. Mila mengetuk pintu kamar Mak Romlah, mereka sudah janjian mau mengantar donat. Tapi maghrib sudah usai malah hampir menjelang isya, tapi Mak Romlah tak kunjung keluar dari kamar. Krek~ Pintu kamar Mak Romlah terbuka, Mila terkejut melihat Mak Romlah yang memakai jaket tebal dan koyo di kanan-kiri pelipisnya. "Mak Romlah sakit?" tanya Mila khawatir. "He'em, tiba-tiba Emak merasa pusing dan kedinginan," jawab Mak Romlah. "Aduh, terus ini donatnya gimana?" Mila bingung. "Misal kamu antar sendiri bisa kan, Mil? Nanti saya suruh tukang ojek langganan saya buat mengantar kamu," Mak Romlah berbicara dengan nada lemas. "Mm, Mila naik motor sendiri saja, Mak." tolak Mila. "Jangan Mil, sudah malam. Bahaya kalau kamu pergi sendirian!" "Hm, ya sudah deh. Mila nunggu ojek langganan Emak di luar ya," jawab Mila. “Maaf ya Mil, Emak jadi gak bisa mengantar kamu,” ucap Mak Romlah dengan wajah sedih. “Tak apa, Mak. Emak istirahat aja biar cepat sembuh,” jawab Mila. Mak Romla
Bab 37Jenny berdiri dan hendak menghampiri Mila kembali. Dia sangat kesal dengan perlakuan Mila padanya. "Kamu itu benar-benar ya!" Jenny mengangkat tangan kanannya kembali hendak memukul Mila. "Hentikan Jenny, atau aku akan mengusirmu dari sini!" suara Pak Broto menghentikan langkah kaki Jenny. "Aku ingin memberi putriku pelajaran!" bantah Jenny. "Berani kamu menyentuh calon istriku, kamu sendiri yang akan rugi. kamu itu bukan ibu yang baik Jenny. Kamu sudah menelantarkan dia sejak kecil. Setelah dewasa, kamu gunakan dia untuk pelunas hutangmu yang dia saja tidak menikmatinya. Bahkan dari dia juga, akhirnya kamu akan tinggal nyaman di rumah ini. Tapi ingat, rumah ini adalah rumah Mila, pemberian dariku. Kamu harusnya berterima kasih karena Mila membawa keberuntungan untukmu. Kamu harus bicara baik-baik padanya dan membujuknya," tutur Pak Broto. "Cih, dasar orang-orang tua gila! Aku tidak terkesan dengan ucapan itu! Biarkan aku pergi dari sini, Jenny yang berhutang padamu. Jad
Mila membuka matanya, dia tak tahu sekarang sudah jam berapa. Dia mengubah posisinya menjadi duduk, saat itu juga dia melihat makanan sudah tersedia di meja depan tempat tidurnya. Mila berdecak kesal, lalu turun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Mila mencuci mukanya dan melakukan aktifitas lainnya. Setelah selesai, dia keluar dan duduk di sofa. Menatap makanan yang tersaji. Ada, susu, roti sandwich, nasi uduk dan juga air putih beserta buah-buahan. "Aku tidak akan terkesan dengan semua ini wahai bandit tua!" gerutu Mila sambil membuka pembungkus sandwich. Lalu mengigitnya dengan kasar. Karena rasa bosan, Mila mendekati jendela dan membuka kordennya. Menatapke arah luar sana. Dia jadi teringat betapa aman dan nyaman tinggal di rumah Benni. Seandainya saja dirinya bisa lebih bersabar menghadapi sikap Benni yang angin-anginan tidak jelas. "Kalau dia benar-benar mencintaiku, harusnya dia mencariku, kan?" Mila berbicara sendirian. Krek~ Mila menoleh saat mendengar pint
Bab 39 Bu Sari mengajak Shasa untuk berunding di kamar tamu yang terletak di lantai bawah tak jauh dari kamar yang Mila tempati. Bu Sari mengunci pintu kamar. "Gimana ini Sha? Mana gadis itu cantik banget lagi?!" Bu Sari sangat risau jika Pak Broto berhasil menikah kembali. "Aku juga cantik, tapi dulu rasanya kamu tidak terlihat serisau sekarang ini," Shasa menimpali. "Iya, tapi aura Mila terlihat berbeda. Dia bukan hanya cantik, tapi sepertinya juga anak baik. Pasti Mas Broto bakal bertekluk lutut sama dia," ungkap Bu Sari. "Kalau baik, pasti tidak akan mau menikah dengan suami orang atau kalaupun nanti jadi menikah. Tak mungkin menguasai, kan dia tahu suaminya itu juga suami 3 wanita lain," jawab Shasa sambil menunjukkan tiga jarinya. "Tapi pasti Mas Broto bakal lebih sayang sama dia!" ucap Bu Sari dengan wajah kesal. Shasa terdiam, dia teringat jika Benni pernah menyebut nama Mila sebagai pacarnya. Hati Shasa merasa sakit, dia merasa cemburu. Shasa juga mengakui j
Bab 40. Menikah. Benni terbangun saat ada tangan yang memukul kasar pahanya. Mata Benni menyipit memperhatikan siapa orang yang sudah berani membangunkannya. "Mila!" panggilnya dan langsung terduduk. "Dasar sinting!" Benni tersadar saat mendengar suara yang dia sangat kenal, ternyata Harsa yang sudah membangunkannya dengan kasar. "Ada apa?" tanya Benni kesal. "Ada apa katamu?" Harsa balik bertanya pada abangnya itu. "Hari ini kan, kamu menikah!" imbuh Harsa. Benni mengusap kasar wajahnya, dia lupa. Bahkan dia juga tak memiliki persiapan apapun. "Cepatlah mandi, aku sudah membawakan kemeja dan jas untukmu!" titah Harsa. "Kau ini, darimana kamu bisa masuk?!" tanya Benni penasaran. "Aku dapat kunci duplikat rumah ini dari Ibu," jawab Harsa. Benni beranjak dari tempat tidurnya dan dengan lesu menuju kamar mandi. Benni tak bisa berlama-lama berada di dalam kamar mandi, karena Harsa terus saja menggedor pintu kamar mandi tanpa henti. Benni bersiap dengan c
Benni pasrah duduk di kursi, jika orang lain akan bersemangat karena akan melangsungkan pernikahan. Berbeda dengan Benni yang tak punya semangat sedikitpun. Dia tak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya kelak, karena menikahi wanita yang menurutnya tidak dia kenal, bahkan wajahnya saja belum pernah dia lihat. "Mas kita latihan baca ikrar ijab qobulnya dulu ya? Nanti biar lancar," kata Pak Penghulu memberi saran. "Iya," jawab Benni lesu. Benni menjabat tangan Pak Penghulu, Harsa meletakan selembar kertas bertuliskan nama mempelai wanita. Tapi Benni langsung tak melihatnya. "Ananda Benni Asmoro bin Subroto Asmoro, saya nikahkan dan saya kawinkan Anda dengan ananda Karmila binti Hasyim yang mana walinya telah mewakilkan kepada saya untuk menikahkannya dengan Anda, dengan mas kawin berupa seperangkat alat sholat dan uang sebesar seratus lima puluh juta rupiah. Dibayar tunai!" Pak penghulu menghentakan tangan Benni. Membuat Benni yang kurang fokus langsung tersadar. "Saya
Bab 42. Gagal. Benni menelan liurnya saat melihat tubuh Mila yang hanya terbalut handuk. Sedangkan Mila, dia salah tingkah menutup bagian dadanya dengan menyilangkan kedua tangannya. "Ja-jangan melihatku seperti itu," tegur Mila gugup, wajahnya tampak bersemu merah. Benni tersenyum miring. "Tak afa larangan bagiku, melihatmu tanpa handuk saja boleh. Aku kan suamimu," jawab Benni bangkit berdiri, berjalan mendekati Mila. Tubuh Mila gemetar, Mila malu melihat kemeja Benni yang terbuka di bagian dada. Benni semakin mendekati Mila, hingga gadis itu semakin gugup. Mila mundur ke belakang hingga sampai terpentok lemari. Benni mengunci Mila dengan kedua tangannya. Jarak mereka sangat dekat, jantung mereka sama-sama bergemuruh. Gejolak di hati menerobos setiap hembusan napas membuat suasana terasa menghangat. Benni menatap dalam wajah Mila yang terlihat gugup. "Bang, jangan seperti ini. Aku mau mengambil pakaian di lemari," ucap Mila terbata. "Sekarang baru mau mengambil pakai
Bab 43 Benni tersenyum melihat mila yang berdiri di ujung tangga bawah. Dia tahu, Mila pasti ragu untuk pergi ke ruang makan sendirian. Melihat kedatangan Benni, Mila sengaja membuang muka tapi dia langsung mengikuti langkah Benni menuju ruang makan. Tatapan semua orang tertuju pada kedatangan mereka berdua. "Wah, pengantin baru sudah datang!" seru bude Dewi. Bella berdiri dari duduknya lalu menghampiri Mila. Bella memeluk Mila, Mila menepuk pelan punggung Bella. Melihat pemandangan itu, membuat orang yang meragukan jika Mila pacar Benni sebelum ini, menjadi percaya. Termasuk Pak Broto, pria paruh baya itu menghela napas kasar. Rasa malu dan rasa menyesal menjadi satu. Malu karena menyukai pacar anaknya, kecewa karena kehilangan wanita idaman incarannya. "Selamat ya, Mil. Semoga samawa," ucap Bella bersamaan melepas pelukannya. "Terima kasih, Bel," balas Mila tersenyum. Benni merangkul bahu Mila. "Kita juga mengucapkan selamat untukmu, atas pernikahanmu dengan Dirga