Share

5. Dua Perempuan

Author: pramudining
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Happy Reading

*****

"Temui aku di kafe sembilan enam, dekat rumahmu. Sekarang nggak pake lama!" pinta Ilyana di telepon.

"Maaf, aku masih banyak kerjaan," jawab Yanti ramah.

"Halah, kerjaan cuma ngurus rumah aja sok. Jangan buat aku marah, deh. Aku bisa laporin ke Mas Basuki biar kamu tahu rasa."

"Setengah jam lagi, itu kalau kamu mau. Kalau nggak, ya, sudah." Yanti menjawab santai.

"Oke, jangan molor kayak karet." Ilyana menutup panggilannya.

Yanti menatap layar ponsel tak percaya. Ada angin apa sehingga Ilyana meminta bertemu. Jika untuk memaki-maki, rasanya tidak mungkin. Bukankah yang bersalah adalah perempuan itu. Perempuan muda itu yang hadir di tengah rumah tangga antara dirinya dan Basuki.

Semoga hati dan pikirannya sudah terbuka untuk tidak mengganggu hubungan rumah tanggaku. Doa Yanti dalam hati.

Kurang dari setengah jam, perempuan dengan tinggi sekitar 155 sentimeter itu sudah keluar rumah. Mengendarai motor matic butut milik sang suami sejak jaman mereka sekolah, Yanti menuju kafe tempat janjian. Suasana kafe sepi, mungkin karena jam kantor sehingga pengunjung, hanya ada beberapa orang saja.

Masuk lebih dalam ke kafe, Yanti melihat lambaian tangan Ilyana. Santai, tenang, dia berjalan mendekati perempuan yang hadirnya mengusik ketenangan rumah tangga. Tak ada senyum atau sapaan salam dari kedua perempuan itu. Wajah tegang dan serius menyelimuti.

"Duduk! Aku sudah pesankan minuman tadi," ucap Ilyana, "aku ngajak kamu ketemuan bukan untuk makan-makan atau bersenang-senang. Tanda tangani surat ini!"

"Apa ini? Aku nggak mau asal membubuhkan tanda tangan," jawab Yanti.

"Surat perceraianmu dengan Mas Basuki. Keluargaku nggak mau aku dipoligami. Satu-satunya jalan kalian harus bercerai." Ilyana menatap sinis pada perempuan yang masih sah sebagai istri kekasihnya.

"Aku nggak salah dengar? Kenapa bukan kamu yang pergi dari hidup Mas Basuki. Kamu tahu, antara aku dan dia ada anak-anak. Nggak mungkin kami seenaknya bercerai."

"Tapi Mas Basuki udah nggak cinta lagi sama kamu. Di dalam perutku juga ada calon anaknya. Ngalah aja kenapa? Lagian kamu cuma jadi benalu dalam hidupnya." Ilyana berkata sedikit keras.

"Di perutmu itu cuma calon anak. Inget, ya, cuma calon dan itupun belum diketahui bener janin suamiku atau bukan."

Ilyana menggebrak meja. "Jangan sembarangan, ya! Aku tahu siapa bapak janin yang sedang kukandung ini."

"Halah! Aku yakin, perempuan macam kamu, bukan hanya tidur dengan satu laki-laki. Ngaku aja, deh." Entah ketenangan dari mana yang Yanti peroleh saat ini. Luapan emosi perempuan itu nyaris tak keluar.

"Sudahlah! Tanda tangani surat perceraian itu atau aku akan melaporkan hinaanmu saat ini pada Mas Basuki."

"Aku nggak mau!" ucap Yanti keras, "nggak ada yang mau diomongin lagi, 'kan. Aku pulang." Perempuan itu berdiri dan berjalan pergi meninggalkan Ilyana.

"Apa Mbak nggak kasihan sama bayi ini? Dia butuh kasih sayang orang tua seutuhnya. Gimana perkembangan spikologinya kalau papanya punya istri. Belum, malu yang akan ditanggung keluargaku. Tolonglah, Mbak. Tanda tangani surat perceraian itu."

Wajah memelas dengan indera yang mulai berkabut tampak oleh Yanti. Nyaris perempuan itu menaruh rasa iba, sebelum Ilyana mengangkat telepon dan tersenyum.

Perempuan macam apa dia. Belum ada sedetik sudah berubah haluan.

Yanti melanjutkan langkahnya. Namun, kekasih gelap sang suami kembali memanggil.

"Mbak, aku belum selesai ngomong. Gimana, sih?" Ilyana menghentakkan kaki.

Yanti berbalik. "Apalagi?"

"Nih!" Ilyana menyodorkan sebuah map, "cepet tanda tangani itu!"

"Kamu egois! Jika otakmu punya rasa malu dan bisa berpikir gimana nasib janin itu, lalu di mana kamu taruh pikiranmu untuk anak-anakku," ucap Yanti. Dia mengembuskan napas panjang kemudian berkata, "kenapa tidak kamu gugurkan kandunganmu saja."

"Gila kamu, ya." Setengah teriak Ilyana menjawab. Beruntung keadaan kafe sepi, jadi bisa mengurangi sedikit rasa malu.

"Jika aku gila, lalu sebutan buat kamu apa?" Yanti tak peduli lagi dengan perempuan yang masih berpakaian seksi itu.

Keluar dari kafe, Yanti tak langsung pulang ke rumah. Di persimpangan beberapa meter dari tempat tinggalnya, dia berbelok arah menuju taman hijau yang sengaja dibuat untuk tempat bermain anak-anak di perumahan sekitarnya. Menghirup udara sebanyak-banyaknya untuk menenangkan hati yang semakin bergejolak. Percakapan yang mampu membuat otak mendidih, pertemuan macam apa seperti itu.

Jika dengan perempuan lain, maka habis sudah Ilyana dicaci maki. Namun, hal itu tidak dilakukan oleh Yanti sekalipun kalimat yang terlontar tadi cukup menyakitkan juga. Perempuan yang mengenakan dress sederhana itu menaruh kepala pada sandaran bangku taman, menutup mata membayangkan awal hubungannya dengan Basuki.

Bermula dari cinta monyet pada masa putih biru. Keduanya mengukuhkan janji saat duduk di bangku sekolah menengah. Janji untuk tetap bersama, meskipun sang kekasih menempuh pendidikan yang lebih tinggi di luar kota tak mampu menggoyahkan cinta mereka.

Satu tahun di jenjang perguruan tinggi mereka menghalalkan hubungan. Sempat keluarga menentang pernikahan karena Yanti dianggap akan mengganggu keberhasilan dan kesuksesan Basuki. Namun, lelaki itu mampu membuktikan semua pada keluarganya.

Ujian pertama pernikahan mereka saat Yanti tengah mengandung Chalya. Suaminya itu sempat mengatakan jatuh cinta pada salah satu teman kuliah dan tahun-tahun berikutnya masalah dan ujian serupa kembali datang. Basuki terus menguji kesabaran Yanti sebagai pendamping hidup.

Sejak pengangkatannya sebagai pegawai negeri sipil di kecamatan, kelakuan Basuki menggila. Kabar perselingkuhan berseliweran menghampiri sang istri. Puncak semua itu adalah kabar kehamilan Ilyana.

Yanti membuka mata. "Ya Allah, sampai kapan aku akan menerima ujian ini? Rasanya ingin menyerah saja," ucapnya lirih.

Cuaca yang semakin panas membuat perempuan itu bangkit dari duduk. Sekilas melirik arloji di tangan kiri dan segera pergi dari sana. Sudah terlalu lama dia keluar rumah, sebentar lagi Bagas dan suaminya pasti pulang begitu pikir Yanti.

Perempuan dua anak itu melajukan kendaraan di atas rata-rata, demi mencapai rumah dengan cepat. Jangan sampai anak dan suaminya pulang terlebih dahulu. Namun, ketika dia sampai di depan pagar rumah, mobil Basuki sudah masuk garasi. Pelan, Yanti membuka gerbang dan memarkirkan motor.

Baru saja perempuan itu menurunkan dongkrak motor, suara Basuki melengking memanggil namanya. Kelopak mata lelaki itu membuka sempurna, berwarna kemerahan. Nyali Yanti menciut, menatap suaminya.

"Dari mana kamu? Suami kerja bukannya diam di rumah malah keluyuran nggak jelas," kata Basuki kasar.

"Mas, dengar dulu," pinta Yanti yang berjalan mendekati sang suami. "Aku keluar memang ada keperluan. Kita masuk dan aku jelaskan semua. Malu kalau sampai tetangga dengar pertengkaran kita."

"Biar saja mereka tahu kelakuan burukmu. Jadi istri kok keluyuran aja. Udah nggak ngapa-ngapain juga." Yanti tak menghiraukan perkataan Basuki. Dia berjalan begitu saja melewati sang suami.

"Ardiyanti!" teriak Basuki, "apa kamu tuli, ha?"

Perempuan itu masih terus berjalan hingga dia benar-benar di dalam rumahnya. Duduk di sofa depan ruang televisi dan memijit pelipisnya ringan. Rasanya dia sudah akan menyerah dengan pernikahan ini.

Basuki menarik rambut Yanti. "Kupingmu ada berapa sampai nggak dengar omonganku," katanya kasar.

"Aduh! Sakit, Mas," rintih Yanti.

"Benar kata Ilyana. Aku harus menceraikanmu secepatnya."

Air mata itu jatuh, masihkah Yanti akan bertahan jika Basuki tak mengharapkan kehadirannya sebagai pendamping lagi.

*****

Related chapters

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   6. Bukan Imam Pilihan

    Happy Reading*****Ketika kesakitan masih melanda jiwa dan raga, Yanti tetap melaksanakan kewajibannya mengurus sang suami. Perempuan itu segera menyiapkan makan siang untuk Basuki dan Bagas yang baru pulang. Ketika akan memanggil mereka berdua, suara teriakan seorang perempuan terdengar.Yanti mengenalnya, pemilik suara itu tak lain adalah sang ibu mertua. Kehebohan apalagi yang akan terjadi setelah ini, pikiran perempuan berambut hampir sepinggang itu mulai bertanya-tanya. Siksaan demi siksaan sudah dia alami dari pagi dan sekarang teriakan mertuanya merupakan tanda siksaan yang kesekian kali di hari ini."Kamu nggak tahu diri banget, Yan!" teriak p

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   7. Derita Yang Membahagiakan

    Happy Reading*****Setelah mengucap kata talak, Basuki pergi begitu saja dengan Ilyana yang sudah menunggu di depan kafe itu. Arya, suami Naina masih melongo menatap Yanti dan istrinya bergantian. Merasa iba dengan perempuan yang sudah dijatuhi talak suaminya, lelaki itu menyodorkan jus yang mereka pesan."Minumlah, Mbak. Maaf kalau buat suamimu salah paham. Aku nggak nyangka bakalan gini akhirnya," ucap Arya tulus dengan wajah penuh penyesalan."Aku yang harus minta maaf, Mas," ucap Yanti pada Arya, "Nai, kamu tahu sekarang, 'kan? Gimana kelakuan suamiku.""Sabar, Say," ucap Naina. Dia kemudian merengkuh sang sahabat ke dalam pelukan dan salah satu tangannya mengelus-elus rambut. "

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   8. Babak Baru Kehidupan

    Happy Reading*****Jalanan mulai sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang lewat. Kota kecil seperti Banyuwangi, meskipun kabupaten jika jam sembilan ke atas jarang kendaraan yang melintas. Di belakang motor berwarna putih milik Chalya, Yanti berada kini.Rumah tangga yang dibangun belasan tahun silam runtuh sudah. Kesedihan demi kesedihan yang ditorehkan Basuki kini berakhir seiring jatuhnya talak dari lelaki itu. Kini, perempuan itu harus menyiapkan kalimat atas pertanyaan yang akan diajukan ibunya nanti.Tak pernah menjenguk perempuan yang telah melahirkannya adalah bukan murni keinginan Yanti. Basuki sering kali melarang dengan alasan kewajiban sebagai istri harus didahulukan. Ah, mengapa dia harus mengingat lelaki itu kembali.

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   9. Chalya dan Bagas

    Happy Reading*****Bel tanda pelajaran akan segera dimulai berbunyi ketika Chalya memarkirkan motor. Cepat dia mencopot helm yang masih dikenakan dan segera berlari ke kelas. Jam pelajaran pertama adalah kimia dengan guru super galak tentunya. Sudah pelajarannya cukup susah ditambah guru galak pula, lengkap sudah.Dari lorong yang berseberangan dengan gadis itu berlari si Pak Guru sudah terlihat hampir mendekati kelas. Chalya mempercepat larinya, sayang langkah kaki lelaki paruh baya itu hampir sama dengan lari si gadis sehingga mereka berpapasan di depan pintu kelas. Mereka hampir saja bertabrakan."Kenapa masih pake jaket?" tanya sang Guru."Maaf, Pak," ucap Chalya sambil membuka

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   10. Pertemuan

    Happy Reading*****Awan kumulus putih menghiasi birunya langit. Tiupan angin sesekali terasa, tetapi tidak sampai mengurangi keringat yang terus bercucuran dari perempuan yang akan berangkat kerja. Sekali lagi hari ini, dia masuk sif siang. Setelah menjemput putranya, Yanti segera mengganti pakaian dan berangkat.Jalanan dari rumah ibunya terasa sepi. Sebagian penduduk mulai istirahat sebelum melanjutkan pekerjaan di sawah. Rumah yang pernah ditinggali Yanti selama kurang lebih delapan belas tahun itu memang tergolong desa. Jadi, sebagian besar penduduknya bertani, lahan persawahan masih banyak dijumpai di sana, meskipun tidak semua menanam padi.Sepanjang perjalanan sebelum keluar dari jalan desa. Rekaman kejadian bersama Basuki melinta

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   11. Resmi Bergelar Janda

    Happy Reading*****Mengalah bukan berarti kalah, sesuatu yang dipaksakan hasilnya tentu tidak akan bagus. Bertahan belasan tahun sudah dijalani oleh Yanti. Menjadi istri yang begitu pengertian dan memaafkan setiap kesalahan Basuki pun sudah perempuan itu lakukan. Namun, sikap si lelaki yang berstatus suami tak juga berubah.Benar bijak berkata, pengertian itu tidak cukup dilakukan oleh salah satu pihak saja. Jika hal itu tetap dipaksakan, maka akan ada pihak yang terluka. Seperti posisi Yanti pada pernikahannya dengan Basuki, hanya perempuan itu saja yang selalu mengerti dan belajar memahami segala kelakuan dan sikap suaminya, tetapi tidak begitu dengan sang lelaki.Sebuah surat yang dikirimkan oleh seseorang atas suruhan Basuki membuat

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   12. Awal, Tetapi Akhir

    Happy Reading*****"Pak, saya mau diajak ke mana?" tanya Yanti dan lagi-lagi Ismoyo tidak merespon pertanyaannya.Lelaki itu malah dengan cepat melajukan mobil ke arah yang tidak diketahui si karyawati. Nyaris tak ada penjelasan apa pun dari Ismoyo. Sewaktu masuk ke ruangan Gaza pun, lelaki itu cuma meminta sang sahabat mencatat kehadiran Yanti dan menghitung lembur jika nanti dia balik ke minimarket lebih dari jam kerja yang ditetapkan.Sampai di sebuah perumahan yang cukup bagus, pelan-pelan lelaki itu mengendarai mobilnya. Menyapa satpam yang menjaga gapura perumahan dan memberi uang tips, lalu melanjutkan lagi perjalanan. Sampai di sebuah rumah paling pojok dengan pohon anggur menaungi halaman depan, Ismoyo menghentika

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   13. Tuduhan Keji

    Happy Reading*****"Tarik napas dalam-dalam. Tenangkan hati dan pikiran menghadapi mereka. Aku ada untukmu," kata Ismoyo memberi semangat.Yanti mengikuti instruksi si bos, mengembuskan napas dalam-dalam dan mulai melangkah. Berniat menyalami raja dan ratu sehari, Ismoyo berjalan santai di sebelah karyawannya. Tangan kiri si lelaki masih setia menggenggam.Ilyana terlihat membisikkan sesuatu pada Basuki. Sang mantan akhirnya menatap tajam ke arah Yanti yang mengantri di barisan para tamu untuk menyalami mereka. Tatapan itu turun pada genggaman tangan keduanya dan membuat emosi si mantan tersulut.Tepat giliran Ismoyo di depan sang pengantin perempuan. Lelaki itu mengucapkan se

Latest chapter

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   42. Buah Hati

    Happy Reading*****Bulan terus berganti, perut Yanti kian terlihat membesar seiring kesehatan Ismoyo yang makin membaik. Keluarga mereka semakin hari juga semakin bahagia. Segala gangguan dalam rumah tangga bisa teratasi dengan baik.Perihal uang untuk melunasi kredit macet ke bank juga sudah diceritakan. Ismoyo juga sudah memulai bekerja sejak sebulan lalu. Minimarket online yang digagas oleh istrinya juga berjalan baik dengan hasil yang lebih maksimal. Usaha pasangan itu kian hari kian berkembang.Tentang Dania, dia sudah jauh lebih bertanggung jawab dan tertata dal

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   41. Dasar Sableng

    Happy Reading*****Suara azan Asar berkumandang, Ismoyo beranjak dari kursi rodanya. Menuju kamar mandi, sementara sang istri masih bekerja di depan laptop. Mencatat satu per satu pesanan masuk dari minimarket. Untuk sementara waktu Yanti membantu menangani pesanan-pesanan dari toko online usaha suaminya.Tak tega melihat cara berjalan sang suami yang tertatih, Yanti mendekat. "Mas kenapa nggak minta tolong?""Aku takut ngganggu kamu, Sayang. Kerjaanmu jadi dobel karena aku sakit. Masak iya aku masih ngerepotin kamu dengan aktifitas kecil seperti ini," ucap Ismoyo.

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   40. Wonder Women

    *****Pagi-pagi sekali, Yanti sudah disibukkan dengan pekerjaan. Baik itu pekerjaan rumah sampai perkerjaan di toko miliknya. Selesai mengurus sang suami dia pamit berangkat kerja."Mas, nanti sebelum makan siang aku dah pulang. Njenengan di rumah ditemani sama Mbok Asri, nggeh. Aku cuma mau cek stok dan ngirim barang orderan toko online," pamit Yanti pada Ismoyo yang tengah berjemur di halaman samping rumah. Ada ruang hijau di sebelah garasi mobil mereka. Sengaja dibuat untuk tempat bermain anak-anak, begitu pikir Ismoyo dahulu. Tak disangka halaman yang tak seberapa luasnya itu kini bisa dimanfaat sebagai tempat terapi baginya.Sejak di rawat di rumah sakit, dokter menyarankan agar dia sering-sering berjalan-jalan tanpa alas kaki. Hal itu dilakukan untuk memperlancar peredaran darah. Be

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   39. Kejutan

    Happy Reading*****Bias kemerahan mulai tampak di langit kabupaten dengan sejuta mistis yang sangat terkenal. Keluarga kecil Ismoyo berkumpul semua di teras atas tempat favorit Mbok Asri. Bukan pesta, tetapi sebuah ungkapan rasa syukur dari Rukayah karena kedua buah hatinya kembali rukun. Mereka mengadakan acara makan malam sederhana.Acara dimulai dari menikmati senja disertai obrolan ringan sambil menunggu masakan yang masih diolah. Ketika azan magrib berkumandang, keluarga itu melaksanakan kewajiban terlebih dahulu baru menikmati hidangan. Naina dan keluarganya juga masih di rumah Ismoyo.Karpet motif abstrak warna dasar hitam sudah digelar dengan ra

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   38. Sigarane Nyowo (separuh jiwa)

    Happy Reading*****Ketika akad nikah telah diucap, menandakan bahwa seorang lelaki dan perempuan telah menemukan sigaraning nyawa atau lebih sering disebut garwa. Maka, saat itu juga baik suami ataupun istri harus bisa menerima dengan segenap rasa syukur bagaimanapun sosok dan kondisi pasangannya. Tidak layak bagi keduanya saling mencela dan mencari-cari kesalahan pasangan karena keduanya adalah satu kesatuan yang utuh sebagai belahan jiwa.Seorang suami istri harus berada dalam satu pihak dalam menyikapi setiap proses fase kehidupan. Jika ada masalah yang timbul di kemudian hari, keduanya harus bisa menyelesaikan dan saling mendekat satu sama lain. Jangan ada sekat atau sesuatu yang disembunyikan agar rumah tangga yang sakinah, mawaddah warohmah senantiasa tercipta.Sigaraning nyawa menyiratkan adanya keseimbangan antara suami istri. Saling melengkapi, memberi dan menguatkan. Jika sudah seperti itu seakan istri tidak bisa hidup tanpa sua

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   37. Widyani

    Happy Reading *****Suara pecahan kaca dari meja yang dilempari asbak terdengar begitu nyaring. Suami Widya marah karena merasa dikhianati oleh istrinya. Sebuah video percakapan perempuan itu dengan Dania yang mengatakan keinginannya untuk kembali pada Ismoyo terekam. Siapa lagi kalau bukan Yanti yang mengirimkan.Rekaman video itu didapat masih dari CCTV kantor Pak Asrul ketika mereka berniat mengibuli Ismoyo. Atas bantuan Rukayah, Yanti mendapat nomor ponsel lelaki itu. Semua tipu muslihat Widya telah terendus kini."Berani kamu ninggalin aku?" kata lelaki yang bernama Anton."Bukan gitu, Mas. Aku cuma mau menguasai harta Ismoyo aja, nggak lebih, kok. Usahamu hampir koit, lalu aku makan apa kalau terus-terusan ngandelin kamu." Widya membuat alasan."Halah! Itu cuma akal-akalanmu aja. Cuma masalah makan aku masih bisa mencukupinya. Dulu aja, kamu bilang dia mandul nggak bisa muasin. Sekarang?" Anton meninggalkan istrinya keluar. Men

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   36. Ilyana

    *****Lelaki itu masih betah duduk di mobil sambil memandangi rumah yang sudah bukan miliknya lagi. Terbayang kenangan indah bersama keluarga kecilnya dulu sebelum semua berubah. Tiap kali Basuki pulang kerja, Yanti dan Chalya sudah menyambut. Sulung kecil begitu riang menyambut kedatangannya, meskipun dirinya tak membawa oleh-oleh.Semua membahagiakan saat itu walau gajinya tak seberapa karena belum diangkat menjadi ASN. Basuki memukulkan keningnya pada setir, menyesali perbuatannya dahulu. Setelah menikah dengan Ilyana perasaan bahagia itu tidak pernah dirasakan. Tiap kali pulang kerja, istrinya tak pernah ada di rumah. Jangankan makanan yang sudah tersedia di meja, kehadirannya sebagai pelepas lelah saja tak pernah ada.Sekarang dia harus melepaskan semua kenangan ber

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   35. Istri

    Happy Reading*****Pulang menjenguk suaminya, Yanti segera menemui Basuki. Menyelesaikan permasalahan terakhir mereka. Setelah itu baru dia mengurus masalah Ismoyo. Perempuan itu sudah bekerja sama dengan Gaza berusaha melunasi kredit macetnya."Aku sudah di tempat yang kamu tentukan," kata Yanti di telepon."Aku di gazebo pojok nomor dua dari ujung kafe," ucap seseorang.Yanti menutup telepon dan berjalan sesuai petunjuk dari lelaki yang di teleponnya. Dia tidak sendiri, ada Gaza yang menemani saat bertemu dengan Basuki. Tak mau ambil resiko jika nanti ada mulut-mulut seseorang yang memfitnah dirinya, apalagi istri sang mantan selalu saja be

  • Garwa, Satu Hati Sampai Nanti   34. Sejatinya Cinta

    Happy Reading*****"Jadi, di mana istrimu sekarang?" tanya Ismoyo tak sabar."___""Share alamatnya kalau nggak mau aku laporkan ke polisi. Kamu juga pasti terlibat persekongkolan dengan istrimu itu. Aku tunggu secepatnya.""___"Ismoyo menutup telepon setelah lelaki yang berstatus suami Widya itu menyelesaikan perkataan. Tak lama kemudian suami Yanti menerima notif chat, sebuah alamat dikirimkan oleh orang yang diteleponnya tadi. Dia segera pamit pada sahabatnya."Za, aku niti

DMCA.com Protection Status