Bab 20. Mila yang sudah selesai berbelanja, mendekati kasir terlebih dahulu. Kebetulan, keadaan mini market sedang sepi. Mila meletakkan keranjang belanjaannya di meja kasir, Mbak Kasir memulai menscan satu persatu barang dari keranjang. "Semua totalnya 250 ribu ya, Kak," ucap Mbak Kasir dengan senyuman manis. Mila merogoh tote bagnya, Mila celingukan karena ternyata uangnya hanya 200 ribu. Mila menggaruk keningnya, tersenyum malu pada Mbak Kasir yang masih tersenyum menunggu pembayaran darinya. "Kenapa Mil?" tanya Harsa yang sudah selesai dan mendekati Mila yang berdiri di depan kasir terlihat kebingungan. Mila sedikit mendekati Harsa, "Bang, uangku kurang 50 ribu. Perasaan tadi aku bawa uang 300. Mm, hutang dulu, boleh?" bisik Mila membuat Harsa tersenyum lalu mengangguk. Harsa mendekati kasir lalu membayar belanjaan Mila. Mila bernapas lega karena tidak jadi malu. Saat di luar mini market, Mila menyerahkan uang miliknya untuk mengganti uang Harsa tadi. "Bang,
Bab 21Mila memutar badan hendak masuk ke dalam, tapi dengan cepat Dirga memeluk Mila. Hingga membuat jantung Mila seakan berhenti berdetak karena terkejut. Wawan, Jojo dan Koko menggeleng-geleng melihat adegan di depan mata mereka. Mereka memilih untuk masuk dari pada melihat lanjutan adegan yang mungkin akan membuat mereka iri. Sedangkan Benni, dia menahan amarahnya melihat perbuatan Dirga. "Kak, tolong lepaskan," tutur Mila karena menyadari wajah kesal Benni. "Aku memgkhawatirkanmu, jika kamu tak ingin lagi tinggal di sini. Akan kucarikan tempat lain untukmu," ucap Dirga sesaat setelah melepaskan pelukannya. "Hm, aku pasti akan dengan senang hati menerima tawaranmu itu," balas Mila tersenyum senang. "Baiklah, secepatnya aku akan mencari tempat yang aman untukmu. Agar tak ditemukan anak buah Pak Broto atau ibumu." "Terima kasih, aku masuk dulu. Aku sangat lelah hari ini," ucap Mila lalu masuk ke dalam melewati Benni yang berdiri kaku. Dirga juga ikut masuk ke dalam tanpa memp
Bab 22Mila menelan salivanya, dia menatap nanar ponsel yang baru saja membuatnya bahagia selama beberapa jam ini. Mila mendekati serpihan ponsel itu, dia mengambil kartu sim miliknya. Lalu berdiri tegap di hadapan Benni. Matanya menatap berani wajah Benni. "Aku tidak tahu apa mau-mu, aku juga tidak mengerti kenapa kamu selalu marah begini. Aku hanya ingin bilang, tolong buka matamu! Aku, aku ini Mila ... orang yang tak sengaja tersesat di sini dan jadi pembantu di sini. Aku bukan Shasa kekasihmu yang ingin kamu kengkang!" Mila berbicara sambil menunjuk ke arah dadanya. Benni terpana, dia diam tak menimpali perkataan Mila. Mila membuang muka, dia tidak ingin Benni melihat jika matanya sudah berembun. "Mila, aku ... minta maaf. Aku ..." ucap Benni tak berani melanjutkan ucapannya. Mila membalikkan badan dan melangkah cepat meninggalkan dapur. "Aku mencintaimu, Mila. Aku tidak tahu sejak kapan rasa ini bertandang di hati," ucap Benni sebatas dalam hatinya. Dia tak punya nyali u
Dengan kecepatan penuh, Benni memacu sepeda motor menuju rumahnya. Rasa emosi sudah menguasai dirinya. Sebelumnya ..."Apa, ini bukan prank, kan?" tanya Benni santai meski sebenarnya terkejut ketika mendengar ibunya mengatakan jika Bella hamil. "Perkara seperti ini tidak bisa dibuat bercanda, Ben. Adikmu benar-benar hamil. Tanya kan saja pada Harsa tentang kebenaran itu," balas Bu Rani dengan wajah kecewa. Wajah Benni berubah menjadi tegang, dia yang duduk di samping Bella, meneh dan menatap adiknya dari samping. Benni beralih menatap ke arah Harsa yang juga sedang menghadap ke arahnya. Helaan napas Harsa terdengar begitu berat, seberat kepalanya yang harus mengangguk menjawan kebenaran kabar tentang Bella. Rasa amarah begitu saja tersulut di hati Benni, dia menatap tajam adik perempuan satu-satunya itu. "Siapa yang melakukannya?" tanya Benni pada Mila yang mulai terisak. "Pertanyaan seperti itu hanya tepat jika dia dirudapaks4. Kalimat pertanyaan yang benar untuknya ialah, den
Bab 24"Dirga!!!" Suara Benni yang begitu lantang, memecah keheningan. Jojo, Koko, Wawan dan Dirga yang sedang berdiri di dekat dapur terlonjak kaget. Mereka berempat lari keluar ke ruang depan. Melihat kedatangan keempat temannya, tanpa menunggu Benni langsung mendekati Dirga. Bug ... Bogem mentah langsung mendarat di pipi kiri Dirga, hingga membuatnya jatu tersungkur. Dengan keadaan terkejut, dia memekik kesakitan dan menatap bingung ke arah Benni. "Ada apa, kenapa datang-datang langsung main pukul?" tanya Koko panik dia menolong Dirga untuk berdiri. Dirga memegang pipi kiri lalu mengusap darah yang mengalir dari ujung bibirnya. Dia berdecih menahan rasa pening. "Beraninya, kamu ...! Aku sudah menganggapmu seperti saudaraku sendiri, tapi mengapa kamu merusak Bella!" Benni membentak Dirga lalu hendak memukul Dirga kembali. Akan tetapi Wawan dan Jojo menghalanginya. "Aku tidak merusaknya, adikmu sendiri yang menyerahkan dirinya padaku!" jawab Dirga dengan sorot mata mengejek.
Bab 25.Benny membuka kasar pintu kamar di mana Dirga dikurung, Dirga yang kaki dan tangannya terikat, menatap tajam kedatangan Benni. "Di mana kamu menyembunyikan, Mila?!" tanya Benni. Dirga mengangkat satu alisnya mendengar pertanyaan Benni, sesaat kemudian dua tersenyum miring karena paham dengan tuduhan Benni. "Kemana aku menyembunyikannya? Untuk apa aku memberitahumu!" balas Dirga sinis. "Cepat katakan atau aku hajar kamu!" Benni mengancam Dirga sambil menunjuk ke arah wajah Dirga, matanya melotot karena marah. "Hajar saja, kalau perlu sampai mati sekalian! Biar kamu tidak menemukan Mila dan aku juga tidak perlu menikahi adikmu itu!" jawab Dirga tak gentar dengan ancaman Benni. "Brengsek!" umpat Benni mendekati Dirga. Bug ... bug ... bug "Kau pikir aku tidak bisa mencarikan pria lain untuk menikahi adikku jika kamu mati?! Kamu pikir kamu itu siapa!!" Benni memukuli Dirga tanpa belas kasihan, sampai Harsa dan yang lainnya datang memegangi Benni agar berhenti memukuli Hars
Motor yang dikendarai oleh Benni terasa oleng, diapun menepikan motor ninja miliknya. "Ck, pakai acara kempes segala!" Benni menendang ban motornya. Benni melepas helm dan memperhatikan sekeliling, memastikan apa ada bengkel tambal ban di sekitarnya. "Kenapa motornya, Mas?" tanya seorang pengendara motor yang kebetulan melintas. "Tiba-tiba kempes ini, Pak," jawab Benni. "Oalah, jalan saja ke depan sana. Nanti sehabis tikungan persis itu ada bengkel." "Terima kasih ya, Pak," ucap Benni. "Sama-sama. Mau bantu stut, tapi motor kamu lebih gede dari punya saya ... hehe," ucap si bapak seraya melajukan motornya meninggalkan Benni yang berjuang mendorong motornya. Benni duduk menunggu saat ban motornya sedang diperbaiki. Dia mencoba menghubungi Mila, tapi sayangnya nomer Mila sudah tidak aktif. Benni menunggu dengan perasaan gelisah. "Ini Mas, sudh selesai!" ujar Abang bengkel memberitahu. "Oh iya." Benni langsung berdiri dan mengambil dompetnya. Benni mendekat
Bab 27 Braak~brak~brak "Hei, Bella. Harusnya yang marah itu orang tuamu. Ini malah kebalikannya, angkuh banget jadi anak! Kamu juga, ngapain dirayu-rayu? Dia gak mau makan biarin aja, cuekin. Kalau lapar juga ntar keluar! Berbuat kesalahan tapi songong banget!" Bella tahu itu suara siapa, hati Bella terasa sakit mendengar ocehan Shasa. Tapi dia sedang di fase malas untuk menanggapi. "Apa sih, gak usah ikut campur!" marah Harsa. "Eh, kalau kamu manjain dia. Dia bakal semakin ngelunjak ... dia itu salah. Sudah mencoreng muka orang tua dia! Bukannya tahu diri malah pakai acara mogok makan segala!" Shasa kembali bersuara. Kali ini, Shasa benar-benar puas bisa meluapkan kekesalannya pada Bella. "Mulut aja pintar nyeramahin orang, kelakuan lebih busuk dari orang yang dia hina!" umpat Shasa. "Diam gak kamu!" bentak Harsa, "pergi sana!" Harsa mengusir Shasa pergi. "Iya aku pergi, kamu pikir aku suka berada di depan kamar si julid Bella? Najis!" jawab Shasa lalu pergi