Di depan sekolah Cyntia memperhatikan bangunan dua tingkat namun ada banyak jumlahnya. Ia tampak kagum dengan sekolahnya yang sekarang. Menjadi salah satu siswi disana, ia tak pernah menduga sebelumnya. Dengan atribut yang aneh untuk menjalani masa orientasi Cyntia mulai melangkahkan kaki memasuki area sekolah. Clingukan ketika berada di dalam sekolah membuatnya merasa sangat asing, ya tapi memang masih sangat asing baginya baik itu orang-orangnya dan juga lokasi sekolahnya. Kring-kring bel sekolah berbunyi, Cyntia tak tau apa yang harus dilakukannya.
"Bagi semua murid baru SMA N 1 diharapkan untuk berkumpul di lapangan sekolah sekarang." Terdengar nyaring suara berat dari seorang laki-laki memerintahkan semua siswa baru untuk berkumpul di lapangan. Cyntia dengan segera berlari menuju lapangan untuk ikut dalam barisan. "Yang merasa pendek ikut barisan yang depan, nanti gak nampak kalau dibelakang." Ucap salah satu anggota OSIS. Mendengar hal itu Cyntia melangkah maju kedepan supaya tidak dimarahi karena ia merasa dirinya tidaklah tinggi. Ia berada dibarisan paling depan dan disampingnya ada seorang gadis cantik yang mungkin sangat terkenal di sekolahnya terdahulu.
Dua anggota OSIS berjalan-jalan didepan Cyntia untuk melihat barisan sudah rapi atau belum. Salah satu dari anggota OSIS itu Cyntia mengenalnya dia adalah Hengky Putra kakak kelasnya di masa SMP, Hengky Putra dulunya sangat terkenal karena ketampanan dan kecerdasannya jadi tidak ada satu pun siswa yang tidak mengenalnya termasuk Cyntia. Namun Cyntia tidak tau apakah si Hengky mengenalnya atau tidak walau mereka berasal dari sekolah yang sama sebelumnya. Sembari mereka berjalan Cyntia terus menatap Hengky yang sedang mondar mandir itu. Merasa diperhatikan Hengky melihat kearah Cyntia namun seketika Cyntia tertunduk pura-pura tak melihat. Dia pun mengernyitkan dahinya.
*Kilas Sedikit pada masa SMP*
Dari samping kelas Hengky melihat ada empat siswi yang sedang menarik salah seorang siswi juga untuk dibawa ke belakang. Melihat hal itu Hengky coba untuk mengikuti karena penasaran apa yang akan dilakukan oleh mereka. Siswi yang diserat kebelakang itu adalah Cyntia.
*Kembali ke masa SMA*
Hengky mengingat kembali kalau siswi baru yang ada didepannya adalah orang yang dilihatnya pada saat perundungan itu.
"Dia kan? siswi yang waktu itu?" Tanya Hengky dalam hati.
Dilihatnya kartu nama indentitas yang menggantung dileher Cyntia.
"Cyntia?" Panggil Hengky.
Mendengar namanya disebut, Cyntia kaget yang memanggil namanya adalah Hengky. Matanya terbelalak namun akhirnya menunduk karena ini seperti tak mungkin baginya.
"Apa kamu sebelumnya berasal dari SMP Bunga Melati bukan?" Tanya Hengky pada Cyntia.
"Iya." Jawab singkat Cyntia.
Kemudian Hengky berlalu dari hadapannya begitu juga dengan anggota OSIS satunya. Sementara siswi cantik yang ada disampingnya melihat Cyntia ngobrol dengan Hengky tadi membuatnya ingin berteman dengan Cyntia supaya bisa mendekati Hengky.
"Hai namaku Lily." Ucap siswi cantik itu sambil mengulurkan tangannya.
Tanpa basa basi Cyntia dengan segera meraih jabat tangan dari Lily.
"Cyntia." Jawabnya dengan senyum.
Masa orientasi terus berjalan hingga tiba pembagian kelas, sebelum masa orientasi berakhir seluruh murid baru diharuskan menulis surat cinta untuk para anggota OSIS.
Ketika pembagian kelas Cyntia ternyata satu kelas dengan Lily dan mereka berdua pun akhirnya menjadi teman sebangku.
"Yuk tulis suratnya." Ucap Lily yang sudah duduk dikelas bersama Cyntia.
Cyntia hanya mengangguk dan melihat Lily yang sedang menulis. Lily menulis panjang kali lebar dengan berbagai kata yang dia ungkapkan. Waktu pun terus berjalan dan Cyntiq masih bengong memperhatikan Lily yang sedang menulis itu. Lily merasa bingung dengan siswi yang ada disampingnya, kenapa ia tak nulis sama sekali?
"Kamu gak nulis surat cintanya? wajib loh. Buruan nanti OSIS datang untuk ambil suratnya." Ucap Lily sambil melipat surat yang barusan ia tulis.
"Hah? Iya-iya aku mau nulis ini." Jawab Cyntia.
"Buruan! kamu ini Tia-Tia.. OSIS sudah jalan didepan mala baru nulis dikasih waktu kamu ngapain aja?" Gerutu Lily pada Cyntia.
Hehehe.. Bukannya menjawab pertanyaan Lily, Cyntia hanya cengegesan dan segera menulis surat itu untuk Hengky Putra.
Ctak..ctak..ctakk.. Bunyi suara pijakan kaki yang sedang melangkah untuk memasuki ruang kelas terdengar ditelinga Cyntia. Dengan segera ia tulis secepat kilat dan tak sengaja menuliskan nama dirinya disurat itu.
Cklek.. Bunyi pintu yang dibuka, dan itu adalah anggota OSIS yang akan mengambil surat cinta. Cyntia dengan segera melihat suratnya tanpa sadar namanya tertera disana. Dari kursi belakang hingga kursi depan semua mengumpulkan suratnya secara estapet, hingga anggota OSIS itu hanya mengambil surat-surat yang sudah terkumpul dibangku paling depan. Tak lama kemudian mereka berlalu dari pandangan siswi baru yang ada dikelas.
Dari setiap kelas surat sudah diambil dan saatnya untuk pembacaan dan hanya surat yang beruntung yang akan dibacakan dengan mikrofon. Sementara murid baru hanya diperbolehkan mendengarkan surat itu dari dalam kelas saja. Semua surat yang dibacakan tidak diberikan nama pengirimnya tapi dituliskan nama tujuan.
Dibawah pohon rindang banyak dari anggota OSIS yang membuka dan membaca surat itu. Ada yang tertawa berbahak-bahak ada yang baper karena tulisannya sangat mendalam dan ada pula yang terharu karena namanya banyak tertera disurat itu. Sementara Hengky yang juga ikut andil dalam pembacaam surat ia hanya senyum-senyum saja melihat surat untuknya. Tiba dimana ada surat yang tak biasa baginya. Ia mengernyit heran. "Cyntia? Kenapa dia tulis namanya?" Gumam Hengky dalam hati.
Dilihatnya isi surat itu.
"Dear Hengky Putra.
Diantara banyaknya bunga yang indah, kenapa harus aku yang kedatangan kupu-kupu paling sempurna diantaranya? Ataukah cuma hinggap untuk singgah atau untuk balik lagi hingga menjadikan bunga yang tak berbunga ini jadi berbunga mekar? Aku memang tak tak terlihat seperti bunga lainnya. Namun, bolehkah aku mengirimkan pesan perasaan lewat surat ini? Kurasa aku terlalu jauh berangan.
Cyntia Rahmadani."
Hengky memahami maksud dari surat Cyntia, dengan segera ia melipat kembali surat itu dan menyimpannya kedalam saku celananya.
Kring..Kring..Kring.. Bell pulang sekolah berbunyi, akhirnya masa orientasi berakhir pada hari ini. Di dalam kelas kini tersisa hanya Cyntia dan Lily sementara yang lain sudah beranjak pergi."Ti ayo pulang, semua udah pulang loh, ingat besok kita udah belajar seperti biasa." Ajak Lily.Cyntia hanya mengangguk dan bangkit dari tempat duduknya. Kedua siswi baru ini mulai berjalan melewati banyak kelas namun langkahnya terhenti seketika. Ada seorang pria yang berdiri dihadapan mereka. Pria itu adalah Hengky. Cyntia dan Lily menoleh saling menatap seolah berbicara, kenapa kak Hengky ada disini? Lalu mereka pun menatap Hengky dengan bingung. Tapi siapa yang tau didalam hatinya Lily sangat senang bisa bertemu dengan Hengky secara dekat seperti ini. Sementara Cyntia hanya heran saja."Kalian baru mau pulang?" Tanya Hengky."Iya nih, kata Tia kita pulangnya belakangan aja.. Aku si nurut." Jawab Cyntia dengan sangat ceria.Hengky menoleh kearah Cynti
Di ruang guru 4 murid yang sedang dimarahi oleh Bu Shinta mereka adalah Cyntia, Tiara, Lily dan Aris. Mereka berempat hanya menunduk diam tak berkutik. "Lily.. Kamu ini ketua kelas gimana mungkin hari pertama sekolah sudah buat ulah?" Tanya Bu Shinta. Ditengah kemarahan Bu Shinta wali kelas sepuluh C tiba untuk memberikan bala bantuan dan memberikan pertanyaan dengan Bu Shinta. "Maaf Bu, ini anak kelas saya, kenapa dengan mereka, ada masalah apa?" Tanya wali kelas sepuluh C. "Oh Bapak wali kelas mereka? Mereka ini keluyuran saat jam mata pelajaran saya." Jawab Bu Shinta. Pak Budi akhirnya meminta maaf dengan Bu Shinta atas nama wali kelas sepuluh c dan akan memberikan hukuman pada 3 siswi itu supaya tidak mengulangi kesalahan yang sama. Bu Shinta pun menyerahkannya pada Pak Budi. "Kalian berempat ikuti saya." Ucap Pak Budi dengan tegas. "Gara-garamu si." Ucap Lily menoleh ke arah Tiara. Tiara hanya menyengir saja.
*Masa SMP*"Aku yang terjatuh tak bisa lagi untuk apa-apa. Hari-hari yang kujalani adalah hal yang sama. Setiap kali aku mengingat untuk bangkit namun nyatanya mereka yang merundungku akan tetap melakukannya tanpa rasa bersalah. Jika aku dilahirkan hanya untuk seperti ini apalah arti kehidupan bagiku. Ini jelas tidak adil. Tuhan apakah aku akan selalu seperti ini? Berpura-pura tak apa-apa dihadapan orang yang kusayang namun hati tersayat yang rasanya ingin kembali padamu. Aku tak ingin berada di dunia ini, aku tak ingin. Kenapa hidupku tak adil kenapa? Kenapa mereka menghakimiku hanya lewat pandangan tanpa tau kepastiannya. Ayahku yang tak bersalah tapi dituduh dan dipenjara selama 10 tahun dan aku yang tak tau apa-apa jadi bahan rundungan demi meluapkan amarah mereka padaku. Aku dikucilkan karena isu yang tak pernah ada kebenarannya. Ayah!Hiks..Hiks..Hiks...Diantara banyaknya cerita takdir yang diberikan dari sekian umat manusia kenapa aku yang kebagian cerit
Bell pulang berbunyi, pelajaran yang mengantukkan telah berakhir. Lily yang buru-buru ingin pulang menitipkan baju olahraga itu pada Cyntia untuk dikembalikan ke pemiliknya."Yaudahlah aku bareng Tiara aja balikin baju ini. Ucap Cyntia dalam hati.Aris dari belakang berjalan kedepan dan melemparkan baju olahraga yang dipakai oleh Tiara. Cyntia terkejut dengan kedatangan Aris yang melemparkan baju itu."Tiara mana Ris?" Tanya Cyntia."Gak tau tu, usai pelajaran olahraga dianya gak masuk kelas lagi. Nih sekalian tasnya kamu bawakan." Jawab Aris.Cyntia hanya mengeluh. Sementara Aris yang melihat tumpukan tiga pasang baju olahraga dan juga dua tas ransel yang isinya serasa batu itu merasa ibah dengan Cyntia. Bagaimana mungkin dengan tubuh yang mungil bisa membawa beban sebanyak itu. Dengan segera ia mengambil kembali tas milik Tiara dan juga tiga pasang baju itu. Cyntia merasa bingung dengan kelakukan Aris."Lah kenapa diambil lagi? dan juga ba