala bersiap untuk berangkat kerja, hari ini adalah hari pertama kali dia, bekerja. Mala langsung di minta masuk di malam hari. Mala menatap dirinya di cermin, untuk melihat dirinya, saat memakai seragam seorang cleaning servise. Mala menghela nafas panjang, biarlah untuk sekarang dia bekerja sebagai cleaning servise, mungkin lain kali dia akan jadi pemilik perusahaan, bisik hati Mala memberi semangat hidupnya.Tapi itu tak lama, Mala memukul kepala nya sendiri, menyadari pikiran bodohnya barusan, yang tidak sadar siapa dirinya."Bodoh! Khayalanmu terlalu terlalu tinggi!" Maki Mala pada dirinya sendiri.,Mala, sambil menunggu ojek onlinenya datang, dia memeriksa lagi barang bawaannya. Tak lama kemudian ojek yang dia pesan datang dan segera membawanya, ke tempat dia bekerja.Begitu sampai di sana, Mala pertama-tama bertemu dengan om Rudi, untuk bertanya tentang tugasnya. Mala malam ini ternyata, dia tugaskan untuk membersihkan sebuah apartemen, yang baru saja di tinggalkan pemiliknya,
Bramono menatap tidak percaya pada Markus, Markus mengedipkan matanya, melihat keterkejutan Bramono itu.Mendapat kedipan mata dari Markus, Bramono malah makin terkejut, bagaimana bisa Markus yang terkenal dingin, mengedipkan matanya bahkan senyum-senyum seperti sekarang."Dia berubah!" Batin Bramono."Apa kamu ingin menjadi, seperti aku dulu?" Tanya Bramono."Tentu tidak! Aku tidak akan melakukan hal bodoh itu, aku dan kamu berbeda, aku tidak akan pernah membuat seorang wanita dendam padaku,""Bahkan aku tidak mau membuat senjataku marah, hingga tidak bisa berdiri," lanjut Markus.Bramono menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sambil tersenyum malu."Semoga apapun usaha kamu, kamu segera mendapatkan hasilnya," ucap Bramono kemudian."Terimakasih! Aku titip Mala dan Brama jaga mereka, jangan buat mereka terluka, karena jika itu terjadi, bisa aku pastikan kamu akan menyesal!" Ancam Markus dengan wajah dinginnya."Siap-siaplah kehilangan segalanya, jika sampai itu benar-benar terjadi!" L
"Aku tadi," Bramono mencoba membuka mulutnya, untuk menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya pada Mala, namun dengan cepat Mala memotongnya."Seharusnya kamu, tadi cepat masuk ke sini, begitu Markus keluar dari ruangan ini!" Omel Mala."Aku berharap melihat kamu di balik pintu itu, mengintip aku dan Markus dalam ruangan ini!" Omel Mala lagi."Tapi ternyata kamu bahkan, tidak langsung masuk menemui ku, ketika Markus keluar!" Lanjut Mala.Bramono menatap Mala yang terlihat sedih mengatakan semua itu, padanya.Bramono bahkan kini melihat kedua mata Mala sudah berkaca-kaca."Tidak seperti itu! Saat melihat kamu berada dalam satu ruangan bersama Markus! Sebenarnya aku juga ingin ikut masuk! Tapi, aku takut kamu marah!" Ucap Bramono."Aku berpikir mungkin memang kalian berdua, butuh untuk bicara," lanjut Bramono."Aku juga gelisah, saat kalian berdua di dalam ruangan ini, begitu lama!""Apalagi saat melihat Markus keluar dengan wajah marah dan kesal,""Lalu kenapa kamu tidak langsung masuk,
Markus menatap Mala, dengan tajam, dia ingat bagaimana Mala mempermalukan dirinya di pesta ulang tahunnya.Pesta ulang tahun, yang seharusnya menjadi hari yang paling bahagia, berubah menjadi hari yang buruk karena penolakan yang di lakukan Mala pada lamarannya, didepan orang banyak.Bahkan, Mala menambah drama penolakan nya, dengan aksi membuang cincin nya, tanpa rasa bersalah.Flash back on.Markus menjemput Mala dan Brama ke bandara siang itu."Aku akan mengajak kalian jalan-jalan dulu sekarang, apa kalian mau?" Tanya Markus pada Mala dan Brama."Mau!" Jawab Brama dengan semangat.Mendengar hal itu, Markus tersenyum bahagia. Siang itu Mala dan Brama benar-benar di manjakan oleh Markus.Mereka berjalan-jalan mengitari sebuah taman yang sangat indah di tengah kota. Hingga tanpa terasa siang pun sudah berubah menjadi malam.Saat malam datang, Markus tidak membawa Mala dan Brama pulang ke rumah, tapi mengajak Mala dan Brama masuk ke sebuah restoran, untuk makan.Tanpa di ketahui oleh M
Pulang menjenguk Ratna, Mala dan Bramono langsung pulang, mereka pun kini sedang berbaring berdua di atas tempat tidur, sambil menatap langit-langit kamar.Setelah puas menatap langit-langit kamar, Bramono mengubah posisi tidurnya menghadap ke arah Mala.Menatap wajah cantik Mala, merupakan hal yang senang dia lakukan akhir-akhir ini.Mala makin di lihat makin cantik, dia memang untung besar mendapatkan Mala.Bahkan dia sering merasa tidak percaya diri berjalan bersama Mala, kecantikan Mala membuat semua hampir menoleh kearah, Bramono takut suatu ketika Mala menghilang darinya."Kenapa?" Tanya Mala, melihat Bramono menatapnya sambil melamun."Kenapa, apanya?" Tanya Bramono balik."Apa yang sedang kamu, pikirkan?""Aku sedang memikirkan bagaimana seandainya kamu pergi dariku, pasti aku akan mati!" Jawab Bramono."Kenapa bisa begitu?" "Tanpa kamu apalah arti diriku!" "Gombal!" ucap Mala sambil tersenyum."Itu benar, aku sekarang sangat tergantung padamu!""Kalau begitu buatlah, aku be
Ciuman yang sangat panjang dan lama, hingga membuat kedua merasakan sesuatu dorongan yang kuat dalam hati mereka untuk berbuat lebih dari itu.Mendorong Bramono untuk membawa Mala, ke atas tempat tidur dengan lembut, dan mulai merangkak di atas tubuh Mala."Tok, tok, tok!" Tiba-tiba suara pintu di ketuk dari luar, membuat gerakan Bramono terhenti.Bramono dan Mala saling pandang."Siapa?" Tanya Bramono."Ini aku ayah, aku ingin tidur bersama ayah!" Jawab Brama.Bramono kembali menatap Mala, Mala tersenyum. Bramono mau tidak mau segera turun untuk membukakan pintu untuk Brama."Kamu mau tidur sama ayah?" "Iya,""Baiklah!" Jawab Bramono. Bramono langsung menggendong Brama lalu masuk ke dalam kamar nya Brama."Baiklah, malam ini kita akan tidur berdua di kamar ini," ucap Bramono.Brama tersenyum senang mendengar itu, dia pun langsung tidur sambil memeluk Bramono erat, seakan-akan tidak akan dia lepaskan lagi.Bramono jadi senyum sendiri, menyadari hal yang tidak jadi dia lakukan bersam
Bramono menatap Mala yang muntah mengenai seluruh tubuhnya, Mala menutup mulutnya, menahan rasa mual yang kembali menyerangnya.Mala tanpa ragu mendorong tubuh Bramono, lalu turun dari tempat tidur, dan kelur dari kamar menuju kamar mandi.Sedangkan Bramono menatap tubuhnya, yang penuh dengan muntah."Oh, Tuhan!" Ucap Bramono, dia pun langsung berlari ke arah kamar mandi menyusul Mala.Mala menatap sedih ke arah Bramono."Maaf!" Lirih Mala "Sudahlah, mungkin bayinya belum mau di tengok," ucap Bramono sedih.***Bramono dengan berat hati harus meninggalkan Mala dan Brama di kampung, hari ini. Bramono harus kembali, ke Jakarta karena Bramonos'grup membutuhkannya.Sampai di Jakarta, Bramono benar-benar langsung pergi menuju kantor, hari itu juga.Dia mencoba berbuat sesuatu yang dia bisa dia lakukan untuk menyelamatkan Bramonos'grup dari kebangkrutan.Siang dan Malam, Bramono berkutat hanya di seputar pekerjaan, tidak ada waktu untuk memikirkan hal lain.Hingga tanpa terasa, waktu pu
"Tolong!" Ucap Ratna lagi.Rima mengacak-acak rambutnya dengan kesal, bagaimana ini? Bagaimana dia menolong Ratna, jika dia sendiri, dia tidak akan kuat mengangkat Ratna ke atas."Tolong!" Teriak Rima akhirnya, karena tidak tahu harus berbuat apa."Tolong!" Teriak Rima lagi.Para polisi yang belum jauh pergi, seketika menghentikan langkahnya, mereka berbalik ke arah suara Rima yang berteriak minta tolong."Ada apa ini?" Tanya para polisi itu.Ratna bukannya langsung menjawab, dia malah terpaku melihat para polisi tadi yang datang."Maaf ada apa ini?" Tanya polisi yang lainnya.Rima tanpa menjawab, mengangkat tangannya lalu menunjuk ke arah lubang di mana Ratna berada."Dia di sana!" Ucap Rima akhirnya.Para polisi pun segera berlari ke arah yang di tunjuk Rima, mereka tersenyum melihat siapa yang ada di sana."Tolonglah aku!" Ucap Ratna, yang sudah merasa tidak kuat lagi menahan berat tubuhnya sendiri.Para polisi itu langsung bergerak, dan akhirnya mereka bisa mengangkat Ratna ke ata
Mendengar suara itu, Mala pun langsung berbalik badan, untuk melihat siapa pria itu. Mata Mala langsung membesar saat melihat siapa pria itu."Markus!" Ucap Mala.Para warga pun langsung mengalihkan perhatiannya pada Markus, yang berjalan ke arah mereka."Kalian semua pasti mengenal saya bukan? Saya bukan hanya akan meratakan kampung ini dengan tanah, tapi juga mengusir kalian dari kampung ini," ucap Markus.Para warga kembali terdiam, mereka saling pandang satu sama lain."Dengar! Yang kalian usir sekarang, adalah pemilik asli semua tanah yang kalian tempati!" Teriak Markus lagi.Rima dan para warga saling pandang mendengar hal itu. Lalu menatap ke arah Markus lagi."Kalian pasti tahu keluarga Kusuma, dan Mala adalah cicit mereka!" Jelas Markus lagi."Jadi menurut kalian, yang seharusnya pergi dari desa ini, dia apa kalian?" Tanya Markus dengan marah.Markus tadi terkejut saat melihat Mala ada di kampung ini, apalagi melihat Mala yang sedang di usir para warga. Kampung ini adalah
Mala menatap apa yang baru saja dia keluarkan dari dalam perutnya, kenapa bisa seperti ini, kemarin dia merasa baik-baik saja."Kenapa aku tiba-tiba, seperti ini?" Tanya Mala dalam hatinya."Kamu kenapa?" Tanya Bu Minah yang terbangun mendengar Mala muntah-muntah barusan."Entahlah, aku tiba-tiba mual-mual!" Jawab Mala.Bu Minah menatap Mala sesaat, dia jadi ingat saat pertama kali Mala pulang ke rumah ini, Mala pun mengalami hal yang sama."Apa kamu hamil lagi?" Tanya Bu Minah.Mala terkejut mendengar pertanyaan itu, Mala menatap Bu Minah, lalu mengerutkan keningnya."Aku sudah telat dua Minggu Bu!" Jawab Mala."Apa mungkin aku hamil lagi?" Tanya Mala."Apakah ini anak Bramono lagi?" Tanya Bu Minah lagi."Tentu saja, dia suamiku! Ternyata kami tidak bercerai, dia membatalkan proses perceraian kami," jelas Mala.Bu Minah menghela nafas lega, mendengar hal itu."Apa kamu belum berhasil menghubunginya?" Tanya Bu Minah lagi."Handphone ku hilang, aku bingung harus menelepon Bramono bagai