Bara Sena merasakan kedua tangannya bergetar hebat setelah menangkis serangan ekor landak raksasa tersebut. Awalnya dia hanya bertaruh bahwa pedang itu tak akan bisa menahan serangan ekor dari makhluk Penunggu pohon itu. Namun nyatanya dia dan kedua wanita yang ada di belakangnya masih selamat dari kematian."Senjata apa yang kau gunakan? Aku merasakan jutaan roh dari dalam Pedang aneh milikmu itu..." tanya Sukma Geni.Bara tak menyahut. Dia segera mengangkat pedang miliknya. Pedang itu terasa ringan dan jauh sekali dengan Golok Iblis yang berat. "Sepertinya dari segi kekuatan tidak jauh dibawah Golok Iblis. Ini sudah cukup menjadi senjata yang setingkat dengan Pedang Sepasang Naga Emas milik Dewa Penguasa Alam Ling Xin Jiang.Bara Sena melesat kearah makhluk yang berada di bawah pohon raksasa tersebut. Dia tak mau hanya diam dan menunggu datangnya serangan. Setelah tahu Pedang Naga Iblis miliknya mampu menahan serangan dari landak raksasa tersebut, Bara menjadi memiliki rasa percaya
Bara Sena memimpin perjalanan didalam hutan yang masih gelap tersebut diikuti Sukma Geni dan Zhou Yin. Mereka melangkah dengan perlahan sambil bersikap waspada. Mengingat di dalam hutan tersebut sangatlah berbahaya jika sampai lengah sedikit saja."Mungkin tak akan lama lagi matahari akan muncul. Tetap waspada dan pasang indera baik-baik..." kata Bara. Sukma dan Zhou Yin mengangguk mengiyakan.Hutan lebat nan gelap itu dipenuhi pohon-pohon besar. Meski tak sebesar pohon raksasa sebelumnya, tetap saja pohon yang ada di Hutan itu memiliki besar yang tak wajar. Bara menyalakan kekuatan cahaya miliknya di telapak tangan sehingga suasana yang gelap menjadi sedikit lebih terang.Melihat telapak tangan Bara yang menyala cukup terang, Sukma Geni sempat bertanya-tanya didalam hatinya mengenai kekuatan cahaya tersebut. Namun dia tak menanyakannya karena merasa itu tidak cukup penting untuk di pertanyakan."Apakah kalian merasakannya?" tanya Bara."Apa yang kau rasakan?" tanya Zhou Yin."Aku mer
Luo Yan dan Cakra Kumbara serusaha bekerjasama untuk menahan serangan banteng yang menyerang mereka. Song Yue yang sudah terluka cukup parah hanya bisa duduk bersandar di bawah pohon besar."Kemampuan kami menjadi seperti ratusan tahun yang lalu...Lemah...Tak berguna sama sekali..." batin Song Yue sambil memperhatikan dua saudaranya bertarung melawan banteng merah dengan ekor api tersebut.Luo Yan sudah mencoba menggunakan gerbang Darah miliknya untuk menahan pergerakan dari banteng tersebut namun tidak mampu menahan amukan nya yang benar-benar gila. Cakra Kumbara pun tak bisa berbuat banyak. Banteng Geni itu membuat dia kehabisan tenaga dalam.Disaat keadaan mereka sudah semakin kacau dan berada dalam bahaya, kelompok Gandi Wiratama tiba disana dan langsung bergerak menyerang untuk menyelamatkan kelompok Song Yue.Banteng Geni yang melihat adanya serangan dari tiga orang yang baru saja datang tersebut langsung menyongsong serangan Gandi dan kawan-kawan. Tinju Gandi menyala merah dan
Yao Ling berusaha membantu Gandi agar tidak tewas karena serangan ekor api dari Banteng geni yang sudah pecah kepalanya."Sial...Apakah makhluk itu masih hidup...? Bagaimana bisa dia memukul Gandi hingga seperti ini dengan keadaan kepala pecah seperti itu..." batin Yao Ling.Kedua mata Gandi terbuka. Lu Xie dan Yao Ling sedikit merasa lega melihat pemuda itu membuka mata. Setidaknya Raja Naga Air itu tidak mati. Jika sampai Gandi mati dan gagal, kelompok mereka akan menjadi lemah dan sulit untuk bisa mencapai akhir di babak kedua tersebut."Makhluk itu...Dia masih hidup..." kata Gandi denga mata yang menyala hijau. Luka di dadanya secara perlahan sembuh dengan sendirinya. Yao Ling menduga itu berkat dari Batu Jiwa Naga yang ada didalam tubuh sang pemuda.Lu Xie sendiri merasa takjub dengan apa yang dia lihat. Dia tak menyangka luka yang diterima Gandi hingga cukup parah bisa sembuh dengan cepat dan tentu saja tidak wajar. Itu mengingatkan kemampuan sang ayah yang memiliki ajian Rogo J
Langit di atas Hutan Perburuan Harta terlihat gelap secara tiba-tiba. Awan hitam bergulung membentuk pusaran. Lalu dari pusat pusaran awan hitam itu menyambar petir putih kebiruan yang langsung menghujam ke dalam hutan dimana Gandi berada.BLEGAAAARRR!!!Terdengar gelegar petir yang sangat dahsyat mengguncang Hutan tersebut. Bara Sena bersama Zhou Yin dan Sukma Geni sama-sama mendongak kan kepala. Mereka menatap awan hitam di atas hutan tersebut yang berpusat tak jauh dari mereka berada."Pedang Guntur Saketi..." kata Sukma Geni denga mata menatap tajam."Apakah itu artinya Gandi tengah bertarung melawan musuh yang kuat?" tanya Bara."Benar. Dia tak akan menggunakan pedang itu jika tidak bertemu lawan yang kuat. Aku rasa, lawan dia adalah pemilik Harta Tingkat Surgawi..." kata Sukma Geni."Apakah kau berencana merebut harta itu darinya?" tanya Bara sambil mengedipkan satu matanya.Sukma Geni tersenyum kecil."Untuk apa...Aku tak ingin bertindak Licik seperti itu. Biarkan dia memiliki
Dua kekuatan api dan air menyatu namun terpisah dalam satu bola kekuatan. Karena daya tolak keduanya, membuat bola kekuatan yang Gandi Wirataa ciptakan itu berputar cepat menciptakan badai yang cukup besar hingga anak-anak Jaka Geni dan Luo Yan yang ada disana harus bertahan dari badai tersebut aga tidak tereseret jauh."Kekuatan yang mengerikan...!" batin Luo Yan.Lu Xie dan Yao Ling sama-sama menatap dengan takjub. Sementara wanita berpakaian merah yang membawa cambuk api tak diam begitu saja melihat Gandi tengah menciptakan serangan dahsyat. Tangan kirinya bergerak merapal mantra. Lalu tiba-tiba dari dalam telapak tangannya muncul sinar merah membentuk wajah Banteng Geni raksasa."Kau ingin adu kekuatan terakhir? Aku sudah siapkan kekuatan untuk menahanmu..." kata wanita tersebut.Gandi berteriak keras. Tangannya melepas kekuatan yang baru saja dia ciptakan untuk percobaan. Bola kekuatan yang didalamnya berisi kekuatan api dan air itu menderu denga cepat. Kekuatan itu sangat mirip
Yao Ling melesat kearah Luo Yan. Pertarungan pun terjadi diantara anak Dewi Ling dan anak angkat Dewi Luo Yin. Karena keduanya sama-sama berada di Ranah Pemurnian Jiwa, pertarungan yang mereka lakukan lebih banyak menggunakan kekuatan tubuh daripada tenaga dalam. Karena menggunakan tenaga dalam akan sangat boros dan cepat melelahkan.Lu Xie menatap kearah Cakra Kumbara yang hanya diam saja."Apakah kau juga akan bertarung? Kau sudah tahu siapa yang seharusnya mendapatkan Inti Jiwa banteng Geni itu bukan?" tanya Lu Xie.Cakra Kumbara tak menyahut. Dia menoleh kearah Song Yue yang tergeletak di tanah sambil pegangi perutnya yang terluka cukup parah. Pria itu menimbang apa yang akan terjadi jika kelompok mereka berseteru dengan kelompok Gandi tersebut. Secara kekuatan jelas mereka kalah jika sampai Gandi terbangun. Tapi diam-diam Cakra Kumbara mempunyai satu rencana yang terlintas begitu saja di benaknya. Dia pun tersenyum kecil kearah Lu Xie."Aku tahu diri Lu Xie. Tapi biarkan saja k
Lu Xie dan Yao Ling berjongkok didepan Gandi yang masih tergeletak dengan tubuh penuh luka. Namun secara perlahan luka-luka tersebut mulai menghilang. Dua anak Jaka Geni itu sempat saling pandang melihat tubuh Gandi yang pulih dengan cepat."Apa kau tahu, kemampuan apa yang dia miliki sehingga tubuhnya bisa pulih dengan cepat?" tanya Yao Ling."Setahuku, hanya ada dua orang yang memiliki kemampuan ini. Ilmu Rogo Jembangan milik Ayah dan Ilmu Rogo Wesi milik paman Gondo Sula. Dan Gandi adalah menantu mereka berdua. Besar kemungkinan dia memiliki salah satu kemampuan tersebut dari mereka. Tapi, Ilmu Rogo Jembangan tidak bisa diberikan begitu saja. Karena berdasarkan apa yang aku tahu, pemilik ilmu itu akan mati setelah memberikan kekuatannya," kata Lu Xie menjelaskan.Yao Ling mengangguk-anggukkan kepalanya."Jadi begitu ya," Mereka kembali menatap kearah Gandi. Tubuh pemuda itu sudah pulih kembali dan sudah mulai kembali ke sedia kala. Kedua mata Gandi pun terbuka secara perlahan. Aur
Gandi menatap ke atas dengan wajah yang berbinar karena dia telah berhasil mematahkan tangga ilusi yang sebelumnya sangat menyiksa dirinya. "Ternyata apa yang aku lihat di luar dinding kaca itu memang seharusnya seperti ini. Tangga itu hanya memiliki 10 anak tangga saja, bukan ribuan seperti yang sebelumnya aku lihat. Itu semua hanyalah ilusi..." batin Gandi. Dia menoleh ke kanan dan kekiri. Tak ada roh-roh yang bersliweran di sebelah kanan dan kiri seperti yang dia lihat sebelumnya. Bahkan anak tangga yang ada di bawah kakinya juga bersih dari darah."Aneh sekali...Jika benar tadi adalah ilusi, kenapa hal itu benar-benar bisa membuat tubuhku terluka didunia nyata? apakah ilusi yang Empu Jagat pasang di tangga ini memiliki kemampuan unik? Itu artinya, jika aku mati di dalam Tangga Ilusi tadi, aku didunia nyata pun juga ikut mati..." gumam pemuda itu sambil bergidik ngeri membayangkan hal buruk yang akan terjadi padanya jika sampai dia gagal menemukan jalan keluar untuk lepas dari tan
Langkah kaki Gandi terhenti di tangga ke delapan setelah dia hampir kehabisan kekuatannya. Dia juga sudah tak berdaya karena kehabisan darah yang terus mengalir dari luka-lukanya yang disebabkan oleh banyaknya serangan dari arah kanan dan kiri. Ternyata roh-roh yang bersliweran itu juga tidak diam saja setelah Gandi melangkahkan kakinya ke lantai lima ke atas. Mereka menyerang silih berganti menggunakan sebilah pedang panjang di tangannya. Meski tak sampai dalam, luka yang di sebabkan oleh roh tersebut cukup menyakitkan bagi sang Raja Naga Air.Dengan penuh perjuangan, Gandi harus bertahan dari semua cobaan itu hingga akhirnya dia melangkahkan kakinya di anak tangga yang ke delapan. Napasnya terasa mau putus. Darah sudah bercecera diatas anak tangga mengalir ke bawah sana. Pemuda itu bertahan dari sesuatu yang menekan dirinya sambil mengernyit menahan sakit. Gandi pun menatap ke atas sana.Di mata pemuda itu, perjalanan menuju ke puncak masih sangatlah jauh. Sementara, dirinya saat ma
Gandi Wiratama mendarat di depan anak tangga yang terhalang oleh sesuatu yang tak terlihat. Yang jelas, di mata Gandi, tak ada apa pun di atas anak tangga tersebut. Padahal dia merasa yakin, di atas sana adalah tempat dimana Empu Jagat Martapura berada.Dari dalam sesuatu yang seperti kaca itu muncul Dara bersama Banyu Biru yang berhenti tepat di hadapan Gandi. Keduanya sama-sama tersenyum ramah kearah Raja Naga Air. Dara melambaikan tangannya membuat Gandi tersenyum senang. Dia merasa, wanita itu sudah banyak membantunya sejak dia memasuki Istana Abadi."Kau sudah berhasil mengalahkan kedua penjaga Empu Jagat. Bahkan kau mampu memaksa Jogo Geni mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Kau memang layak disebut sebagai Dewa Naga yang hebat." kata Banyu Biru memuji. Gandi tersenyum."Kau terlalu memuji. Aku yakin, itu tidak ada apa-apanya di depan matamu. Karena jika kau yang menjadi lawanku, mungkin tidak akan berhasil melewati ujain itu. Sekarang, katakan saja, apa ujian ketiga yang harus
Gandi yang sudah tak bisa lagi menahan rasa kesal nya berniat untuk memutuskan leher Rairakana Saka yang tak berdaya dalam cengkraman tangannya. Makhluk yang merupakan Naga Mata Api itu terlihat lemah sekali dan tak bisa melakukan perlawanan apa pun setelah Gandi mencekik lehernya. Darah mengucur dari mulut dan luka di wajahnya yang hancur."Sekarang apa yang bisa kau lakukan?" tanya Gandi sambil menatap Saka dengan mata yang menyala-nyala. Naga Mata Api itu tak berkata apa pun. Keadaannya sangat lemah sehingga bergerak pun tidak bisa. Apalagi Gandi sudah menghajar nya hingga wajahnya hancur berantakan. Ketika Raja Naga Air itu hendak meremukkan leher Saka, tiba-tiba terdengar suara dari atas singgasana yang jauh di depan sana."Gandi, cukup! Kau telah lolos ujian kedua dariku! Biarkan dia tetap hidup!" berkata Banyu Biru dari kejauhan yang terdengar jelas di telinga Gandi Wiratama. Mendengar hal itu, Gandi pun melemparkan Saka ke arah pilar dengan keras. Namun tiba-tiba muncul sesuat
Sanskara segera menyentuh tubuh Gandi Wiratama yang tergeletak di atas lantai. Seketika itu juga, tubuh ganda milik Gandi itu pun terserap masuk ke dalam alam jiwa milik Raja Naga Air. Begitu masuk ke dalam, Sanskara dibuat terkejut melihat Gandi yang tengah berjuang menahan kobaran Api dari tiga mata raksasa yang melayang di atas lautan."Jurus Mata Api Pembakar Jiwa itu sangat mengerikan! Aku harus memikirkan cara untuk menghentikannya!" seru Gandi yang tengah bertahan agar alam jiwanya tak terbakar. Sementara, Ki Ageng Samudra Biru nampak duduk santai di atas batu besar sambil menatap apa yang Gandi lakukan seolah tak terjadi apa-apa disana. Padahal keadaan sedang kacau balau oleh semburan api dari tiga mata raksasa.Sanskara segera melesat dan berdiri di samping Gandi. Karena kesadaran Ilahi yang dia miliki, dia bisa membantu Gandi di dalam alam jiwa milik pemuda itu. Sanskara pun mengerahkan kekuatan air untuk menahan gempuran api milik Saka."Kau datang juga akhirnya.,," ucap Ga
Dari dalam formasi lingkaran mantra itu muncul satu sosok bertubuh sama besarnya dengan Gandi Wiratama. Aura merah pekat keluar saat kaki dari sosok seorang pria berambut panjang yang hanya mengenakan celana panjang warna hitam tanpa mengenakan alas kaki.Pria itu memejamkan mata saat keluar dari dalam lingkaran. Begitu seluruh tubuhnya keluar, kedua matanya terbuka dan menatap kearah Gandi. Tak hanya itu, ternyata pada bagian keningnya juga ada satu mata yang lebih besar dari kedua mata yang lain. Ketiganya sama-sama memiliki pupil merah menyala. Dara menoleh ke arah kakaknya, Banyu Samudra."Itu adalah Naga Mata Api...Tetesan darah yang di dapatkan Empu Jagat ribuan tahun yang lalu dari Neraka setelah tawar menawar dengan Dewa Yama. Satu tetes darah bisa menciptakan tubuh jiwa sehebat ini, hanya saja, Jogo Geni akan kehilangan banyak kekuatan jiwa setelah membangkitkan Naga Mata Api ini," kata Banyu Samudra memberikan penjelasan sebelum Dara bertanya."Kenapa aku tak mengetahui hal
Banyu Biru dan Dara Purbavati sama-sama takjub dengan apa yang mereka lihat di bawah sana. "Kemampuan suamimu bagus juga Dara. Dia bahkan Bisa menciptakan tubuh ganda dengan kesadaran Ilahi sama seperti kita. Bahkan kita hanyalah roh sedangkan yang dia ciptakan adalah tubuh padat dengan jiwanya sendiri. Pemuda bernama Gandi ini, lebih hebat dibanding leluhurnya. Hanya saja, dia masih berada di Ranah Alam Dewa Tingkat lima...Itu masih terlalu jauh untuk bisa mencapai Ranah yang dimiliki olehnya. Jika Gandi sudah mencapai Ranah itu, aku yakin, tak ada satu makhluk hidup pun yang berani menyinggung dirinya." kata Banyu Biru."Jadi kakang juga merasakan kalau kakang Gandi ini berbeda?" tanya Dara.Banyu Biru mengangguk sambil tersenyum tipis."Tubuh ganda itu sulit untuk diciptakan apalagi ditambah kesadaran ilahi yang bahkan tak bisa dilakukan oleh Empu Jagat Martapura di masa lalu." kata Banyu Biru."Mungkin kehebatan orang berbeda-beda. Meski Empu Jagat tak bisa menciptakan tubuh gand
Graaaaaa!!!Jogo Ireng berteriak keras hingga membuat lantai istana bergetar. Gandi dan tubuh ganda miliknya yang bernama Sanskara sama-sama terkejut melihat penjaga Empu Jagat yang sebelumnya sudah dikalahkan oleh Sanskara itu bangkit berdiri kembali."Bagaimana bisa...?" gumam Gandi."Sepertinya dia memiliki kemampuan khusus yang bisa membangkitkan kekuatannya setelah dia mati atau terluka parah. Kalau begitu, aku akan menjadi lawannya lagi sementara kau atasi Jogo Geni." kata Sanskara membagi tugas. Gandi cukup kaget tubuh ganda miliknya memiliki pemikirannya sendiri dan lebih cepat dalam mengambil keputusan dibanding dirinya yang sedikit lebih banyak berpikir."Tak usah terkejut. Kenapa aku bisa seperti ini karena kemampuan terbaikmu sudah kau tanamkan di dalam jiwaku. Jadi, aku sedikit berbeda darimu karena saat kau menciptakan diriku, kau sudah memberikan sebagian besar kemampuan mengatur siasat milikmu kepadaku. Itu sebabnya aku lebih cepat dalam mengambil keputusan." kata Sans
Gelombang api itu tertahan oleh kubah air yang diciptakan oleh Gandi Wiratama. Keadaan di dalam kubah tersebut menjadi tidak terlihat karena Api yang bergejolak. Gandi dan tubuh ganda miliknya sama-sama terhenti di sana menatap apa yang terjadi di dalam kubah air tersebut."Kekuatan Jogo Geni meningkat sangat cepat! Jurus apa yang tengah dia kerahkan?" batin Gandi sambil bersikap waspada."Sepertinya pria besar bernama Jogo Geni itu sedang menggunakan Jurus rahasia. Jika sampai dia berhasil menggunakan Jurus itu dengan sempurna, kita akan kesulitan." kata tubuh ganda yang ada di belakang Gandi membuat Raja Naga Air itu terkejut."Kau tahu apa yang aku katakan di dalam hati?" tanya Gandi. Tubuh Ganda itu terseyum tipis."Tentu saja aku tahu. Meski kita berbeda tubuh, tapi pada dasarnya kita adalah orang yang sama dengan satu jiwa. Hanya saja, aku memiliki kesadaran ilahi," kata tubuh ganda tersebut. Gandi nampak mengerutkan kening pertanda dia tak tahu sama sekali mengenai kesadaran Il