Share

3. Tak Tahu Malu

Author: pramudining
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Happy Reading

*****

Segala kesakitan dan pertanyaan masih tersimpan sampai saat ini. Alih-alih menanyakan pada sang suami, Yanti malah memikirkan bagaimana perasaan Basuki jika benda yang meruntuhkan hati itu ditanyakan pada jam kerja. Tentu fokus sang suami terpecah, jadi perempuan itu menangguhkan semua tanya hingga nanti si lelaki pulang.

Berbagai macam pikiran mulai terbayang. Isi kepala Yanti mulai merangkum beberapa kejadian sebelum-sebelumnya. Bagaimana sang suami sangat tegas mengatakan bahwa dia akan segera menikah dengan perempuan yang dibawanya kemarin. Sikap Baasuki yang makin abai dan kasar pada keluarga, mungkin benda itulah sumber segalanya.

Tugas mengurus rumah tetap perempuan itu lakukan walau hati dan pikirannya entah mengembara ke mana. Pekerjaan yang seharusnya selesai sebelum si bungsu datang, kini malah molor. Hingga Bagas pulang sekolah, masih banyak yang belum sempat tersentuh tangan.

Baju kering kemarin yang belum disetrika dibiarkan begitu saja di dalam keranjang. Yanti malah duduk termenung menatap akuarium mini yang berisi ikan hias kecil-kecil milik Bagas. Tangan kirinya menopang wajah, matanya terpejam memikirkan sesuatu. Sementara tangan kanan masih memegang benda penghancur hati. Beberapa kali jari-jarinya memijit pelipis yang makin terasa nyeri. Sering juga dia mengembuskan napas panjang. Benda kecil itu sanggup meruntuhkan kepercayaan bahwa suaminya akan segera berubah.

Bagas yang baru pulang dari sekolah, mendapati mamanya yang tampak lelah. Suara salam yang dia berikan tak juga dijawab hingga beberapa kali mengulang. Diam-diam dengan berjinjit, bocah itu mendekati Yanti. Setelah jarak mereka cukup dekat, Bagas mencium pipi kiri mamanya.

"Astagfirullah, Adik," ucap Yanti kaget, "masuk salam dululah, Nak. Kalau Mama jantungan gara-gara kaget gimana?"

"Adik tadi udah salam. Mama aja yang nggak dengar, makanya langsung cium biar tahu kalau Adik pulang," terang Bagas.

Yanti menyembunyikan benda mungil tadi di bawah paha kanan sebelum si bungsu mengetahui dan bertanya.

"Makasih, ya, Ma. Udah dibawain bekal tadi. Untung aja Mama nitipin ke Kakak kalau nggak, Adik bisa kelaparan. Mana lagi pelajaran olahraga." Bagas mengembuskan napas panjang, sebentar. Teringat kejadian tadi pagi yang membuatnya enggan sarapan.

"Sama-sama, Sayang. Udah tugas Mama merhatiin kalian semua."

Pikiran Yanti kembali mengambara. Biasanya, jika salah satu anaknya pulang sekolah perempuan itu gesit menyiapkan makan buat mereka, tetapi tidak kali ini. Dia diam saja dengan mata menatap plafon.

"Adik mau ganti baju dulu, Ma," pamit Bagas yang masih bingung dengan keadaan mamanya.

Sekitar lima belas menit kemudian, suara salam lelaki yang ditunggu-tunggu terdengar. Kebiasaan Basuki jika waktu makan siang akan pulang ke rumah dan hal itu belum berubah sampai saat ini. Yanti beranjak dari duduk menyambut sang suami. Namun, kakinya mendadak seperti tertempel lem, tatapannya tajam melihat tangan Basuki yang menggandeng seseorang.

"Ma, siapkan makan siang, ya. Dua porsi, sekalian buat dia," lirik Basuki pada perempuan yang dibawa. Kemarin pun, perempuan itu datang dan menimbulkan gonjang-ganjing di rumah mereka.

"Istrimu lelet banget, sih, Mas. Betah, ya, hidup sama perempuan kayak gitu," cibir perempuan yang mengenakan rok di atas lutut dengan kemeja berlengan pendek ketat. Lekukan tubuhnya terlihat jelas, apalagi bagian depan tampak membusung.

Yanti berjalan ke arah dapur. Malas berdebat karena di rumah ini bukan cuma ada dia, tetapi si bungsu juga. Satu jam lagi si sulung juga datang. Jika perempuan itu tidak segera melaksanakan perintah Basuki, pasti keributan seperti kemarin bakal terjadi. Psikis buah hati mereka perlu dijaga.

Semua masakan yang sudah di masak, Yanti hidangkan di meja makan. Sayur sup ditemani ayam goreng kalasan dengan sambel kecap diberi sedikit kacang terlihat menggoda. Tempe dan tahu bacem menjadi lauk pelengkap makan siang kali ini. Selesai menyiapkan semua, perempuan itu memanggil suami dan anaknya.

Dari arah kamar, Bagas keluar. Tepat di pintu yang menghubungkan dapur dan meja makan dia melihat perempuan yang ditemuinya kemarin. Kakinya berbelok arah, enggan makan siang bersama papanya dan hal itu diketahui Yanti.

"Dik, ayo makan siang. Dari pulang sekolah tadi kamu 'kan belum makan," pinta Yanti.

"Adik nggak laper, Ma. Nanti aja nunggu Kakak." Bagas berjalan ke kamar lagi.

"Silakan kalian makan dan nikmati hidangan itu tanpa memikirkan perasaan kami," sindir perempuan berkulit sawo matang itu. Namun, dia tetap berada di meja makan.

"Masakan sederhana gini, mana bisa aku makan dengan nikmat, Mas. Istrimu nggak bisa apa masak yang lebih wah, gitu," ujar perempuan yang dibawa Basuki.

"Ini aja udah lezat, Sayang. Aku 'kan harus nabung buat pernikahan kita nanti." Basuki mencoba merayu si perempuan.

Cemburu, jelas Yanti rasakan. Tak ada satu perempuan pun sudi melihat kejadian seperti yang dialaminya di depan mata. Kata-kata manis dan rayuan suaminya pada sang perempuan berbanding terbalik dengan perlakuan kepadanya. Yanti mengelus dada, menahan emosi yang mulai merayap di hati.

"Mas, setelah makan nanti kita perlu bicara. Ada hal penting yang ingin aku tanyakan." Setelah mengambil piring berisi makanan, Yanti meninggalkan mereka berdua.

"Mau ngomong apa perempuan itu, Mas?" tanya wanita yang bernama Ilyana.

Basuki mengangkat kedua bahu dan melanjutkan acara makan siang. Memasukkan makanan yang sudah di masak sang istri ke dalam mulut. Tak memungkiri keahlian Yanti dalam mengolah masakan, lelaki itu selalu puas dengan hasilnya.

Selesai menghabiskan makananan, Basuki meninggalkan Ilyana. "Bereskan meja, ya. Aku mau temui istriku."

"Lho, kok, aku? Aku kan nggak bisa ngerjain yang berat-berat, Mas. Kalau sampai dia kenapa-kenapa, nyesel, lho." Ilyana mengusap perutnya yang belum terlihat membuncit.

"Apanya yang berat? Cuma naruh piring kotor ke cucian aja. Jangan malas, deh. Perempuan hamil juga butuh gerak." Basuki meninggalkan Ilyana tanpa menatap lagi.

Hentakan kaki merupakan protes dari sikap Basuki. Ilyana merengut, marah. Apa-apaan dia? Aku kan males kalau suruh ngerjain beginian.

Setengah hati, perempuan itu membereskan peralatan yang ada di meja. Menaruhnya pada wastafel di dapur tanpa berniat mencuci. Setelah itu, Ilyana menghampiri sang kekasih.

"Ya, itu memang punya Ilyana. Terus kamu mau apa? Nggak terima kalau aku nikah lagi?" kata Basuki penuh emosi.

"Mas, lihat anak-anak. Bayangkan perasaan mereka saat tahu papanya menghamili perempuan lain. Kamu itu abdi masyarakat." Yanti berkata disertai isakan kecil.

"Ya, mau gimana lagi. Dia terlanjur hamil. Lagian semua ini terjadi juga gara-gara kamu."

Yanti mendelik, tak percaya ucapan suaminya. "Salahku di mana, Mas?"

"Ya, salah. Kamu jarang nemenin aku ke acara-acara kantor. Kalau diajak keluar sekedar bersenang-senang alasanmu banyak banget. Belum lagi saat aku membutuhkan kehangatan malam hari. Kamu sering menolak dengan alasan capek."

Yanti terhuyung ke belakang hingga terjatuh di pinggir ranjang. Teganya lelaki itu berkata menyakitkan seperti barusan. Seluruh pengorbanannya tak berarti apa pun.

"Tuh, denger. Makanya jadi istri yang becus ngurus suami." Ilyana nyelonong masuk ke kamar mereka berdua.

Sesuatu yang seharusnya tak boleh dilakukan oleh seorang tamu.

Basuki menggandeng tangan Ilyana keluar, meninggalkan istrinya yang meratapi kesedihan. Tak ada penyesalan atau permintaan maaf. Semua seolah biasa saja bagi lelaki itu dan sang kekasih.

Di mana rasa malu saat berbuat dosa yang telah mereka lakukan? Semua dilakukan secara terang-terangan di depan mata perempuan yang telah sah sebagai pasangan Basuki. Jika sudah seperti ini di mana letak kesalahan itu?

*****

Related chapters

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   4. Teror

    Happy Reading*****Setengah badannya tampak di cermin sangat kusam. Kerutan-kerutan halus mulai tampak di ujung dan bawah mata. Usia Yanti memang tidak muda lagi, tetapi saat perempuan lain dengan perawatan tubuh dan wajah yang rutin masih terlihat cantik, dia justru sebaliknya. Lusuh, kusam dan tak terawat, apalagi kulitnya yang cenderung lebih gelap dari perempuan-perempuan bermusim tropis, semakin menambah kesan jelek padanya. Selama ini dia tak memperhatikan penampilan. Berusaha sebaik mungkin merawat anak dan suami, tetapi justru sekarang hal itulah yang memicu perselingkuhan Basuki. Yanti mengelap setitik air yang jatuh di pipi. Menambahkan bedak tabur agar mata sembabnya tak terlihat. Cukup sudah kesedihan itu, dia segera berdiri dan keluar kamar."Ayo, Kak. Mama sudah siap," ucap Yanti di depan kamar si sulung. Sore ini mereka harus ke rumah orang tua Basuki. Ibu mertuanya mengadakan haul meninggal sang suami, begitu informasi

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   5. Dua Perempuan

    Happy Reading*****"Temui aku di kafe sembilan enam, dekat rumahmu. Sekarang nggak pake lama!" pinta Ilyana di telepon. "Maaf, aku masih banyak kerjaan," jawab Yanti ramah. "Halah, kerjaan cuma ngurus rumah aja sok. Jangan buat aku marah, deh. Aku bisa laporin ke Mas Basuki biar kamu tahu rasa.""Setengah jam lagi, itu kalau kamu mau. Kalau nggak, ya, sudah." Yanti menjawab santai. "Oke, jangan molor kayak karet." Ilyana menutup panggilannya. Yanti menatap layar ponsel tak percaya. Ada angin apa sehingga Ilyana meminta bertemu. Jika untuk memaki-maki, rasanya tidak mungkin. Bukankah yang bersalah adalah perempuan itu. Perempuan muda itu yang hadir di tengah rumah tangga antara dirinya dan Basuki. Semoga hati dan pikirannya sudah terbuka untuk tidak mengganggu hubungan rumah tanggaku. Doa Yanti dalam hati. Kurang dari setengah jam, perempuan dengan tinggi sekitar 155

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   6. Bukan Imam Pilihan

    Happy Reading*****Ketika kesakitan masih melanda jiwa dan raga, Yanti tetap melaksanakan kewajibannya mengurus sang suami. Perempuan itu segera menyiapkan makan siang untuk Basuki dan Bagas yang baru pulang. Ketika akan memanggil mereka berdua, suara teriakan seorang perempuan terdengar.Yanti mengenalnya, pemilik suara itu tak lain adalah sang ibu mertua. Kehebohan apalagi yang akan terjadi setelah ini, pikiran perempuan berambut hampir sepinggang itu mulai bertanya-tanya. Siksaan demi siksaan sudah dia alami dari pagi dan sekarang teriakan mertuanya merupakan tanda siksaan yang kesekian kali di hari ini."Kamu nggak tahu diri banget, Yan!" teriak p

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   7. Derita Yang Membahagiakan

    Happy Reading*****Setelah mengucap kata talak, Basuki pergi begitu saja dengan Ilyana yang sudah menunggu di depan kafe itu. Arya, suami Naina masih melongo menatap Yanti dan istrinya bergantian. Merasa iba dengan perempuan yang sudah dijatuhi talak suaminya, lelaki itu menyodorkan jus yang mereka pesan."Minumlah, Mbak. Maaf kalau buat suamimu salah paham. Aku nggak nyangka bakalan gini akhirnya," ucap Arya tulus dengan wajah penuh penyesalan."Aku yang harus minta maaf, Mas," ucap Yanti pada Arya, "Nai, kamu tahu sekarang, 'kan? Gimana kelakuan suamiku.""Sabar, Say," ucap Naina. Dia kemudian merengkuh sang sahabat ke dalam pelukan dan salah satu tangannya mengelus-elus rambut. "

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   8. Babak Baru Kehidupan

    Happy Reading*****Jalanan mulai sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang lewat. Kota kecil seperti Banyuwangi, meskipun kabupaten jika jam sembilan ke atas jarang kendaraan yang melintas. Di belakang motor berwarna putih milik Chalya, Yanti berada kini.Rumah tangga yang dibangun belasan tahun silam runtuh sudah. Kesedihan demi kesedihan yang ditorehkan Basuki kini berakhir seiring jatuhnya talak dari lelaki itu. Kini, perempuan itu harus menyiapkan kalimat atas pertanyaan yang akan diajukan ibunya nanti.Tak pernah menjenguk perempuan yang telah melahirkannya adalah bukan murni keinginan Yanti. Basuki sering kali melarang dengan alasan kewajiban sebagai istri harus didahulukan. Ah, mengapa dia harus mengingat lelaki itu kembali.

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   9. Chalya dan Bagas

    Happy Reading*****Bel tanda pelajaran akan segera dimulai berbunyi ketika Chalya memarkirkan motor. Cepat dia mencopot helm yang masih dikenakan dan segera berlari ke kelas. Jam pelajaran pertama adalah kimia dengan guru super galak tentunya. Sudah pelajarannya cukup susah ditambah guru galak pula, lengkap sudah.Dari lorong yang berseberangan dengan gadis itu berlari si Pak Guru sudah terlihat hampir mendekati kelas. Chalya mempercepat larinya, sayang langkah kaki lelaki paruh baya itu hampir sama dengan lari si gadis sehingga mereka berpapasan di depan pintu kelas. Mereka hampir saja bertabrakan."Kenapa masih pake jaket?" tanya sang Guru."Maaf, Pak," ucap Chalya sambil membuka

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   10. Pertemuan

    Happy Reading*****Awan kumulus putih menghiasi birunya langit. Tiupan angin sesekali terasa, tetapi tidak sampai mengurangi keringat yang terus bercucuran dari perempuan yang akan berangkat kerja. Sekali lagi hari ini, dia masuk sif siang. Setelah menjemput putranya, Yanti segera mengganti pakaian dan berangkat.Jalanan dari rumah ibunya terasa sepi. Sebagian penduduk mulai istirahat sebelum melanjutkan pekerjaan di sawah. Rumah yang pernah ditinggali Yanti selama kurang lebih delapan belas tahun itu memang tergolong desa. Jadi, sebagian besar penduduknya bertani, lahan persawahan masih banyak dijumpai di sana, meskipun tidak semua menanam padi.Sepanjang perjalanan sebelum keluar dari jalan desa. Rekaman kejadian bersama Basuki melinta

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   11. Resmi Bergelar Janda

    Happy Reading*****Mengalah bukan berarti kalah, sesuatu yang dipaksakan hasilnya tentu tidak akan bagus. Bertahan belasan tahun sudah dijalani oleh Yanti. Menjadi istri yang begitu pengertian dan memaafkan setiap kesalahan Basuki pun sudah perempuan itu lakukan. Namun, sikap si lelaki yang berstatus suami tak juga berubah.Benar bijak berkata, pengertian itu tidak cukup dilakukan oleh salah satu pihak saja. Jika hal itu tetap dipaksakan, maka akan ada pihak yang terluka. Seperti posisi Yanti pada pernikahannya dengan Basuki, hanya perempuan itu saja yang selalu mengerti dan belajar memahami segala kelakuan dan sikap suaminya, tetapi tidak begitu dengan sang lelaki.Sebuah surat yang dikirimkan oleh seseorang atas suruhan Basuki membuat

Latest chapter

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   42. Buah Hati

    Happy Reading*****Bulan terus berganti, perut Yanti kian terlihat membesar seiring kesehatan Ismoyo yang makin membaik. Keluarga mereka semakin hari juga semakin bahagia. Segala gangguan dalam rumah tangga bisa teratasi dengan baik.Perihal uang untuk melunasi kredit macet ke bank juga sudah diceritakan. Ismoyo juga sudah memulai bekerja sejak sebulan lalu. Minimarket online yang digagas oleh istrinya juga berjalan baik dengan hasil yang lebih maksimal. Usaha pasangan itu kian hari kian berkembang.Tentang Dania, dia sudah jauh lebih bertanggung jawab dan tertata dal

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   41. Dasar Sableng

    Happy Reading*****Suara azan Asar berkumandang, Ismoyo beranjak dari kursi rodanya. Menuju kamar mandi, sementara sang istri masih bekerja di depan laptop. Mencatat satu per satu pesanan masuk dari minimarket. Untuk sementara waktu Yanti membantu menangani pesanan-pesanan dari toko online usaha suaminya.Tak tega melihat cara berjalan sang suami yang tertatih, Yanti mendekat. "Mas kenapa nggak minta tolong?""Aku takut ngganggu kamu, Sayang. Kerjaanmu jadi dobel karena aku sakit. Masak iya aku masih ngerepotin kamu dengan aktifitas kecil seperti ini," ucap Ismoyo.

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   40. Wonder Women

    *****Pagi-pagi sekali, Yanti sudah disibukkan dengan pekerjaan. Baik itu pekerjaan rumah sampai perkerjaan di toko miliknya. Selesai mengurus sang suami dia pamit berangkat kerja."Mas, nanti sebelum makan siang aku dah pulang. Njenengan di rumah ditemani sama Mbok Asri, nggeh. Aku cuma mau cek stok dan ngirim barang orderan toko online," pamit Yanti pada Ismoyo yang tengah berjemur di halaman samping rumah. Ada ruang hijau di sebelah garasi mobil mereka. Sengaja dibuat untuk tempat bermain anak-anak, begitu pikir Ismoyo dahulu. Tak disangka halaman yang tak seberapa luasnya itu kini bisa dimanfaat sebagai tempat terapi baginya.Sejak di rawat di rumah sakit, dokter menyarankan agar dia sering-sering berjalan-jalan tanpa alas kaki. Hal itu dilakukan untuk memperlancar peredaran darah. Be

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   39. Kejutan

    Happy Reading*****Bias kemerahan mulai tampak di langit kabupaten dengan sejuta mistis yang sangat terkenal. Keluarga kecil Ismoyo berkumpul semua di teras atas tempat favorit Mbok Asri. Bukan pesta, tetapi sebuah ungkapan rasa syukur dari Rukayah karena kedua buah hatinya kembali rukun. Mereka mengadakan acara makan malam sederhana.Acara dimulai dari menikmati senja disertai obrolan ringan sambil menunggu masakan yang masih diolah. Ketika azan magrib berkumandang, keluarga itu melaksanakan kewajiban terlebih dahulu baru menikmati hidangan. Naina dan keluarganya juga masih di rumah Ismoyo.Karpet motif abstrak warna dasar hitam sudah digelar dengan ra

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   38. Sigarane Nyowo (separuh jiwa)

    Happy Reading*****Ketika akad nikah telah diucap, menandakan bahwa seorang lelaki dan perempuan telah menemukan sigaraning nyawa atau lebih sering disebut garwa. Maka, saat itu juga baik suami ataupun istri harus bisa menerima dengan segenap rasa syukur bagaimanapun sosok dan kondisi pasangannya. Tidak layak bagi keduanya saling mencela dan mencari-cari kesalahan pasangan karena keduanya adalah satu kesatuan yang utuh sebagai belahan jiwa.Seorang suami istri harus berada dalam satu pihak dalam menyikapi setiap proses fase kehidupan. Jika ada masalah yang timbul di kemudian hari, keduanya harus bisa menyelesaikan dan saling mendekat satu sama lain. Jangan ada sekat atau sesuatu yang disembunyikan agar rumah tangga yang sakinah, mawaddah warohmah senantiasa tercipta.Sigaraning nyawa menyiratkan adanya keseimbangan antara suami istri. Saling melengkapi, memberi dan menguatkan. Jika sudah seperti itu seakan istri tidak bisa hidup tanpa sua

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   37. Widyani

    Happy Reading *****Suara pecahan kaca dari meja yang dilempari asbak terdengar begitu nyaring. Suami Widya marah karena merasa dikhianati oleh istrinya. Sebuah video percakapan perempuan itu dengan Dania yang mengatakan keinginannya untuk kembali pada Ismoyo terekam. Siapa lagi kalau bukan Yanti yang mengirimkan.Rekaman video itu didapat masih dari CCTV kantor Pak Asrul ketika mereka berniat mengibuli Ismoyo. Atas bantuan Rukayah, Yanti mendapat nomor ponsel lelaki itu. Semua tipu muslihat Widya telah terendus kini."Berani kamu ninggalin aku?" kata lelaki yang bernama Anton."Bukan gitu, Mas. Aku cuma mau menguasai harta Ismoyo aja, nggak lebih, kok. Usahamu hampir koit, lalu aku makan apa kalau terus-terusan ngandelin kamu." Widya membuat alasan."Halah! Itu cuma akal-akalanmu aja. Cuma masalah makan aku masih bisa mencukupinya. Dulu aja, kamu bilang dia mandul nggak bisa muasin. Sekarang?" Anton meninggalkan istrinya keluar. Men

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   36. Ilyana

    *****Lelaki itu masih betah duduk di mobil sambil memandangi rumah yang sudah bukan miliknya lagi. Terbayang kenangan indah bersama keluarga kecilnya dulu sebelum semua berubah. Tiap kali Basuki pulang kerja, Yanti dan Chalya sudah menyambut. Sulung kecil begitu riang menyambut kedatangannya, meskipun dirinya tak membawa oleh-oleh.Semua membahagiakan saat itu walau gajinya tak seberapa karena belum diangkat menjadi ASN. Basuki memukulkan keningnya pada setir, menyesali perbuatannya dahulu. Setelah menikah dengan Ilyana perasaan bahagia itu tidak pernah dirasakan. Tiap kali pulang kerja, istrinya tak pernah ada di rumah. Jangankan makanan yang sudah tersedia di meja, kehadirannya sebagai pelepas lelah saja tak pernah ada.Sekarang dia harus melepaskan semua kenangan ber

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   35. Istri

    Happy Reading*****Pulang menjenguk suaminya, Yanti segera menemui Basuki. Menyelesaikan permasalahan terakhir mereka. Setelah itu baru dia mengurus masalah Ismoyo. Perempuan itu sudah bekerja sama dengan Gaza berusaha melunasi kredit macetnya."Aku sudah di tempat yang kamu tentukan," kata Yanti di telepon."Aku di gazebo pojok nomor dua dari ujung kafe," ucap seseorang.Yanti menutup telepon dan berjalan sesuai petunjuk dari lelaki yang di teleponnya. Dia tidak sendiri, ada Gaza yang menemani saat bertemu dengan Basuki. Tak mau ambil resiko jika nanti ada mulut-mulut seseorang yang memfitnah dirinya, apalagi istri sang mantan selalu saja be

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   34. Sejatinya Cinta

    Happy Reading*****"Jadi, di mana istrimu sekarang?" tanya Ismoyo tak sabar."___""Share alamatnya kalau nggak mau aku laporkan ke polisi. Kamu juga pasti terlibat persekongkolan dengan istrimu itu. Aku tunggu secepatnya.""___"Ismoyo menutup telepon setelah lelaki yang berstatus suami Widya itu menyelesaikan perkataan. Tak lama kemudian suami Yanti menerima notif chat, sebuah alamat dikirimkan oleh orang yang diteleponnya tadi. Dia segera pamit pada sahabatnya."Za, aku niti

DMCA.com Protection Status