*Masa SMP*
"Aku yang terjatuh tak bisa lagi untuk apa-apa. Hari-hari yang kujalani adalah hal yang sama. Setiap kali aku mengingat untuk bangkit namun nyatanya mereka yang merundungku akan tetap melakukannya tanpa rasa bersalah. Jika aku dilahirkan hanya untuk seperti ini apalah arti kehidupan bagiku. Ini jelas tidak adil. Tuhan apakah aku akan selalu seperti ini? Berpura-pura tak apa-apa dihadapan orang yang kusayang namun hati tersayat yang rasanya ingin kembali padamu. Aku tak ingin berada di dunia ini, aku tak ingin. Kenapa hidupku tak adil kenapa? Kenapa mereka menghakimiku hanya lewat pandangan tanpa tau kepastiannya. Ayahku yang tak bersalah tapi dituduh dan dipenjara selama 10 tahun dan aku yang tak tau apa-apa jadi bahan rundungan demi meluapkan amarah mereka padaku. Aku dikucilkan karena isu yang tak pernah ada kebenarannya. Ayah!
Hiks..Hiks..Hiks...
Diantara banyaknya cerita takdir yang diberikan dari sekian umat manusia kenapa aku yang kebagian cerita yang tak masuk akal ini kenapa????"
Teriak Cyntia dibawah siraman matahari sore di tepi danau dalam hutan yang ada dibelakang sekolah SMP.
Hengky yang sedang menjelajah hutan tak sengaja mendengar segala keluh kesah yang dikeluarkan oleh Cyntia dan ia hanya diam saja dibalik pohon-pohon.
"Aku udah gak sanggup lagi didunia ini, baiknya aku mati aja." Ucap Cyntia.
Cebur.. cyntia melompat ke danau. Mendengar kata-kata ingin mati, Hengky berlari ke arah danau. Benar saja Cyntia sudah melompat ke danau itu.
"Gila ya tu perempuan?" Ucap Hengky yang juga langsung melompat ke danau dan mencari Cyntia.
Saat itu Cyntia diselamatkan oleh Hengky namun karena Cyntia tak kunjung sadarkan diri Hengky hanya mengantarnya ke puskes lalu meninggalnya. Padahal sudah berbagai cara yang dilakukan Hengky untuk menyadarkannya, memberikan napas buatan yang sudah berulang kali pun Cyntia masih tidak sadarkan diri.
*Masa Sekarang*
Hengky melihat Cyntia yang sedang meminum sebotol air mineral membuatnya kembali mengingat kejadian itu. Ia menelan ludah. "Aku tak akan membiarkan orang-orang merundungmu lagi Cyntia, aku akan menjagamu. Maafkan aku yang dulu telat mengetahui masalahmu." Ucap Hengky dalam hati.
"Kamu mau pulang? Biar aku yang antar." Pinta Hengky.
Tiara yang duduk disamping merasa ada yang berbeda dari tingkah Hengky. Ia hanya menyarankan agar Cyntia pulang, masalah yang antar dia gak ambil pusing lagi. Karena lelaki disampingnya itu terlihat sangatlah tulus untuk mengantarkan Cyntia pulang.
"Yaudah kak, tolong antarkan Cyntia pulang aku mau ke kelas dulu.. Awas aja kalau Cyntia kenapa-napa ya kak! nanti kakak tanggung sendiri akibatnya." Ancam Tiara dan segera berlalu dari pandangan Cyntia.
Tiara terus berjalan hingga tiba diruang kelasnya. Di kursi belakang seorang pria memandanginya dengan tajam seolah ingin mengintrogasinya. Dia adalah teman sebangkunya yaitu Aris. Aris memang bandel namun dia tampan dan lumayan terkenal dikalangan para siswi-siswi. Karena tatapan Aris, Tiara menjadi salah tingkah.
"Kenapa Ris lihatnya gitu amat?" Tanya Tiara.
"Cyntia udah kamu antar pulang? Cepat amat." Tanya balik Aris.
"Oh itu.. Cyntia diantar sama kak Hengky."
Aris hanya diam mendengar jawaban dari Tiara. Namun tak lama kemudian Aris membawa tasnya dan keluar dari kelas dan tak kembali hingga bell pulang sekolah berbunyi.
Setelah kejadian kemarin, Cyntia tak mau lagi diajak keluar kelas di jam pelajaran ataupun pulang duluan oleh Tiara. Hari-hari terus berjalan, perundungan tak lagi dirasakan oleh Cyntia.
Kring..Kring..Kring.. Bell istirahat berbunyi. Cyntia, Tiara dan Lily berjalan menuju kantin untuk menghentikan kroncongan yang ada diperut.
"Eh kalian bawa baju olahraga gak?" Tanya Tiara sambil berjalan.
"Cih.. Panas-panas gini olahraga gosong nih kulit. Ya kali, gak bawalah." Jawab Lily.
"Trus kamu Ti gimana? bawakan?" Tanya Tiara.
Dipikiran Cyntia yang sedang berusaha mengingat kejadian tadi pagi. Kring..Kring.. Alarm terus berbunyi menunjukan pukul 6 pagi. "Hoam.. Sepuluh menit lagi deh." Ucap Cyntia yang melanjutkan tidurnya. Penundaan bangun terus saja berlangsung beberapa kali hingga waktu sudah berjalan 30 menit. Alarm kembali berbunyi dan Cyntia melihat jam sudah diangka 06:40 WIB. Buru-buru ia mandi dan siap-siap tanpa memasukan baju olahraga yang sudah ada diatas meja. Ekspresi Cyntia seketika jadi berubah ketika mengingat hal itu.
"Haduh.. Tadi aku kesiangan, jadi bajunya ketinggalan." Jawab Cyntia.
Tiara dan Lily tertawa bahagia mendengar jawaban dari Cyntia. Namun Cyntia justru bingung dengan kedua sahabatnya itu.
Bell masuk pelajaran sudah berbunyi, Pak Budi sudah dikelas dengan hawa yang bahagia karena hari ini adalah tanggal muda. Ia memberitahukan kepada semua siswa kelas X.C untuk segera menuju ke lapangan.
"Karena hari ini kita ulangan praktek kalian semua harus memakai pakaian olahraga, yang tidak pakai gak akan mendapakan nilai dan tak ada pengulangan lagi di praktek kali ini." Ucap Pak Budi.
Lily yang duduk depan sebelahan dengan Cyntia mengeluh dan menyesal tidak bawa pakaian olahraga. "Ti, gimana ini?" Tanya Lily pada teman sebangkunya itu. Cyntia hanya geleng-geleng.
Karena Pak Budi sudah menunggu di lapangan dan siswa/i di kelas sedang menunju ruang ganti pakaian tinggallah Cyntia, Lily dan Tiara yang ada dikelas.
"Hilih, gitu doang panik." Ucap Tiara yang sedang menghampiri mereka.
"Ini masalahnya nilai Ra, aku kan harus dapat nilai yang perfecto." Jawab Lily dengan kesal.
"Yaudah ayo ikut aku kalau mau nilai perfecto Italiano itu." Ucap Tiara.
Mereka bertiga berada dibelakang kelas XII.IPA.1 dan sedang mengendap-endap. Tiara mengajak mereka untuk meminjam baju pada kakak kelasnya karena kelas itu juga ada pelajaran olahraga.
"Ti karena kamu kenal sama si Hengky itu, kamu pinjam aja sama dia teman-temannya." Ucap Tiara pada Cyntia.
Cyntia geleng-geleng menandakan dia gak mau tapi Tiara dan Lily memohon untuk itu. Cyntia pun memberanikan diri untuk menggedor jendela kaca yang ada dihadapannya.
Dor..Dor..Dor.. Ketukan jendela. Lelaki yang duduk disamping jendela melirik ke kiri. "Cyntia?" Ucap Hengky.
"Kenapa?" Tanya Hengky yang sudah keluar dari kelas.
Cyntia menceritakan maksud kedatangannya yaitu untuk meminjam baju olahraga. Kesempatan ini dimanfaatkan dengan baik oleh Hengky.
"Okay, tapi ada syaratnya. Nanti pulang sekolah bareng aku ya." Ucap Hengky.
Cyntia menoleh ke teman-temannya dengan bingung, seketika kedua tangan Tiara dan Lily sudah mengisyaratkan untuk memohon.
"Ok kak, tapi pinjamkan juga untuk kedua teman saya ini ya."
Mereka bertiga akhirnya memakai baju olahraga yang dipinjamnya tadi. Tapi mereka agak sedikit telat menuju ke lapangan dan mendapat hukuman yaitu lari keliling lapangan sebanyak 5 kali.
"Pak kalau Cyntia pingsan lagi gimana? Lapangan ini besar loh Pak." Protes Tiara dan Lily.
Pak Budi melirik Cyntia dari kepala hingga kaki.
"Shtt.. pura-pura loyo kek." Bisik Tiara pada Cyntia.
Cyntia pun langsung melemaskan badannya seolah kecapekan.
"Yaudah tiga keliling aja." Jawab Pak Budi.
"Hehehe." Tawa Tiara.
"Et itu bagi Cyntia aja, tidak untuk kamu dan Lily, Tiara." Ucap Pak Budi.
"Jahat betul dah ni Pak wali kelas." Gerutu Tiara yang mulai berlari mengelilingi lapangan.
Cyntia merasa beruntung punya teman yang perhatian padanya. Karena hal ini ia kembali teringat pada masa SMP-nya.
*Masa SMP*
Jam pelajaran olahraga, di ruang ganti. "Eh kamu anak koruptor, sini bajumu! saya lupa bawa." Ucap seorang siswi sekelasnya yaitu Yona anak yang sering merundungnya. Dengan terpaksa Cyntia memberikan baju olahraganya dan ia tak berganti pakaian hingga di hukum oleh gurunya.
"Cyntia kenapa kamu lagi-lagi gak ganti baju olahraga?" Tanya Pak guru olahraga.
Cyntia hanya diam tak berani untuk angkat bicara. Teman-teman sekelas yang lainnya pun juga tak berani untuk bilang kejadian sesungguhnya pada Pak guru kalau bajunya dipakai oleh Yona. Yona adalah anak dari pemilik sekolah itu, jadi tak ada yang berani untuk mengusiknya. Dia juga mengancam setiap siswa untuk jangan berteman dengan Cyntia. Pada jam istirhat ia disuruh untuk bolak balik membeli makan hingga ia pun hanya sempat makan roti sambil berlari dari kantin ke kelas. Hari-hari yang dijalaninya masa SMP terus saja begitu. Tiga tahun berlalu yang membuatnya sangat sengsara bahkan ingin bunuh diri namun gagal.
*Masa Sekarang*
Cyntia berlari sambil meneteskan air mata dan tersenyum melihat teman-temannya itu.
"Siapapun yang menyelamatkan aku dulu, aku sangat terima kasih. Sekarang aku sangat menikmati masa SMAku." Ucap Cyntia dalam hati.
Bell pulang berbunyi, pelajaran yang mengantukkan telah berakhir. Lily yang buru-buru ingin pulang menitipkan baju olahraga itu pada Cyntia untuk dikembalikan ke pemiliknya."Yaudahlah aku bareng Tiara aja balikin baju ini. Ucap Cyntia dalam hati.Aris dari belakang berjalan kedepan dan melemparkan baju olahraga yang dipakai oleh Tiara. Cyntia terkejut dengan kedatangan Aris yang melemparkan baju itu."Tiara mana Ris?" Tanya Cyntia."Gak tau tu, usai pelajaran olahraga dianya gak masuk kelas lagi. Nih sekalian tasnya kamu bawakan." Jawab Aris.Cyntia hanya mengeluh. Sementara Aris yang melihat tumpukan tiga pasang baju olahraga dan juga dua tas ransel yang isinya serasa batu itu merasa ibah dengan Cyntia. Bagaimana mungkin dengan tubuh yang mungil bisa membawa beban sebanyak itu. Dengan segera ia mengambil kembali tas milik Tiara dan juga tiga pasang baju itu. Cyntia merasa bingung dengan kelakukan Aris."Lah kenapa diambil lagi? dan juga ba
Di depan sekolah Cyntia memperhatikan bangunan dua tingkat namun ada banyak jumlahnya. Ia tampak kagum dengan sekolahnya yang sekarang. Menjadi salah satu siswi disana, ia tak pernah menduga sebelumnya. Dengan atribut yang aneh untuk menjalani masa orientasi Cyntia mulai melangkahkan kaki memasuki area sekolah. Clingukan ketika berada di dalam sekolah membuatnya merasa sangat asing, ya tapi memang masih sangat asing baginya baik itu orang-orangnya dan juga lokasi sekolahnya. Kring-kring bel sekolah berbunyi, Cyntia tak tau apa yang harus dilakukannya. "Bagi semua murid baru SMA N 1 diharapkan untuk berkumpul di lapangan sekolah sekarang." Terdengar nyaring suara berat dari seorang laki-laki memerintahkan semua siswa baru untuk berkumpul di lapangan. Cyntia dengan segera berlari menuju lapangan untuk ikut dalam barisan. "Yang merasa pendek ikut barisan yang depan, nanti gak nampak kalau dibelakang." Ucap salah satu anggota OSIS. Mendengar hal itu Cyntia melangkah maju kedepan
Kring..Kring..Kring.. Bell pulang sekolah berbunyi, akhirnya masa orientasi berakhir pada hari ini. Di dalam kelas kini tersisa hanya Cyntia dan Lily sementara yang lain sudah beranjak pergi."Ti ayo pulang, semua udah pulang loh, ingat besok kita udah belajar seperti biasa." Ajak Lily.Cyntia hanya mengangguk dan bangkit dari tempat duduknya. Kedua siswi baru ini mulai berjalan melewati banyak kelas namun langkahnya terhenti seketika. Ada seorang pria yang berdiri dihadapan mereka. Pria itu adalah Hengky. Cyntia dan Lily menoleh saling menatap seolah berbicara, kenapa kak Hengky ada disini? Lalu mereka pun menatap Hengky dengan bingung. Tapi siapa yang tau didalam hatinya Lily sangat senang bisa bertemu dengan Hengky secara dekat seperti ini. Sementara Cyntia hanya heran saja."Kalian baru mau pulang?" Tanya Hengky."Iya nih, kata Tia kita pulangnya belakangan aja.. Aku si nurut." Jawab Cyntia dengan sangat ceria.Hengky menoleh kearah Cynti
Di ruang guru 4 murid yang sedang dimarahi oleh Bu Shinta mereka adalah Cyntia, Tiara, Lily dan Aris. Mereka berempat hanya menunduk diam tak berkutik. "Lily.. Kamu ini ketua kelas gimana mungkin hari pertama sekolah sudah buat ulah?" Tanya Bu Shinta. Ditengah kemarahan Bu Shinta wali kelas sepuluh C tiba untuk memberikan bala bantuan dan memberikan pertanyaan dengan Bu Shinta. "Maaf Bu, ini anak kelas saya, kenapa dengan mereka, ada masalah apa?" Tanya wali kelas sepuluh C. "Oh Bapak wali kelas mereka? Mereka ini keluyuran saat jam mata pelajaran saya." Jawab Bu Shinta. Pak Budi akhirnya meminta maaf dengan Bu Shinta atas nama wali kelas sepuluh c dan akan memberikan hukuman pada 3 siswi itu supaya tidak mengulangi kesalahan yang sama. Bu Shinta pun menyerahkannya pada Pak Budi. "Kalian berempat ikuti saya." Ucap Pak Budi dengan tegas. "Gara-garamu si." Ucap Lily menoleh ke arah Tiara. Tiara hanya menyengir saja.