Kring..Kring..Kring.. Bell pulang sekolah berbunyi, akhirnya masa orientasi berakhir pada hari ini. Di dalam kelas kini tersisa hanya Cyntia dan Lily sementara yang lain sudah beranjak pergi.
"Ti ayo pulang, semua udah pulang loh, ingat besok kita udah belajar seperti biasa." Ajak Lily.
Cyntia hanya mengangguk dan bangkit dari tempat duduknya. Kedua siswi baru ini mulai berjalan melewati banyak kelas namun langkahnya terhenti seketika. Ada seorang pria yang berdiri dihadapan mereka. Pria itu adalah Hengky. Cyntia dan Lily menoleh saling menatap seolah berbicara, kenapa kak Hengky ada disini? Lalu mereka pun menatap Hengky dengan bingung. Tapi siapa yang tau didalam hatinya Lily sangat senang bisa bertemu dengan Hengky secara dekat seperti ini. Sementara Cyntia hanya heran saja.
"Kalian baru mau pulang?" Tanya Hengky.
"Iya nih, kata Tia kita pulangnya belakangan aja.. Aku si nurut." Jawab Cyntia dengan sangat ceria.
Hengky menoleh kearah Cyntia dan sambil berjalan. Sementara Cyntia tersenyum kaku gak tau harus ngomong apa. Mereka pun tiba didepan gerbang sekolah.
"Aku duluan ya Ti, kak Hengky jga.. Aku udah dijemput, Bye." Ucap Lily sambil melambaikan tangannya.
Cyntia menjadi sangat kaku saat ditinggal oleh Lily karena hanya tinggal dia dan Hengky saja.
"Kamu disini ngekos?" Tanya Hengky.
"Iya kak, aku mau pulang dulu ya kak." Ucap Cyntia dengan gugup.
Cyntia mulai melangkahkan kakinya namun tangan Hengky seketika menghentikan langkahnya. Tatapan Hengky yang sangat aneh bagi Cyntia membuatnya salah tingkah.
"Ehem.. Ah maaf." Ucap Hengky sambil melepaskan tangan Cyntia.
Cyntia mengangguk dan kembali berbalik untuk berjalan.
"Tunggu Cyntia." Teriak Hengky.
Kembali terhenti langkah Cyntia.
"Ada yang ingin aku tanyakan sama kamu, Ikut aku naik motor ya, kamu tunggu disini." Ujar Hengky.
Tak lama kemudian Hengky kembali dengan membawa motornya serta helm yang entah dari mana ia dapatkan. Dilemparnya helm pada Cyntia.
"Pakai, ayo naik."
Cyntia awalnya diam saja sambil memegang helm yang dilempar tadi, namun Hengky segera menyuruhnya untuk naik ke motor. Keduanya pun telah meninggalkan sekolah itu dan tibalah di warung bakso yang tak terlalu jauh dari sekolah. Mereka masuk kewarung itu.
"Ini maksudnya apa?" Tanya Hengky sambil menyodorkan surat cinta.
Cyntia yang melihat kertas itu awalnya biasa aja tapi setelah diperhatikan lebih detail ia tercengang dan membelalakan matanya. Dia jadi diam membisu dihadapan Hengky yang hanya dibatasi oleh meja itu.
"Kalau kamu gak mau cerita yaudah kita makan bakso dulu."
Kebetulan bakso yang dipesan sudah tiba, keduanya tak berbicara dan langsung saja melahap bakso yang ada dihadapannya.
"Kosanmu dimana? biar ku antar. Jangan lupa nanti jelaskan maksud dari suratmu ini." Ucap Hengky.
Mereka tiba didepan kosan Cyntia dan Hengky telah pun sudah pulang.
*Hari Pertama Sekolah*
Udara pagi yang segar namun tak sesegar udara di desanya. Jauh dari orang tua bukanlah masalah bagi Cyntia namun yang menjadi masalah adalah perundungan selama ini yang terjadi padanya membuat mentalnya lemah.
"Ini adalah saatnya aku menjadi kuat, aku gak boleh takut sama orang." Semangat Cyntia.
Berjalan dibawah sinar mentari pagi untuk berangkat sekolah sendirian akan menjadi rutinitasnya selanjutnya. Kosan Cyntia tidaklah jauh dari sekolah, jadi cukup jalan kaki saja lima menit sudah tiba.
Tin... suara klakson motor terdengar ditelinganya.
"Siapa?" Tanya Cyntia sambil menoleh kekiri.
Seorang lelaki yang sedang mengendarai motor berhenti didekat Cyntia dia adalah Hengky, menyadari ity Cyntia hanya senyum saja.
"Mau bareng gak?" Tanya Hengky.
"Gak, aku jalan kaki aja sekalian olaraga." Jawab Cyntia.
Hengky kembali menghidupkan motornya dan berlalu.
"Sekolah disini Ti?" Ucap seorang siswi dibelakangnya.
"Duh siapa lagi si?" Tanya Cyntia dalam hati sambil menoleh.
Berdiri seorang siswi cantik dengan mata sipit, hidup mancung, rambut warna hitam pekat dan hampir sempurna hanya saja dia sama seperti Cyntia tidaklah tinggi. Ia tersenyum ternyata dia memang tidak salah duga. Cyntia memperhatikan secara detail siswi cantik yang ada dihadapannya mulai dari atas hingga bawah.
"Tiara?" Tanya Cyntia dengan tercengang.
Siswi yang bernama Tiara itu langsung merangkul bahu Cyntia.
"Kamu tu ya? Gak bilang kalau sekolah disini." Gumam Tiara.
Tiara adalah sahabat masa SD nya hanya saja saat itu keuangan keluarga Cyntia sedang tak stabil karena Ayahnya tertangkap penuduhan korupsi, jadi mereka pindah ke desa saat Cyntia masih kelas 5 SD. Cyntia dan Tiara sudah lama tidak bertemu. Dulu Cyntia memang tinggal di kota ini. Tapi terpaksa pindah ikut Ibunya.
"Akhirnya kamu kembali." Ucap Tiara haru.
"Kok aku gak lihat kamu pas masa orientasi?" Tanya Cyntia.
"Hehehe" Tiara senyum terintimidasi.
"Yok ah masuk, kamu kelas sepuluh apa?" Tanya Tiara sambil merangkut Cyntia untuk berjalan.
"Eh jawab dulu pertanyaanku?" Tanya Cyntia.
"Aku gak ikut orientasi." Jawab singkat Tiara.
Tiara adalah anak yang bandel tapi dia baik hati sama sahabatnya tidaj untuk orang yang tidak dikenalnya. Ia memang cantik tapi terlihat garang saat dia marah.
"Kamu masih sama ya kayak dulu, bandel.. Tapi ini loh bukan sekolah swasta Ra." Gerutu Cyntia.
"Kenapa memang? Kepala sekolahnya kan Pamanku." Ucap Tiara dengan sombong.
Sambil berjalan menuju kelas yang ternyata keduanya satu kelas itu mereka berbincang-bincang. Tiara tak lupa menanyakan gimana keadaan Ayahnya Cyntia apakah sudah keluar dari tahanan? Dan apakah di desa orang-orang tak membeci keluarganya. Cyntia hanya menceritakan kalau mereka baik-baik saja dan tidak dibenci oleh masyarakat didesa mereka.
Mereka tiba di ruang kelasnya.
"Ti, sini." Teriak Lily pada Cyntia.
Tiara hanya tersenyum karena baru masa orientasi kemarin sahabatnya Cyntia sudah dapat teman.
"Itu teman sebangkumu Ti?" Tanya Tiara.
"Iya, maaf Ra aku udah ada teman satu bangku."
"Iya gak apa-apa. Udah gih sana aku cari bangku yang kosong dulu ya."
Tiara menuju kebelakang untuk mencari tempat untuk diduduki.
Dihari pertama sekolahnya Cyntia merasa bersyukur karena punya teman baru yang baik seperti Lily dan juga ketemu sahabatnya Tiara yang udah lama gak ketemu.
"Akhirnya aku gak dirundung dan diejek lagi." Ucap Cyntia dalam hati tanpa sengaja menteskan air mata.
Kring..Kring.. Bell pelajaran selanjutnya berbunyi. Pergantian pelajaran sudah berlalu beberapa menit tapi gurunya belum juga masuk. Lily yang ditunjuk jadi ketua kelas beranjak menuju ruang guru untuk menjemput gurunya.
Sementara Tiara yang duduk dibelakang berbaur kedepan dengan Cyntia.
"Duh laper nih, kayaknya gurunya gak ada. Yoklah Ti kita ke kantin." Rayu Tiara pada Cyntia.
"Tapi ini belum istirahat Ra." Jawab Cyntia geleng-geleng.
Lily yang baru saja dari ruang guru masuk kelas dan memberitahukan kalau gurunya gak bisa hadir dan hanya diberi tugas. Mendengar hal itu Tiara kegirangan lalu menarik tangan Cyntia untuk kekantin.
"Eh kalian mau kemana?" Tanya Lily heran.
Tiara yang melihat ketua kelas sok bertingkah itu hanya bilang, "Ke kantin, ayo kalau mau ikut.. Laper nih."
Beberapa detik kemudian.
"Li kamu yakin ikut ke kantin, kamu kan ketua kelas?" Tanya Cyntia.
Mereka bertiga berjalan menuju kantin walau masih jam pelajaran.
"Ya gak apa-apa kan bentar aja." Jawab Lily.
Sambil berjalan Cyntia memperhatikan Tiara dan Lily. "Sahabatku kali ini cantik semua, kenapa cuma aku yang gak cantik ya? jadi minder kalau jalan bareng mereka." Ucap Cyntia dalam hati.
Kantin sekolah melewati sebuah lapangan, karena takut ditegur guru mereka pun lewat jalan belakang kelas untuk ke kantin.Beberapa langkah lagi tiba kekantin ada suara laki-laki memanggil.
"Cyntia mau kemana?" Tanya Hengky.
"Kenapa kak Hengky ada disini?" Tanya Cyntia dalam hati.
Tiara langsung memasang ekspresi yang kesal ketika ada seseorang yang menanyai Cyntia dengan memegang tangannya.
"Ehem.. Itu tangannya lepasin, sembarang aja pegang tangan anak orang." Sahut Tiara.
Hengky yang tak menyadari tangannya secara spontan menarik tangan Cyntia merasa bersalah.
"Maaf, aku cuma mau tanya kalian mau kemana? di jam pelajaran gini mala keluyuran." Jawab Hengky.
"Kita bukan keluyuran tapi disuruh guru beli makanan katanya dia sakit maag dan gak sempat sarapan." Jawab Tiara dengan kebohongannya.
Cyntia disampingnya menahan ketawa ketika mendengar alasan yang diucapkan oleh Tiara. Sementara Hengky percaya aja dengan ucapan Tiara lalu pergi. Ketiga siswi itu melanjutkan langkahnya menuju kantin yang sudah didepan mata.
"Akhirnya makan." Ucap Tiara. Mereka bertiga menikmati makanan kantin.
Dikelas. Ibu Sinta yang mengajar matematika sudah duduk dikursi. "Yang dua dikursi ini mana?" Tanya Bu guru sama siswa/i dikelas ketika melihat bangku yang ada dihadapannya kosong.
Salah seorang siswa menjawab. "Gak tau Bu."
"Kalau gitu ambil semua tasnya yang gak ada dikelas bawa ke kantor, ayo ketua kelas ikut saya." Ucap Bu guru.
Melihat semua siswanya diam, Bu Sinta jadi bingung. Apakah mereka gak ada ketua kelasnya?
"Bu, ketua kelasnya itu yang duduk dikursi depan tapi dianya gak ada." Ucap salah seorang siswa.
"Yaudah kamu aja ikut Ibu, bawa tas mereka."
Dikantin Tiara, Cyntia dan Lily merasakan nikmat yang haqiqi ketika makan disaat orang lain belajar. ketiga siswi ini pun beranjak untuk balik ke kelas.
Tiba dikelas mereka bingung dengan tatapan teman-temann sekelasnya.
"Eh yo.. Ketua kelas kita baru datang, udah mau istirahat juga pun." Ucap siswa laki-laki yang ada dibelakang. Dia adalah Aris teman sebangku Tiara.
"Kenapa Ris?" Tanya Tiara.
Aris hanya mengarahkan kepalanya pada kursi-kursi yang tak ada lagi tasnya. Tiara yang menyadari hal itu pura-pura tak melihat dan berjalan pelan untuk keluar dari kelas. Sementara Lily dan Cyntia kaget melihat tasnya menghilang dari peradaban. Cyntia dan Lily saling menoleh.
"Tiara." Teriak Lily dan Cyntia.
Mendengar teriakan mereka Taiar berlari secepat mungkin. Cyntia dan Lily berlari keluar kelas untuk mengejar Tiara.
"Tiara.. ini salahmu ya, gara-gara kamu tasku disita." Teriak Lily sambil berlari mengejar Tiara.
Di ruang guru 4 murid yang sedang dimarahi oleh Bu Shinta mereka adalah Cyntia, Tiara, Lily dan Aris. Mereka berempat hanya menunduk diam tak berkutik. "Lily.. Kamu ini ketua kelas gimana mungkin hari pertama sekolah sudah buat ulah?" Tanya Bu Shinta. Ditengah kemarahan Bu Shinta wali kelas sepuluh C tiba untuk memberikan bala bantuan dan memberikan pertanyaan dengan Bu Shinta. "Maaf Bu, ini anak kelas saya, kenapa dengan mereka, ada masalah apa?" Tanya wali kelas sepuluh C. "Oh Bapak wali kelas mereka? Mereka ini keluyuran saat jam mata pelajaran saya." Jawab Bu Shinta. Pak Budi akhirnya meminta maaf dengan Bu Shinta atas nama wali kelas sepuluh c dan akan memberikan hukuman pada 3 siswi itu supaya tidak mengulangi kesalahan yang sama. Bu Shinta pun menyerahkannya pada Pak Budi. "Kalian berempat ikuti saya." Ucap Pak Budi dengan tegas. "Gara-garamu si." Ucap Lily menoleh ke arah Tiara. Tiara hanya menyengir saja.
*Masa SMP*"Aku yang terjatuh tak bisa lagi untuk apa-apa. Hari-hari yang kujalani adalah hal yang sama. Setiap kali aku mengingat untuk bangkit namun nyatanya mereka yang merundungku akan tetap melakukannya tanpa rasa bersalah. Jika aku dilahirkan hanya untuk seperti ini apalah arti kehidupan bagiku. Ini jelas tidak adil. Tuhan apakah aku akan selalu seperti ini? Berpura-pura tak apa-apa dihadapan orang yang kusayang namun hati tersayat yang rasanya ingin kembali padamu. Aku tak ingin berada di dunia ini, aku tak ingin. Kenapa hidupku tak adil kenapa? Kenapa mereka menghakimiku hanya lewat pandangan tanpa tau kepastiannya. Ayahku yang tak bersalah tapi dituduh dan dipenjara selama 10 tahun dan aku yang tak tau apa-apa jadi bahan rundungan demi meluapkan amarah mereka padaku. Aku dikucilkan karena isu yang tak pernah ada kebenarannya. Ayah!Hiks..Hiks..Hiks...Diantara banyaknya cerita takdir yang diberikan dari sekian umat manusia kenapa aku yang kebagian cerit
Bell pulang berbunyi, pelajaran yang mengantukkan telah berakhir. Lily yang buru-buru ingin pulang menitipkan baju olahraga itu pada Cyntia untuk dikembalikan ke pemiliknya."Yaudahlah aku bareng Tiara aja balikin baju ini. Ucap Cyntia dalam hati.Aris dari belakang berjalan kedepan dan melemparkan baju olahraga yang dipakai oleh Tiara. Cyntia terkejut dengan kedatangan Aris yang melemparkan baju itu."Tiara mana Ris?" Tanya Cyntia."Gak tau tu, usai pelajaran olahraga dianya gak masuk kelas lagi. Nih sekalian tasnya kamu bawakan." Jawab Aris.Cyntia hanya mengeluh. Sementara Aris yang melihat tumpukan tiga pasang baju olahraga dan juga dua tas ransel yang isinya serasa batu itu merasa ibah dengan Cyntia. Bagaimana mungkin dengan tubuh yang mungil bisa membawa beban sebanyak itu. Dengan segera ia mengambil kembali tas milik Tiara dan juga tiga pasang baju itu. Cyntia merasa bingung dengan kelakukan Aris."Lah kenapa diambil lagi? dan juga ba
Di depan sekolah Cyntia memperhatikan bangunan dua tingkat namun ada banyak jumlahnya. Ia tampak kagum dengan sekolahnya yang sekarang. Menjadi salah satu siswi disana, ia tak pernah menduga sebelumnya. Dengan atribut yang aneh untuk menjalani masa orientasi Cyntia mulai melangkahkan kaki memasuki area sekolah. Clingukan ketika berada di dalam sekolah membuatnya merasa sangat asing, ya tapi memang masih sangat asing baginya baik itu orang-orangnya dan juga lokasi sekolahnya. Kring-kring bel sekolah berbunyi, Cyntia tak tau apa yang harus dilakukannya. "Bagi semua murid baru SMA N 1 diharapkan untuk berkumpul di lapangan sekolah sekarang." Terdengar nyaring suara berat dari seorang laki-laki memerintahkan semua siswa baru untuk berkumpul di lapangan. Cyntia dengan segera berlari menuju lapangan untuk ikut dalam barisan. "Yang merasa pendek ikut barisan yang depan, nanti gak nampak kalau dibelakang." Ucap salah satu anggota OSIS. Mendengar hal itu Cyntia melangkah maju kedepan