Share

4. Teror

Penulis: pramudining
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Happy Reading

*****

Setengah badannya tampak di cermin sangat kusam. Kerutan-kerutan halus mulai tampak di ujung dan bawah mata. Usia Yanti memang tidak muda lagi, tetapi saat perempuan lain dengan perawatan tubuh dan wajah yang rutin masih terlihat cantik, dia justru sebaliknya. Lusuh, kusam dan tak terawat, apalagi kulitnya yang cenderung lebih gelap dari perempuan-perempuan bermusim tropis, semakin menambah kesan jelek padanya.

Selama ini dia tak memperhatikan penampilan. Berusaha sebaik mungkin merawat anak dan suami, tetapi justru sekarang hal itulah yang memicu perselingkuhan Basuki. Yanti mengelap setitik air yang jatuh di pipi. Menambahkan bedak tabur agar mata sembabnya tak terlihat. Cukup sudah kesedihan itu, dia segera berdiri dan keluar kamar.

"Ayo, Kak. Mama sudah siap," ucap Yanti di depan kamar si sulung. Sore ini mereka harus ke rumah orang tua Basuki. Ibu mertuanya mengadakan haul meninggal sang suami, begitu informasi yang disampaikan pada Yanti.

"Adik beneran nggak ikut, Ma," tanya Chalya.

"Katanya sih nggak. Lagi banyak tugas. Biarinlah, lagian Papa juga berangkat dari kantor kalau Adik ikut Mama bareng siapa?"

Chalya menautkan alis, sedikit curiga mengapa Basuki langsung berangkat dari kantor. Namun, gadis itu tak menanyakan apa pun. Cepat dia membuka pagar rumah sementara sang Mama masih berpamitan pada Bagas.

*****

Suara klakson berbunyi saat Chalya sampai di halaman rumah neneknya dan melihat sepupu yang juga adik kelas di sekolah. Yanti menyipitkan mata, ada mobil Basuki di halaman itu, padahal ini belum waktunya dia pulang. Masih ada sekitar satu setengah jam lagi.

"Kak, Mama masuk dulu, ya. Kalian lanjutin ngobrolnya. Nggak enak sama Nenek belum bantu-bantu." Yanti masuk ke rumah dengan hati berdebar, seperti ada sesuatu yang akan terjadi.

Debaran jantung perempuan dua anak itu semakin cepat ketika suara tawa keluarga menggema. Jarang-jarang sang mertua tertawa sekeras ini. Semakin dekat dengan sumber suara, Yanti melihat siluet Basuki. Lelaki itu duduk dengan seorang perempuan yang rambutnya diikat ke belakang sedikit tinggi hingga lehernya yang putih mulus terlihat. Tangan kanan si suami tersampir di bahu perempuan itu.

Astagfirullah, apalagi ini?

"Assalamualaikum," salam Yanti pada semua orang. Lirikan sang mertua dan adik iparnya cukup membuat nyali perempuan itu menciut.

"Waalaikumsalam. Sudah selesai masak dan beres-beres baru datang. Mau bantu apa kamu, Yan?" kata mertuanya sinis.

"Ibu punya mantu gitu amat, ya." Si adik ipar menimpali. "Bener Mas, dah. Tuker aja, istri macam dia."

Ilyana tersenyum remeh pada Yanti. Merasa menang karena mendapat dukungan keluarga Busuki.

"Tante bayangin diri sendiri, deh. Gimana kalau kata-kata itu terucap dari adiknya, Om," kata si sulung tepat saat tantenya selesai berkata Chalya memegang tangan mamanya. "Kalau kedatangan Mama cuma untuk dihina seperti ini, lebih baik kami pulang. Ayo, Ma!" ajaknya yang sudah berbalik dan berjalan.

"Kakak!" panggil Basuki keras.

"Apa, Pa? Mau bilang nggak sopan? Bilang itu sama mereka semua. Usia tua, tapi akhlak nggak banget. Lalu, di mana salah Kakak?" ucap Chalya yang mendapat gelengan kepala dari Yanti.

Basuki berdiri dan menghampiri putri sulungnya dengan wajah merah dan tatapan yang menakutkan. Tangan kanan lelaki itu cepat mengayun pada pipi Chalya. Yanti menjerit kaget memanggil suaminya.

"Kamu boleh mojokin aku, hina aku dengan semua perkataan jahat, tapi jangan dia. Apa akalmu sudah benar-benar hilang, Mas?" Yanti menurunkan volume suaranya.

"Biarin aja, Ma. Biar Papa puas melampiaskan kemarahan, lagian selama ini Nenek dan keluarga Papa yang lain nggak pernah menghormati kita. Lebih baik Mama pisah aja sama Papa. Toh, ada perempuan itu yang bakal ngurus." Chalya semakin menantang sang Papa.

"Kakak," kata Yanti dengan gelengan kepala.

Kekecewaan yang memuncak sangat Yanti rasakan sehingga putrinya sampai mengatakan kalimat itu. Diakui atau tidak, keinginan sang putri mewakili isi hatinya. Namun, janji suci saat pernikahan dan tumbuh kembang anak-anak salah satu yang membuatnya bertahan dengan segala kesakitan ini.

"Itulah hasil didikanmu. Sekarang kamu paham 'kan. Apa alasanku melakukannya? Dasar perempuan nggak becus. Lelaki itu pergi meninggalkan mereka.

"Kak, jangan ngomong gitu lagi. Nggak boleh, Nak. Mereka semua adalah orang yang lebih tua, nggak seharusnya Kakak gitu," nasihat perempuan berambut lurus hampir sepinggang itu pada putrinya.

Chalya mengangguk paham, tak ingin membantah perkataan orang yang sangat disayanginya. "Ayo pulang, Ma. Kehadiran kita tidak diharapkan di sini."

"Sebentar, Kak. Tunggu di luar dulu. Mama mau ngasih ini ke Nenek." Yanti menunjukkan tas plastik berwarna merah yang berisi buah-buahan. Mereka membelinya saat diperjalanan tadi.

"Jangan lama-lama, Ma, atau mereka akan menghina lagi," kata Chalya yang diangguki Yanti.

Gegas Yanti memberikan bingkisan yang dibawa pada sang mertua. Kembali cibiran terlontar dari mulut mereka. Perempuan itu meneguhkan hati, dia harus tetap bertahan.

Walau sakit aku akan bertahan, meski pahit aku coba menikmati dan saat berat melanda aku akan mengikhlaskan. Takdir ini ke depannya aku tak tahu seperti apa. Bisa jadi jalan kehidupan yang penuh air mata ini, kelak akan menjadi syukur yang paling membahagiakan.

Yanti menyeka air mata, dia harus tetap terlihat tegar di depan putrinya.

Waktu yang tidak terlalu lama ditempuh orang tua dan anak itu untuk sampai ke rumah mereka. Si Adik yang sedang duduk-duduk di depan televisi sambil menikmati keripik pisang, tersedak mendengar salam mereka. Tak menyangka secepat itu Mama dan sang Kakak datang.

"Tumben bentar, Ma. Katanya pengajian Kakek masih nanti setelah salat magrib. Nih, belum magrib, lho. Baru setengah jam lalu asar." Bagas berkata dengan keripik pisang masih di tangan kanan.

"Ya, berati tugas kita di sana dah selesai, Dik," jawab Chalya santai sambil mencomot keripik juga.

"Emang acaranya di majuin gitu, Kak?"

"Pas nyampe sana acara sudah selesai, Dik. Lha daripada ngerepotin Nenek, kita pulang aja. Iya 'kan, Ma?" tanya Chalya.

"Iya." Yanti langsung masuk ke kamar setelah berkata.

*****

Yanti masih betah di dalam kamar, meskipun anak-anaknya memanggil untuk makan malam. Sebagai seorang putri yang sudah beranjak dewasa, Chalya paham jika mamanya perlu waktu menyendiri. Dia bahkan mengambil alih sebagian tugas sang Mama. Seperti menghangatkan masakan untuk makan malam kali ini. Namun sayang, orang tua yang telah melahirkannya itu kehilangan hasrat makan karena masalah yang di hadapi.

Sampai pukul sebelas malam, Basuki belum juga kembali. Resah mulai melanda Yanti, takut terjadi apa-apa pada lelaki yang masih berstatus suaminya itu. Dia mulai mencari ponsel untuk menghubungi sang suami, tetapi saat panggilannya terangkat suara perempuan terdengar.

"Dasar perempuan nggak tahu malu. Sudah nggak diharapkan masih aja ngeyel ngubungi. Mas Basuki lagi tidur, dia kecapean setelah nengok calon anaknya di perutku. Kamu pasti tahu maksudku, 'kan?" kata Ilyana diselingi tawa.

"Dia masih suamiku. Aku berhak mengkhawatirkan keadaannya." Yanti memejamkan mata, mencoba menghalau air yang akan keluar dari inderanya.

"Itu katamu, tapi Mas Basuki nggak bilang, tuh." Tawa Ilyana makin mengeras.

Jempol kanan Yanti segera menekan tombol merah, mengakhiri panggilannya. Kalah ... dia telah kalah oleh permainan takdir. Pertahanannya semakin menipis menghadapi teror verbal yang terus-menerus dia dapatkan. Mungkin inilah ujian terberat pernikahannya dengan Basuki. Jika selama ini lelaki itu sudah sering mengkhianati, tetapi tak separah keadaan sekarang hingga menyebabkan perempuan pemuas nafsunya hamil.

*****

Bab terkait

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   5. Dua Perempuan

    Happy Reading*****"Temui aku di kafe sembilan enam, dekat rumahmu. Sekarang nggak pake lama!" pinta Ilyana di telepon. "Maaf, aku masih banyak kerjaan," jawab Yanti ramah. "Halah, kerjaan cuma ngurus rumah aja sok. Jangan buat aku marah, deh. Aku bisa laporin ke Mas Basuki biar kamu tahu rasa.""Setengah jam lagi, itu kalau kamu mau. Kalau nggak, ya, sudah." Yanti menjawab santai. "Oke, jangan molor kayak karet." Ilyana menutup panggilannya. Yanti menatap layar ponsel tak percaya. Ada angin apa sehingga Ilyana meminta bertemu. Jika untuk memaki-maki, rasanya tidak mungkin. Bukankah yang bersalah adalah perempuan itu. Perempuan muda itu yang hadir di tengah rumah tangga antara dirinya dan Basuki. Semoga hati dan pikirannya sudah terbuka untuk tidak mengganggu hubungan rumah tanggaku. Doa Yanti dalam hati. Kurang dari setengah jam, perempuan dengan tinggi sekitar 155

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   6. Bukan Imam Pilihan

    Happy Reading*****Ketika kesakitan masih melanda jiwa dan raga, Yanti tetap melaksanakan kewajibannya mengurus sang suami. Perempuan itu segera menyiapkan makan siang untuk Basuki dan Bagas yang baru pulang. Ketika akan memanggil mereka berdua, suara teriakan seorang perempuan terdengar.Yanti mengenalnya, pemilik suara itu tak lain adalah sang ibu mertua. Kehebohan apalagi yang akan terjadi setelah ini, pikiran perempuan berambut hampir sepinggang itu mulai bertanya-tanya. Siksaan demi siksaan sudah dia alami dari pagi dan sekarang teriakan mertuanya merupakan tanda siksaan yang kesekian kali di hari ini."Kamu nggak tahu diri banget, Yan!" teriak p

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   7. Derita Yang Membahagiakan

    Happy Reading*****Setelah mengucap kata talak, Basuki pergi begitu saja dengan Ilyana yang sudah menunggu di depan kafe itu. Arya, suami Naina masih melongo menatap Yanti dan istrinya bergantian. Merasa iba dengan perempuan yang sudah dijatuhi talak suaminya, lelaki itu menyodorkan jus yang mereka pesan."Minumlah, Mbak. Maaf kalau buat suamimu salah paham. Aku nggak nyangka bakalan gini akhirnya," ucap Arya tulus dengan wajah penuh penyesalan."Aku yang harus minta maaf, Mas," ucap Yanti pada Arya, "Nai, kamu tahu sekarang, 'kan? Gimana kelakuan suamiku.""Sabar, Say," ucap Naina. Dia kemudian merengkuh sang sahabat ke dalam pelukan dan salah satu tangannya mengelus-elus rambut. "

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   8. Babak Baru Kehidupan

    Happy Reading*****Jalanan mulai sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang lewat. Kota kecil seperti Banyuwangi, meskipun kabupaten jika jam sembilan ke atas jarang kendaraan yang melintas. Di belakang motor berwarna putih milik Chalya, Yanti berada kini.Rumah tangga yang dibangun belasan tahun silam runtuh sudah. Kesedihan demi kesedihan yang ditorehkan Basuki kini berakhir seiring jatuhnya talak dari lelaki itu. Kini, perempuan itu harus menyiapkan kalimat atas pertanyaan yang akan diajukan ibunya nanti.Tak pernah menjenguk perempuan yang telah melahirkannya adalah bukan murni keinginan Yanti. Basuki sering kali melarang dengan alasan kewajiban sebagai istri harus didahulukan. Ah, mengapa dia harus mengingat lelaki itu kembali.

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   9. Chalya dan Bagas

    Happy Reading*****Bel tanda pelajaran akan segera dimulai berbunyi ketika Chalya memarkirkan motor. Cepat dia mencopot helm yang masih dikenakan dan segera berlari ke kelas. Jam pelajaran pertama adalah kimia dengan guru super galak tentunya. Sudah pelajarannya cukup susah ditambah guru galak pula, lengkap sudah.Dari lorong yang berseberangan dengan gadis itu berlari si Pak Guru sudah terlihat hampir mendekati kelas. Chalya mempercepat larinya, sayang langkah kaki lelaki paruh baya itu hampir sama dengan lari si gadis sehingga mereka berpapasan di depan pintu kelas. Mereka hampir saja bertabrakan."Kenapa masih pake jaket?" tanya sang Guru."Maaf, Pak," ucap Chalya sambil membuka

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   10. Pertemuan

    Happy Reading*****Awan kumulus putih menghiasi birunya langit. Tiupan angin sesekali terasa, tetapi tidak sampai mengurangi keringat yang terus bercucuran dari perempuan yang akan berangkat kerja. Sekali lagi hari ini, dia masuk sif siang. Setelah menjemput putranya, Yanti segera mengganti pakaian dan berangkat.Jalanan dari rumah ibunya terasa sepi. Sebagian penduduk mulai istirahat sebelum melanjutkan pekerjaan di sawah. Rumah yang pernah ditinggali Yanti selama kurang lebih delapan belas tahun itu memang tergolong desa. Jadi, sebagian besar penduduknya bertani, lahan persawahan masih banyak dijumpai di sana, meskipun tidak semua menanam padi.Sepanjang perjalanan sebelum keluar dari jalan desa. Rekaman kejadian bersama Basuki melinta

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   11. Resmi Bergelar Janda

    Happy Reading*****Mengalah bukan berarti kalah, sesuatu yang dipaksakan hasilnya tentu tidak akan bagus. Bertahan belasan tahun sudah dijalani oleh Yanti. Menjadi istri yang begitu pengertian dan memaafkan setiap kesalahan Basuki pun sudah perempuan itu lakukan. Namun, sikap si lelaki yang berstatus suami tak juga berubah.Benar bijak berkata, pengertian itu tidak cukup dilakukan oleh salah satu pihak saja. Jika hal itu tetap dipaksakan, maka akan ada pihak yang terluka. Seperti posisi Yanti pada pernikahannya dengan Basuki, hanya perempuan itu saja yang selalu mengerti dan belajar memahami segala kelakuan dan sikap suaminya, tetapi tidak begitu dengan sang lelaki.Sebuah surat yang dikirimkan oleh seseorang atas suruhan Basuki membuat

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   12. Awal, Tetapi Akhir

    Happy Reading*****"Pak, saya mau diajak ke mana?" tanya Yanti dan lagi-lagi Ismoyo tidak merespon pertanyaannya.Lelaki itu malah dengan cepat melajukan mobil ke arah yang tidak diketahui si karyawati. Nyaris tak ada penjelasan apa pun dari Ismoyo. Sewaktu masuk ke ruangan Gaza pun, lelaki itu cuma meminta sang sahabat mencatat kehadiran Yanti dan menghitung lembur jika nanti dia balik ke minimarket lebih dari jam kerja yang ditetapkan.Sampai di sebuah perumahan yang cukup bagus, pelan-pelan lelaki itu mengendarai mobilnya. Menyapa satpam yang menjaga gapura perumahan dan memberi uang tips, lalu melanjutkan lagi perjalanan. Sampai di sebuah rumah paling pojok dengan pohon anggur menaungi halaman depan, Ismoyo menghentika

Bab terbaru

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   42. Buah Hati

    Happy Reading*****Bulan terus berganti, perut Yanti kian terlihat membesar seiring kesehatan Ismoyo yang makin membaik. Keluarga mereka semakin hari juga semakin bahagia. Segala gangguan dalam rumah tangga bisa teratasi dengan baik.Perihal uang untuk melunasi kredit macet ke bank juga sudah diceritakan. Ismoyo juga sudah memulai bekerja sejak sebulan lalu. Minimarket online yang digagas oleh istrinya juga berjalan baik dengan hasil yang lebih maksimal. Usaha pasangan itu kian hari kian berkembang.Tentang Dania, dia sudah jauh lebih bertanggung jawab dan tertata dal

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   41. Dasar Sableng

    Happy Reading*****Suara azan Asar berkumandang, Ismoyo beranjak dari kursi rodanya. Menuju kamar mandi, sementara sang istri masih bekerja di depan laptop. Mencatat satu per satu pesanan masuk dari minimarket. Untuk sementara waktu Yanti membantu menangani pesanan-pesanan dari toko online usaha suaminya.Tak tega melihat cara berjalan sang suami yang tertatih, Yanti mendekat. "Mas kenapa nggak minta tolong?""Aku takut ngganggu kamu, Sayang. Kerjaanmu jadi dobel karena aku sakit. Masak iya aku masih ngerepotin kamu dengan aktifitas kecil seperti ini," ucap Ismoyo.

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   40. Wonder Women

    *****Pagi-pagi sekali, Yanti sudah disibukkan dengan pekerjaan. Baik itu pekerjaan rumah sampai perkerjaan di toko miliknya. Selesai mengurus sang suami dia pamit berangkat kerja."Mas, nanti sebelum makan siang aku dah pulang. Njenengan di rumah ditemani sama Mbok Asri, nggeh. Aku cuma mau cek stok dan ngirim barang orderan toko online," pamit Yanti pada Ismoyo yang tengah berjemur di halaman samping rumah. Ada ruang hijau di sebelah garasi mobil mereka. Sengaja dibuat untuk tempat bermain anak-anak, begitu pikir Ismoyo dahulu. Tak disangka halaman yang tak seberapa luasnya itu kini bisa dimanfaat sebagai tempat terapi baginya.Sejak di rawat di rumah sakit, dokter menyarankan agar dia sering-sering berjalan-jalan tanpa alas kaki. Hal itu dilakukan untuk memperlancar peredaran darah. Be

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   39. Kejutan

    Happy Reading*****Bias kemerahan mulai tampak di langit kabupaten dengan sejuta mistis yang sangat terkenal. Keluarga kecil Ismoyo berkumpul semua di teras atas tempat favorit Mbok Asri. Bukan pesta, tetapi sebuah ungkapan rasa syukur dari Rukayah karena kedua buah hatinya kembali rukun. Mereka mengadakan acara makan malam sederhana.Acara dimulai dari menikmati senja disertai obrolan ringan sambil menunggu masakan yang masih diolah. Ketika azan magrib berkumandang, keluarga itu melaksanakan kewajiban terlebih dahulu baru menikmati hidangan. Naina dan keluarganya juga masih di rumah Ismoyo.Karpet motif abstrak warna dasar hitam sudah digelar dengan ra

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   38. Sigarane Nyowo (separuh jiwa)

    Happy Reading*****Ketika akad nikah telah diucap, menandakan bahwa seorang lelaki dan perempuan telah menemukan sigaraning nyawa atau lebih sering disebut garwa. Maka, saat itu juga baik suami ataupun istri harus bisa menerima dengan segenap rasa syukur bagaimanapun sosok dan kondisi pasangannya. Tidak layak bagi keduanya saling mencela dan mencari-cari kesalahan pasangan karena keduanya adalah satu kesatuan yang utuh sebagai belahan jiwa.Seorang suami istri harus berada dalam satu pihak dalam menyikapi setiap proses fase kehidupan. Jika ada masalah yang timbul di kemudian hari, keduanya harus bisa menyelesaikan dan saling mendekat satu sama lain. Jangan ada sekat atau sesuatu yang disembunyikan agar rumah tangga yang sakinah, mawaddah warohmah senantiasa tercipta.Sigaraning nyawa menyiratkan adanya keseimbangan antara suami istri. Saling melengkapi, memberi dan menguatkan. Jika sudah seperti itu seakan istri tidak bisa hidup tanpa sua

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   37. Widyani

    Happy Reading *****Suara pecahan kaca dari meja yang dilempari asbak terdengar begitu nyaring. Suami Widya marah karena merasa dikhianati oleh istrinya. Sebuah video percakapan perempuan itu dengan Dania yang mengatakan keinginannya untuk kembali pada Ismoyo terekam. Siapa lagi kalau bukan Yanti yang mengirimkan.Rekaman video itu didapat masih dari CCTV kantor Pak Asrul ketika mereka berniat mengibuli Ismoyo. Atas bantuan Rukayah, Yanti mendapat nomor ponsel lelaki itu. Semua tipu muslihat Widya telah terendus kini."Berani kamu ninggalin aku?" kata lelaki yang bernama Anton."Bukan gitu, Mas. Aku cuma mau menguasai harta Ismoyo aja, nggak lebih, kok. Usahamu hampir koit, lalu aku makan apa kalau terus-terusan ngandelin kamu." Widya membuat alasan."Halah! Itu cuma akal-akalanmu aja. Cuma masalah makan aku masih bisa mencukupinya. Dulu aja, kamu bilang dia mandul nggak bisa muasin. Sekarang?" Anton meninggalkan istrinya keluar. Men

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   36. Ilyana

    *****Lelaki itu masih betah duduk di mobil sambil memandangi rumah yang sudah bukan miliknya lagi. Terbayang kenangan indah bersama keluarga kecilnya dulu sebelum semua berubah. Tiap kali Basuki pulang kerja, Yanti dan Chalya sudah menyambut. Sulung kecil begitu riang menyambut kedatangannya, meskipun dirinya tak membawa oleh-oleh.Semua membahagiakan saat itu walau gajinya tak seberapa karena belum diangkat menjadi ASN. Basuki memukulkan keningnya pada setir, menyesali perbuatannya dahulu. Setelah menikah dengan Ilyana perasaan bahagia itu tidak pernah dirasakan. Tiap kali pulang kerja, istrinya tak pernah ada di rumah. Jangankan makanan yang sudah tersedia di meja, kehadirannya sebagai pelepas lelah saja tak pernah ada.Sekarang dia harus melepaskan semua kenangan ber

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   35. Istri

    Happy Reading*****Pulang menjenguk suaminya, Yanti segera menemui Basuki. Menyelesaikan permasalahan terakhir mereka. Setelah itu baru dia mengurus masalah Ismoyo. Perempuan itu sudah bekerja sama dengan Gaza berusaha melunasi kredit macetnya."Aku sudah di tempat yang kamu tentukan," kata Yanti di telepon."Aku di gazebo pojok nomor dua dari ujung kafe," ucap seseorang.Yanti menutup telepon dan berjalan sesuai petunjuk dari lelaki yang di teleponnya. Dia tidak sendiri, ada Gaza yang menemani saat bertemu dengan Basuki. Tak mau ambil resiko jika nanti ada mulut-mulut seseorang yang memfitnah dirinya, apalagi istri sang mantan selalu saja be

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   34. Sejatinya Cinta

    Happy Reading*****"Jadi, di mana istrimu sekarang?" tanya Ismoyo tak sabar."___""Share alamatnya kalau nggak mau aku laporkan ke polisi. Kamu juga pasti terlibat persekongkolan dengan istrimu itu. Aku tunggu secepatnya.""___"Ismoyo menutup telepon setelah lelaki yang berstatus suami Widya itu menyelesaikan perkataan. Tak lama kemudian suami Yanti menerima notif chat, sebuah alamat dikirimkan oleh orang yang diteleponnya tadi. Dia segera pamit pada sahabatnya."Za, aku niti

DMCA.com Protection Status