Gandi masih tertegun di tempatnya setelah apa yang dia lihat. Beberapa saat kemudian barulah dia tersadar dan segera menghilangkan penjara air miliknya untuk memastikan sesuatu. Setelah penjara air lenyap, tubuh Raja Iblis Arpa tanpa jiwa pun jatuh ke tanah."Apa yang dia lakukan? Bunuh diri? Tapi itu terasa seperti bukan bunuh diri..." batin Gandi sambil melayang turun dan mendarat di dekat tubuh kasar Raja Arpa. Dia menatap tubuh yang tak bergerak tersebut dengan perasaan aneh dan bertanya-tanya.Raja Naga Air itu pun berjongkok dan memeriksa tubuh tersebut menggunakan kekuatannya. Bara Sena yang tahu pertarungan telah berakhir segera melompat kearah Gandi. Dia menatap tubuh Raja Iblis yang tergeletak di tanah."Sepertinya dia baru saja menggunakan Jurus terlarang," kata Bara membuat Gandi menoleh."Jurus Terlarang? Apakah kau tahu sesuatu?" tanya Gandi yang memang sangat sedikit mengetahui hal yang baru saja Bara katakan."Setiap Iblis, Dewa maupun manusia yang sudah berada di Rana
Dewi Naga Tian Zu Ning termenung sejenak sambil memejamkan matanya."Apakah dia sudah mendapatkan tubuh yang tepat untuk wadah jiwa Guo Jiu?" tanyanya kepada Luo Zhen yang masih berada di dekat penjara gunung yang mengurung Guo Jiu. Kini penjara itu telah hancur setelah Bara mengambil makhluk tersebut secara paksa menggunakan Rantai Hijau."Jika dia berani mengambil Guo Jiu, itu artinya dia baru saja mendapatkan mayat seseorang atau Iblis yang sudah berada di Ranah Alam Dewa. Tapi, mendapatkan mayat yang utuh tanpa terluka, aku masih ragu akan hal itu." kata Luo Zhen."Itu yang aku pikirkan. Tidak mungkin Bara yang kekuatannya tengah melemah bisa mendapatkan tubuh Dewa tanpa bantuan orang lain. Lebih tidak mungkin lagi dia bisa mendapatkan mayatnya tanpa terluka sedikit pun. Siapa yang mau memberikan tubuhnya secara cuma-cuma bukan?" kata Tian Zu Ning. "Hm...Kita bisa tanyakan itu kepadanya. Tapi, untuk sementara ini kita tidak bisa keluar karena itu akan membahayakan dirinya. Kau ta
Semua orang menatap Boneka Iblis Guo Jiu yang baru saja Bara Sena bangkitkan menggunakan mayat dari Raja Iblis Arpa. Sosok mengerikan itu terlihat sangat patuh kepada Pendekar Golok Iblis tersebut. Disaat yang sama, Gandi membuka kedua matanya. Dia cukup terkejut melihat semua orang sudah berkumpul di sekitarnya."Kau sudah selesai? Bagaimana? Ada berapa cahaya yang kau lihat?" tanya Bara."Aku melihat ada lima cahaya...Apakah itu artinya aku sudah termasuk Dewa tingkat atas?" sahut Gandi. Bara nampak terbelalak mendengar jawaban dari Raja Naga Air tersebut."Kau sudah tingkat lima!? Pantas saja tidak ada yang bisa mengalahkanmu di Turnamen...Kau termasuk Dewa yang hebat, karena Dewa Wisnu dan yang lain masih terhenti di tingkat sembilan sama seperti Ganesha," ujar Bara lalu berdecak kagum. Gandi tertawa senang. Siapa menyangka kalau dirinya adalah Dewa yang hampir setingkat dengan Dewa Wisnu."Tapi perbedaan tingkat di Ranah Alam Dewa itu memiliki kesenjangan kekuatan yang besar. Mes
Gandi, Bara dan Sekar melangkahkan kaki mereka keluar dari dalam portal biru milik Raja Naga Air tersebut. Mereka bertiga telah tiba di Kerajaan Naga Air milik Gandi yang berada di dalam dasar laut selatan. Kerajaan itu terlindungi oleh gelembung raksasa yang besarnya tidak main-main. Gelembung itu terbentang hingga ribuan tombak melindungi Kerajaan yang saat ini berada di bawah kekuasaan Gandi Wiratama."Selamat datang di Kerajaan kami, beginilah Kerajaan Naga Airku..." kata Gandi sambil membuka kedua tangannya menyambut Bara dan Sekar Asih yang ternganga melihat Kerajaan tersebut."Sangat megah...Bahkan lebih besar dari yang aku bayangkan..." kata Bara."Kerajaan ini masih belum ada apa-apanya jika dibanding dengan Kerajaan Probo Lintang milik Bayu Jaga Geni," kata Gandi sambil melangkah menuju gerbang besar. Gerbang dengan patung Naga di sisi kanan dan kirinya tersebut adalah satu-satunya pintu masuk ke dalam Kerajaan. Gerbang tersebut berada di luar kubah pelindung Kerajaan sehing
Gandi mengiris nadinya menggunakan kuku tajam miliknya. Darah mengucur cukup banyak di atas cawan perak. Sekar Asih mengawasi apa yang pemuda itu lakukan tanpa berkedip. Darah yang terkumpul di dalam cawan kecil itu terlihat sedikit menyala biru."Kau hanya tinggal meminum darah ini maka tahap pertama untuk menjadi ras naga akan terpenuhi." kata Gandi."Berarti akan ada tahap kedua dan seterusnya?" tanya gadis itu. Gandi mengangguk."Ada dua tahap, yang pertama adalah meminum darah Raja Naga yang bisa kau dapatkan dari diriku lalu yang Kedua adalah Penobatan yang diadakan di Kuil Naga oleh para Tetua Kuil," kata Gandi."Penobatan...? Tetua Kuil dan Tetua di Istana yang sebelumnya menyambut kedatangan kita, apakah mereka orang yang sama?" tanya Sekar Asih. Gandi menggelengkan kepalanya."Mereka adalah Naga yang berbeda. Mengenai hal tentang penobatan, saat kau sudah siap menjadi Ras Naga dengan syarat pertama, maka kau harus melalui syarat kedua yaitu penobatan untuk mendapatkan pengak
Gandi menelan ludahnya sendiri setelah melihat tubuh indah Sekar Asih yang pernah dilihatnya beberapa tahun yang lalu saat dirinya berada di goa dibalik air terjun. Kala itu dia melihat Sekar yang tengah mandi setelah malam harinya melewati maut secara bersama-sama akibat racun dari Pangeran Suma.Kini dia melihat kembali tubuh indah yang sedikit mengeluarkan cahaya redup tersebut. Entah mengapa Gandi merasakan tubuh gadis itu sedikit berbeda dengan tubuh wanita-wanita yang pernah tidur dengannya. "Dia hanya manusia, tapi kenapa aroma dan tubuhnya memiliki kelebihan dibanding Maya dan Nawang Geni? Apakah dibalik tubuhnya ini menyimpan suatu rahasia yang tidak aku ketahui?" batin Gandi.Dii pun membuka pakaiannya dan membuangnya begitu saja di lantai. Kedua matanya tak lepas menatap tubuh Sekar Asih yang memang sangat indah dan memancarkan sesuatu yang lain. Telapak tangan Gandi yang lebar menyentuh kulit lembut itu dan cahaya redup dari tubuh Sekar pun semakin terlihat.Perlahan-laha
Bara duduk bersila di atas ranjang empuknya. Kedua matanya terpejam. Nampak aura keemasan keluar dari dalam tubuhnya pertanda dia tengah melatih tenaga dalamnya. Setelah cukup lama berlatih, akhirnya dia membuka mata."Bagaimana?" tanya seorang wanita cantik sambil menyodorkan nampan berisi secangkir minuman. Bara tersenyum menatap wanita yang tak lain adalah Lu Xie, kekasihnya."Kekuatan ku sudah meningkat dan hampir menembus tingkat 20 Ranah Alam Mendalam. Mungkin setelah aku mendapatkan Inti Jiwa Iblis yang baru, aku bisa naik ke Ranah Cakrawala dengan cepat." kata Bara sambil meraih cangkir biru tersebut. Dia pun langsung menenggak minuman itu tanpa ragu dan mengembalikan ke atas nampan yang masih tersodor di depannya. Lu Xie tersenyum dan melangkah menuju meja untuk meletakkan nampan tersebut lalu kembali ke ranjang dimana Bara berada. Dia duduk di tepian ranjang sambil menatap Bara yang baru saja meminum ramuan Rumput 10.000 Tahun dari ayahnya."Bagaimana? Apakah kau merasakan a
Tubuh Lu Xie terhempas ke lantai batu dengan keras. Bara Sena pun mendarat di dekatnya dan langsung mengulurkan tangannya kearah wanita tersebut sambil tersenyum."Meski aku menang, tetap saja kemenangan ini tidaklah murni. Kau masih belum menggunakan kekuatan sejati. Tapi pertarungan tadi sudah menunjukkan bahwa aku masih bisa secepat dulu." kata Bara."Menggunakan Jurus Hantu Menari tanpa aku sadari, kakang memang hebat. Bukannya aku tidak menggunakan kekuatan sejati, tapi aku belum sempat menggunakannya karena kau sudah mengalahkan diriku lebih dulu. Aku yakin, jika kau menggunakan Pukulan Sakti saat menghantam tubuhku, mungkin saja aku akan terluka parah," kata Lu Xie.Plok! Plok! Plok!Terdengar suara tepuk tangan dari arah depan sana di bawah gapura rumah yang ditinggali oleh Bara dan para pengikutnya. Dewa Cahaya itu menoleh kearah sana dan melihat Gandi bersama Sekar Asih yang berdiri sambil bertepuk tangan."Sepertinya kalian tengah berlatih. Kau berhasil mengalahkan Lu Xie,
Gandi dan Dara mengikuti sosok roh senjata bernama Banyu Biru tersebut masuk ke dalam ruangan yang sangat luas. Bagi Dara Purbavati, itu adalah sebuah tempat yang penuh dengan kenangan saat dirinya masih bersama Empu Jagat Martapura. Namun bagi Gandi, ruangan dengan nuansa keemasan itu sangatlah luar biasa megah. Di dalam ruangan tersebut ada sepuluh pilar raksasa berjajar rapi dengan posisi lima di kanan dan lima di kiri dengan permadani hijau di tengah nya membentang sejauh puluhan tombak. Sepuluh pilar raksasa tersebut menopang bangunan raksasa yang merupakan ruangan inti dari Istana Abadi. Jika mengukur luas istana tersebut, bisa dikatakan sepuluh kali lebih besar dari keraton Kerajaan Naga Air milik Gandi. Dari kejauhan saja singgasana Empu Jagat tidak begitu terlihat. Selain karena jarak yang cukup jauh, juga ada semacam perisai menghalangi pandangan mata Gandi ke arah Singgasana yang berada di atas lantai istana dengan puluhan anak tangga tersebut."Luar biasa sekali...Pilar-p
Gandi melayang mendekati Pragasena dan tiga roh senjata yang menanti dirinya. Mereka berempat tersenyum melihat Raja Naga Air yang menenteng Pedang Naga Langit di tangan kanannya."Kau sungguh benar-benar berhasil mengalahkan kakak Sarasvati...!? Kau mengerikan anak muda!" seru Bolo Satrio begitu takjub melihat keberhasilan Gandi membawa Pedang Naga Langit di tangannya. Padahal sebelumnya dia merasa tak yakin pemuda itu bisa kembali hidup-hidup setelah bertemu Sarasvati, roh pedang Naga Langit yang dia kenal sebagai wanita yang begitu dingin dan kejam tanpa ampun. Kusumadewi, Dara Purbavati dan Pragasena sama-sama tersenyum dan menatap kearah Gandi. Ketiganya seolah mengisyaratkan bahwa mereka ingin mendengar cerita dari Gandi tentang bagaimana cara dia mengalahkan Sarasvati yang memiliki temperamen paling buruk di antara keenam senjata dewa ciptaan Empu Jagat Martapura selain Pedang Tak Berwujud.Dan Raja Naga Air itu pun memahami apa yang para roh senjata itu inginkan. Singkat ceri
Gandi memejamkan kedua matanya dan membiarkan Ki Ageng Samudra Biru mengambil alih tubuhnya. Saat itu juga, aura yang keluar dari tubuh Raja Naga Air itu berubah menjadi lebih kuat hingga berkali-kali lipat. Naga Langit yang merupakan Kaisar Long Yun menatap kearah Gandi dengan matanya yang menyala biru terang."Aura ini terasa sangat tak asing...Apakah itu kau, Biru?" tanyanya dengan suara yang besar padahal dia adalah Naga wanita. Gandi yang ada di dalam alam jiwa pun menjadi membayangkan seperti apa rupa dari wanita Naga tersebut. Tubuh Gandi yang saat itu dikuasai Ki Ageng Samudra Biru menyeringai kecil. Lalu dari dalam tubuhnya keluar aura Naga dengan ukuran yang luar biasa besar. Hampir lima kali lipat dari besarnya Naga Langit yang saat ini baru keluar separuhnya saja dari retakan ruang. Gandi pun berdiri di atas kepala naga raksasa tersebut sambil menatap Naga Langit dengan matanya yang juga menyala biru."Akhirnya kau menyadarinya. Lama tak jumpa, Long Yun," sahut Gandi. Ked
Kepala Naga berukuran sangat besar itu keluar dari retakan ruang yang semakin besar. Gandi yang melihat hal itu pun hanya bisa terperangah karena tak menyangka sama sekali, Sarasvati bisa melakukan hal sehebat itu padahal dia hanyalah seorang roh pedang."Gandi, itu adalah perwujudan Naga Kuno seperti diriku. Dia adalah Naga Langit, Kaisar Long Yun." kata Ki Ageng Samudra Biru di dalam alam jiwa Gandi."Kaisar Long Yun!? Kau mengenalnya?" tanya Gandi."Tentu saja aku mengenal semua Naga Kuno yang sepantaran dengan diriku. Tak kusangka, salah satu kenalan lama ku justru terkurung di tempat ini dan malah menjadi roh senjata temanku sendiri. Menyedihkan... Huh! Kenapa Empu Jagat merahasiakan hal ini dariku? Tapi sejujurnya aku sudah curiga sejak lama saat dia mengatakan bahwa dia telah membuat senjata bernama Pedang Naga Langit. Aku tak mengira, dia akan menggunakan jiwa dari Kaisar Long Yun untuk menjaga pedang tersebut. Aku belum tahu, bagaimana bisa dia mendapatkan Roh Kaisar Naga yan
Narashansa berkelit ke samping saat serangan datang menghujam. Lalu setelah Pedang itu lewat di sampingnya, dia pun melakukan serangan ke arah tubuh Sarasvati. Namun tiba-tiba tubuh wanita itu menghilang dan tahu-tahu sudah ada tepat di belakang tubuh Narashansa."Kau merepotkan saja!" umpat nya sambil mengayunkan pedang.Narashansa terkejut dan tak sempat untuk menghindar. Dia pun bertahan menggunakan Perisai petir miliknya. Meski sebenarnya dia tak yakin mampu menahan ayunan pedang kuat tersebut mengingat Gandi yang bertahan menggunakan Pedang Guntur Saketi saja jatuh ke bawah sana setelah dihantam aura pedang Naga Langit tersebut.Blaaarrrr!!!Ledakan menggelegar terdengar setelah pedang yang memiliki cahaya putih terang dengan semburat biru tua itu menghantam. Kening Narashansa nampak mengernyit menahan tekanan yang luar biasa dahsyat dari Pedang Naga Langit tersebut. Hingga akhirnya dia tak bisa lagi bertahan dari amukan Sarasvati.Tubuh Narashansa pun melayang jatuh menyusul Gan
Bebatuan yang hancur akibat terkena serangan tak terlihat itu menciptakan suara bergemuruh dahsyat. Gandi menatap semua itu dengan perasaan yang sedikit gelisah. Hal itu dikarenakan serangan sebesar itu tak disadari olehnya dan bahkan tak terasakan sama sekali hawa kedatangannya. Padahal dampak yang ditimbulkan dari serangan itu mampu menghancurkan puncak gunung batu yang ada di belakang sana."Sungguh mustahil...Bagaimana bisa aku tak merasakan aura kekuatan sebesar itu...? Apakah ini kemampuan sebenarnya dari Pedang Naga Langit?" batin Gandi."Sepertinya dia sudah tahu kedatangan kita. Padahal jarak dari tempat kita saat ini dengannya masih sangat jauh. Tapi dia bisa melancarkan serangan sekuat ini tanpa kau sadari sama sekali. Sepertinya, lawanmu kali ini lebih hebat lagi dibanding Bolo Satrio," kata Narashansa. Gandi menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan keras."Kenapa kau bisa merasakan serangan itu sedangkan aku tidak? Seandainya tak ada dirimu, mungkin aku akan
Gandi menatap kearah lereng gunung yang longsor akibat hantaman tubuh Bolo Satrio yang baru saja terkena pukulan darinya. Tangan pemuda itu pun bergerak kedepan. Dari dalam telapak tangannya muncul aura biru yang merupakan kekuatan air miliknya. Tangan air tersebut bergerak cepat memanjang dan masuk ke dalam sela-sela batu.Tubuh Bolo Satrio keluar dari dalam reruntuhan tanah dan Batu dalam keadaan mengenaskan. Zirah di tubuhnya hancur dan nampak luka yang parah pada bagian dadanya. Tangan air itu mencengkram lehernya dan menyeret roh senjata tersebut keluat dari reruntuhan."Apa kau sudah menyerah? Kau tak mungkin bisa menang melawanku," kata Gandi.Bolo Satrio yang merasa tak berdaya pun melepaskan Palu Naga Bumi hingga terjatuh ke tanah pertanda dia telah menyerah. Gandi pun melepaskan cengkraman tangan air miliknya pada leher pria besar tersebut lalu melompat di dekatnya. Pemuda itu menempelkan telapak tangan kanannya di bahu Bolo Satrio. Saat itu juga aura kuning keluar dari tang
Disaat Gandi tengah berbincang dengan Dewi Narashansa yang baru saja muncul dari dalam Pedang Guntur Saketi, Bolo Satrio yang sebelumnya terkena pukulan wanita tersebut melompat keluar dari dalam tanah yang mengubur dirinya. Wajahnya terlihat sangat marah dan tubuhnya pun nampak gosong di beberapa bagian akibat pukulan mengandung kekuatan petir dari Narashansa."Kau...Apakah kau juga roh senjata sama seperti diriku?" tanyanya sambil menunjuk kearah wanita buta yang ada di hadapan Gandi. Meski marah dan dendam, tapi rasa penasarannya terhadap sosok yang keluar dari dalam Pedang Guntur Saketi itu lebih besar. Narashansa pun menoleh lalu tersenyum."Tidak. Aku bukan roh seperti dirimu. Aku adalah janin Dewa yang baru saja terlahir tepat disaat pemilikku memanggil diriku. Sebagai seorang Roh Senjata, seharusnya kau tahu apa itu janin dewa bukan?" sahut Narashansa. Kedua mata Bolo Satrio nampak membesar mendengar jawaban dari wanita cantik dengan ikat kepala biru tersebut."Janin Dewa...?
Bolo Satrio dan Naga Bumi miliknya telah jatuh ke dalam cengkraman tangan air raksasa milik Gandi Wiratama. Keduanya meronta-ronta berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman tersebut. Namun mereka tak bisa melakukannya karena kekuatan air milik Gandi sangat besar dan sulit untuk ditembus. Yang ada Bolo Satrio justru menjadi semakin lemah karena terperangkap di dalam air. Sedangkan Naga Bumi tubuhnya mulai remuk karena remasan tangan raksasa tersebut."Menyerahlah dan aku akan lepaskan kalian!" kata Gandi sambil menatap mereka berdua yang terlihat tersiksa.Bolo Satrio yang mendengar hal itu merasa harga dirinya diremehkan dan mulai terlihat sangat marah. Tangan kirinya pun mengarah ke Naga Bumi yang hampir hancur karena cengkraman tangan air raksasa. Kedua mata pria itu nampak menyala keemasan."Kau pikir aku sudah kalah hah!?" geram pria besar tersebut lalu dari dalam telapak tangannya keluar sinar emas. Tiba-tiba tubuh pria itu lenyap dari dalam telapak tangan air tersebut membu