Home / Romansa / Gara - Gara Resleting / 1. Di Gerebeg Warga

Share

Gara - Gara Resleting
Gara - Gara Resleting
Author: Chanie1001

1. Di Gerebeg Warga

Author: Chanie1001
last update Last Updated: 2021-05-06 09:54:30

Razelia Amora Rulzain, gadis yang kini memasuki usia 18 tahun, semester akhir di SMA Gelora. Nama panggilannya, Amor atau Amora.

Gadis penyuka lagu dangdut itu kini terlihat asyik dengan cemilan dalam bungkus besar di gendongannya. Langkahnya terus terayun santai melewati rumah - rumah tetangga yang tidak jauh dari rumahnya.

Amora melirik segerombolan laki - laki yang tengah bercanda tawa, di salah satu rumah yang di lewatinya itu. Kepalanya menggeleng samar, mulutnya mengunyah santai.

"Mereka engga ada kapok - kapoknya, udah di grebeg, udah di usir halus sama warga sini, masih aja nongkrong dan minum - minum.." gumamnya dengan memelankan langkahnya, Amora penasaran dengan pemilik rumah itu.

Katanya, tampan melebihi Aliando pada masanya.

Amora menahan nafas, matanya bertemu pandang dengan laki - laki beralis tebal dan berhidung mancung. Sungguh tampan, Amora sampai sulit mendeskripsikannya.

Langkahnya yang terayun pelan kini melangkah lebar setengah berlari, Amora rasanya tertangkap basah.

***

"Amor, banyak banget bunda bikin kue__" Zela menyeka peluh di pelipisnya."bagiin ke tetangga gih, bunda masih harus beresin satu adonan lagi_" lanjutnya dengan tanpa menatap Amora.

Amora yang duduk di kursi bar mini terlihat mendesah malas, dia lebih baik di suruh mencicipi kue - kue itu, bodo amat gendut juga di banding mengunjungi para tetangga.

Apalagi ke rumah pak Burhan, dia akan di jodoh - jodohkan dengan anaknya yang perutnya buncit itu.

"Berapa rumah, bun?" Amora bertanya dengan malas - malasan.

"6 aja kayaknya, bentar bunda kemas dulu__" Zela mulai meraih beberapa wadah."nanti bekasnya minta di ambil lagi, ya?"

Amora mengangguk samar."Iyah, emang selalu begitukan, bun.." balasnya masih tidak bertenaga.

"Hm, oh iyah, beres ini kayaknya bunda harus ke kantor ayah, di rumah sendiri engga papakan?"

Amora mengangguk."Anak bunda yang keren ini pemberani.." bangganya. Zela hanya mengulum senyum geli.

***

Amora menatap wadah - wadah di tangannya, rumah - rumah terdekatnya sedang kosong entah kemana. Semua kompak menghilang.

Amora menatap rumah sepi di depannya, merasa ragu untuk bertamu malam - malam. Rumah itu reputasinya buruk!

"Dari pada ke rumah pak Burhan, dan rumah yang lebih jauh, mending ke sini aja__" gumamnya walau masih tidak yakin."macem - macem tinggal tendang burungnya, yakan?" kekehnya di akhir.

Amora membawa langkahnya melewati gerbang, matanya mengamati bunga - bunga tidak terurus itu dengan kasihan.

Amora berdiri di depan pintu, mengetuknya tanpa ragu. Suara bedebug terdengar dari dalam.

"Masuk!" teriak seseorang dari dalam."buka aja, gue lagi repot.." lanjutnya masih dengan berteriak.

Amora membuka pintu, mencoba tidak berpikir negatif. Amora tidak terlalu percaya gosip juga.

"Ini ada kue__" suara Amora lenyap, tatapannya bertemu dengan laki - laki beralis tebal yang saling menatap 3 bulan lalu."Akh!" Amora refleks menutup mata.

"Sorry, gue lagi sibuk__" suaranya begitu merdu dan laki - laki sekali."tangan gue kotor, bau telor sama terigu__simpen aja.." acuhnya lalu kembali menuju dapur.

Amora masih tidak berani menatapnya yang tanpa atasan itu, roti sobeknya takut membuat Amora lupa diri dan memperkosanya.

"Tapi wadahnya mau di ambil balik_" Amora mencoba tenang walau matanya masih bergerak tidak fokus.

"Lo bisa pindahin? Gue masih sibuk_" acuhnya lagi.

Amora mendengus pelan, dengan berani dia meraih wadah. Menuangkan semua kue lalu menoleh padanya yang kini tengah berdiri di belakang Amora, tengah membawa wadah di lemari atas.

Amora menahan nafas, dadanya yang berotot itu ada di depan mata. Amora merasakan panas di wajahnya.

"TUHKAN!"

Suara derap langkah yang banyak mulai terdengar, bisikan - bisikan dan pembicaraan saling bersahutan.

Keduanya menoleh ke arah pintu. Di sana, para tetangga berkumpul dengan wajah dan tatapan seolah menyudutkan. Ucapan mereka terdengar ricuh bahkan di pedengaran keduanya tidak jelas.

"SUDAH - SUDAH, STOP!" bapak kepala penjaga komplek mencoba menghentikan semuanya.

Suara ricuh pun lenyap.

Amora masih tidak mengerti keadaan, kenapa rumah sepi ini menjadi sesak di penuhi orang.

"Junior! Dan kamu Razelia, kalian sudah tertangkap basah melakukan hal mesum. Kami tidak bisa membiarkan warga resah, dengan terpaksa kami akan menikahkan kalian! Kami akan mendesak keluarga dari dua belah pihak untuk melakaukan pernikahan agar tidak terjadi keresahan di sekitar sini!" tegasnya yang di setujui oleh semua, keadaan kembali ricuh.

Amora masih diam dengan tangan gemetar, perasaannya mulai takut. Amora masih tidak mengerti saking syoknya.

Junior menggeram kesal, perasaan dia tidak melakukan hal mesum! Dia sungguh benci dengan semua tetangga di sekitar rumahnya itu.

"STOP! Jangan gila, pak! Saya sedang memasak, dia mengantar kue sialan itu! Di mana letak mesumnya?" teriak Junior dengan emosi.

"Kami melihat kamu merengkuh Razelia tanpa atasan dan lihat resleting kamu terbuka, kami ada bukti rekaman tadi kalau masih mau mengelak!"

Junior menggeram kesal seraya menaikan resletingnya yang tidak tahu diri! Terbuka di saat tidak tepat!

"Lihat! Saya sedang memasak, tangan saya__" sialan, dia sudah mencuci tangan."saya tidak__"

"Seret aja mereka, kita arak keliling komplek! Biar mereka jera dan malu!"

Amora dan Junior kelabakan, semua menyerang dengan menarik dan menyeret mereka keluar rumah.

"SIALAN! Gue ga mesum!" bentak Junior dengan berusaha meronta.

Amora sudah berderai air mata, semua tetangga yang baik padanya kini tidak berpihak bahkan ikut menyeretnya.

Amora bergetar ketakutan, sangat ketakutan. Meminta ampun, memohon untuk di lepaskan masih tidak di hiraukan. Matanya terus berair. Isakan dan raungannya yang sampai ke telinga Junior membuat Junior berhenti meronta.

Tatapannya menatap Amora yang di seret paksa itu. Gadis tidak berdosa itu tidak salah! Semua menyudutkannya tidak masalah, toh laki - laki sebandel apapun tetap bisa menikah. Tapi, beda halnya perempuan! Tercoreng jelek maka akan sulit mendapat jodoh.

Junior menghempas cekalan itu dengan tenaga yang mendadak super. Junior meraih Amora, memeluknya dengan nafas memburu menahan emosi.

Amora bergetar hebat dengan terisak yang semakin meledak. Junior menatap semua mata itu. Menyorot mereka dengan aura kebencian.

"Gue bakal nikahin dia! Dia dan gue bukan binatang, Sialan!" bentaknya tidak punya sopan santun."gue bahkan bakalan pindah dari komplek munafik ini! Kalian seolah suci, kalian seolah engga punya salah, padahal gue tahu, kalian juga selingkuh diem - diem! Masuk ke rumah janda malem - malem!" amuk Junior membabi buta.

Semua diam, tampak saling berbisik dan melempar tatapan jijik. Seolah - olah mereka berdua manusia paling berdosa.

Junior menggendong Amora, membawanya masuk ke dalam mobil. Menyalakan mobil tanpa peduli dengan tubuh atasnya yang tanpa atasan.

Junior mencengkram stir dengan kuat, matanya berkilat emosi. Semua manusia itu memang kotoran! Mereka menyudutkan satu pihak tanpa berkaca dengan perbuatan kotornya sendiri!

Junior menjalankan mobilnya, membuat para warga menepi dengan bersorak. Kalau membunuh bukan kejahatan, Junior akan menabrak mereka semua tadi.

Amora masih terisak dengan penuh luka dan ketakutan. Dadanya kembang kempis menahan sesak di dadanya.

Entah kemana tujuan mereka, yang jelas Junior membawa Amora jauh dari komplek. Keduanya masih sibuk dalam pemikiran masing - masing.

***

"Minum_" Junior memberikan satu botol air putih pada Amora yang sudah tidak menangis namun masih terdengar tersedu - sedu."lo bawa ponsel?" lanjutnya.

Amora meneguknya sedikit lalu menggeleng dengan tanpa berani menatap Junior dengan keadaan kacaunya.

"Lo inget nomor nyokap/bokap?" Junior masih menatap kepala menunduk itu.

"Brian, cuma dia_"

Junior mangut - mangut samar, mungkin pacarnya. Junior menyerahkan ponselnya."Telepon dia, kalo bisa minta nomor nyokap/bokap__" Junior terdiam sesaat."apa lo tahu nyokap/bokap lo dimana sekarang?"

"Kantor." singkat Amora dengan masih sesegukan.

"Kita ke sana.." putus Junior tanpa takut atau malu dengan keadaan kacaunya.

"Jangan__" Amora terisak pelan."mau Brian aja, kita ke apartementnya.." lanjut Amora dengan lirih.

***

Brian menautkan alisnya melihat keadaan kembarannya yang sangat kacau, tatapannya beralih tajam pada sosok yang membuatnya mengeraskan rahang.

"Lo?!" geram Brian dengan membalas tatapan Junior tak kalah tajam.

Junior mengumpat dalam hati, kenapa harus musuh gengnya yang dia temui? Junior merasa semakin emosi!

"Hiks__" Amora memeluk Brian dengan kembali terisak.

Brian masih bersitatap tajam dengan Junior, membiarkan Amora memeluknya.

"Takut__" Amora mengeratkan pelukannya."tolong hiks.." lanjutnya semakin berderai air mata.

"Masuk!" setelah mempersilahkan musuhnya masuk, Brian menggendong Amora, membawanya hingga duduk di sofa.

Biya yang melihat Amora berderai air mata sontak mendekat dan di sambut oleh Amora dengan langsung memeluknya.

Junior melirik Biya, melirik Brian lalu Amora. Dia tidak paham dengan hubungan mereka. Junior pun memutuskan untuk tidak peduli.

"Kenapa bisa dia ada sama lo?" suara Brian mengalun dingin, tatapannya terlihat siap menerkam.

Related chapters

  • Gara - Gara Resleting   2. Lampu Hijau

    Brian memijat pelipisnya, semua yang di jelaskan Junior membuatnya keleyengan. Musuhnya harus menikah dengan kembarannya? Takdir macam apa ini, menggelikan!"Pacar lo ga salah di sini_" Junior menghela nafas kasar."warga di sana aja yang ga ada kerjaan, nyudutin gue di saat paca_""Dia kembaran gue, pacar gue dia!" tunjuk Brian pada Biya dengan ogah - ogahan. Brian sungguh malas bersinggungan dengan Junior.Junior mengerjap, kembaran?"Jadi gimana, Bri? Hiks__" Amora mendekat, memeluk Brian lagi. Mencoba mencari perlindungan."takut, di seret tadi hiks.."Junior menunduk, menghela nafas berat. Junior merasakan berat di kepalanya karena terlalu banyak pik

    Last Updated : 2021-05-06
  • Gara - Gara Resleting   3. 'Main'

    Amora mengaduk teh manis dengan es batu itu dengan malas. Wajahnya masih terlihat mendung."Mana musik dangdutnya, mor?" tanya Ayu, teman sekelasnya.Amora mendesah pelan."Ha~ ga mood, lain kali_" balasnya tidak bertenaga."Ah ga asyik, kita biasanya paling heboh kalau di kantin.." Ilham berseru kecewa.Amora menghela nafas lelah, tidak bisa berbuat apa - apa selain murung. Untuk berjoget atau bernyanyi dangdut tidak ada gairah."Berat banget ya hidup_" Amor kembali menghela nafas lelah.Ilham memicingkan matanya."Lo kok jadi Dilan?" tanyanya.

    Last Updated : 2021-05-06
  • Gara - Gara Resleting   4. Amora Sakit

    Junior mengabaikan kericuhan disekitarnya. Tatapannya menatap ke arah meja di mana Amora selalu membuat kehebohan di kantin itu.Junior jadi tidak memiliki hiburan semenjak dia terlibat dengan istrinya itu. Amora seolah berubah, mengikuti statusnya yang berubah."Biduan kita kemana?" Jidan mengedarkan matanya ke arah meja yang berada di barat dan pojok itu."kok meja sana jadi sepi? Cuma ada si banci Surya.." lanjutnya."Dia sakit__" Junior meraih satu bungkus cemilan itu dengan acuh tak acuh."gue gem_" pur sampe tengah malem. Hampir saja, Junior kelepasan."Ha? Apa? Lo tahu dari mana?" Hendry berseru heran di samping Junior yang mulai kembali bisu."Jun, lo deke

    Last Updated : 2021-05-06
  • Gara - Gara Resleting   5. Gara - Gara Goyangan

    Amora menghirup dalam - dalam udara di sekitarnya, suara obrolan, tawa - tawa siswa - siswi dan bau mie ayam beserta teman - temannya membuat Amora menghayati semuanya dengan sedikit lebay karena alasan dalam satu kata, rindu."Maju, lo kenapa berdiri di tengah jalan?" Junior sedikit menabrak bahu Amora dari belakang.Junior berjalan acuh menuju meja yang sering dia tempati, Amora menatap punggung Junior dengan meninju angin."Ngapain? Nangkep lalat, Mor?" suara Surya yang spesial mengalun aduhay di telinga Amora. Ngondek guysMengabaikan celotehannya, Amora merangkul Surya yang baru datang itu, membawanya menuju meja biasa."Dangdutan ga, Mor?" tanya Su

    Last Updated : 2021-05-06
  • Gara - Gara Resleting   6. Membuka Hati

    Amora mengusap dadanya dengan lega, untung Junior hanya memberi kecupan - kecupan tanpa melanjutkan ke tahap itu. Amora menangkup kedua pipinya yang panas dan memerah itu.Perlakuan Junior hampir saja membuatnya terbang, untung dia sadar cepat."Astaga! Dasar kadal penghisap!" gerutunya seraya mengamati leher dan dadanya di cermin kamar mandi.Amora meringis, dia seperti memiliki penyakit kulit. Dan lebih gawatnya, tanda - tanda itu merambat di lehernya."Nyusahin! Untung ada make up yang bisa nutupin!" gerutunya lagi dengan misuh - misuh.Setelah menyelesaikan mandi sorenya, Amora keluar kamar untuk menenangkan jiwanya seperti biasa.

    Last Updated : 2021-05-11
  • Gara - Gara Resleting   7. Berjarak

    Amora terisak tersedu - sedu, jantungnya merasa di cabut paksa. Semua karena Brian yang bersimbah darah kini tengah di tangani dokter.Semua begitu cepat, entah apa yang terjadi. Amora hanya tahu kalau geng Junior tidak sehat, mereka mesabotase mobil yang di pakai Brian untuk balapan itu.Amora terus menepis tangan Junior yang berusaha merangkul, menarik lengan atau mengusap pipinya. Amora tidak bisa memaafkannya sebelum kabar Brian baik - baik saja bisa dia dengar."Gue pikir lo udah engga benci sama Brian!" bentak Amora dengan masih tersedu - sedu, tangisannya semakin menjadi - jadi saat ingat begitu banyak darah yang keluar dari beberapa bagian tubuh Brian di depan matanya.Junior menatap lurus Amora. Benar atau salah, pasti istrinya itu tidak akan peduli. Jadi, Junior memilih d

    Last Updated : 2021-05-11
  • Gara - Gara Resleting   8. Memulai

    Amora mengigit kuku - kuku di jemarinya dengan gelisah, dilema mulai membayangi pikirannya. Haruskah dia mengalah?Brian sudah cukup pulih, pernikahan dengan Biya pun berjalan begitu lancar. Namun, tidak selancar hubungannya bersama Junior yang kini semakin renggang.Amora melirik dua pasang pengantin baru yang hahahihi, asyik berdua seolah dunia milik mereka.Amora berdecak pelan, matanya kembali mengedar dan berlabuh pada dua pasangan pengantin lama. Alias orang tuanya yang tidak tahu malu dengan keriput di sudut matanya ketika tertawa. Romantis memang, tapi Amora merasa mereka tengah mengolok - oloknya.Amora melirik kursi di sampingnya yang kosong. Sudah hampir satu bulan Junior tidak tinggal di rumah, masih marah karena A

    Last Updated : 2021-05-11
  • Gara - Gara Resleting   9. Di Gempur

    Junior menyandarkan kepalanya di bahu telanjang Amora, keduanya tengah rebahan terlentang setelah menguras tenaga bersama - sama.Junior meraih lengan Amora, meletakannya di kepala."Usap kepala gue, Mor.." pintanya dengan kembali menyamankan posisinya.Amora mengusapnya kaku, pada awalnya. Perlahan mulai biasa. Junior yang keenakan pun hanya bisa memejamkan mata walau tidak tidur."Maaf.." Amora berucap cepat dan pelan.Junior perlahan membuka matanya, mengulas senyum tipis tanpa ingin merespon. Niatnya ingin menjahili Amora.Amora menelan luda

    Last Updated : 2021-05-11

Latest chapter

  • Gara - Gara Resleting   Sequel : Kekalahan Terindah

    Ngidam, satu kata yang membuat Zein mengacak rambutnya frustasi. Zeva sungguh menyebalkan saat ini, permintaannya membuatnya gila. "Sekali aja, pake." Zeva mengembungkan pipinya yang semakin berisi itu. "Aku laki - laki, cowok, pria, Zeva sayang." Zein tersenyum paksa dengan menahan geraman marah. "Cuma merah sebentar, masih ga mau?" tatapannya menatap Zein dengan lucunya. Sontak Zein tidak berkutik, sialan memang wajah Zeva yang menggemaskan itu. "Jangan tebel - tebel." Zein pun pasrah, melirik sekitarnya yang cukup ramai. "Yeay!" Zeva dengan semangat menempelkan lipstik merah itu pada bibir Zein yang tebal nan seksi itu. Zein menatap wajah cerah Zeva dengan tatapan yang kian melembut, istrinya begitu bahagia hanya karena tindakan kecil itu. Harusnya Zein tidak menolak dari awal. "Woah!" Zeva menutup mu

  • Gara - Gara Resleting   Sequel : Anugrah

    Jalan - jalan kilat pun berakhir dengan Zeva yang asyik dengan benih - benih bunga yang di belinya. Membiarkan Jackson menanamnya karena tukang kebun tak kunjung datang. Jackson terlihat menggali dengan air wajah tidak yakin, dia sudah beberapa kali menolak untuk menanam benih itu namun Zeva keukeuh agar dirinya yang menanam benih itu. Demi apapun, Jackson belum pernah menanam bunga. Semoga saja semua benihnya tumbuh dengan baik. Harapnya masih dengan tidak yakin. "Sayang, ayo masuk." Zein bersuara di ambang pintu. Zeva yang sedang berjongkok menoleh lalu mengangguk dengan patuhnya."Beresin ya, Jackson. Maaf ngerepotin sama ga bisa terus nemenin." sesalnya dengan lugu. Jackson terkekeh dalam hati, dia itu pegawainya. Kenapa Zeva tidak sadar soal itu dan berperan seperti teman saja. Mungkin karena terlalu baik pikir Jackson. "Tidak apa - apa

  • Gara - Gara Resleting   Sequel : Jalan - jalan

    Bang Jack membantu Zein yang akan pergi pemotretan dan pengambilan video untuk iklan minuman yang sudah terlanjur mengkontraknya. Tadinya Zein ingin membatalkan namun kata bang Jack lebih baik lanjut karena perusahaan itu tidak keberatan soal skandal yang menimpa Zein. "Cuma 6 menit, durasi yang singkat. Sayang sama uang kamu walau uang kamu ga akan habis." kata Jack seraya merapihkan tas Zein. "Kalau gitu ajak Zeva boleh? Biar pulang langsung jalan." Jack menggeleng tegas."Ga bisa, Zeva masih jadi inceran. Kasihan dia, Zein." balasnya. Zein menekuk wajahnya, tidak bisa menyangkal ucapan Jack yang benar adanya. "Tuan Zein—" panggil Jackson yang mengundang Jack untuk menoleh juga."nyonya Zeva menangis di belakang dan menyuruh saya untuk memang—" Zein lebih dulu membawa langkahnya ke taman belakang di banding mendengarkan penjelasan pengawal

  • Gara - Gara Resleting   Sequel : After Menikah

    Hanya Zein yang di omeli atasan terus tersenyum cerah seperti orang yang di mabuk kasmaran. Telinganya seolah tuli dari amukan atasannya. Bang Jack menyenggol Zein, menyadarkan artisnya itu agar pikirannya berada di tempatnya, tidak berkelana ke tempat lain. Zein melunturkan senyumnya, mengerjap sekali lalu melirik bang Jack sekilas sebelum menatap atasannya yang mukanya sudah semerah tomat saking emosi. "Kamu sedang naik daun! Dengan gegabah memutuskan menikah tanpa melibatkan kami sebagai rumah produksi yang melahirkan kamu!" bentak si atasan dengan menunjuk Zein di sebrangnya—penuh emosi. Suara ponsel berdering terus menemani perbincangan mereka, membuat si atasan semakin merasakan kepalanya pecah rasanya. Sudah pasti yang menelpon itu investor yang mendanai film Zein yang pastinya gagal produksi itu. "Film di tahan bahkan bisa batal ta

  • Gara - Gara Resleting   Sequel : Baikan

    Zeva menggeleng, terlihat tidak nyaman di tempatnya. Zeva rasanya campur aduk. Senang, rindu, takut dan sedih menjadi satu. "Ayo, ada aku." Zein mengusap jemari Zeva yang ada di genggamannya. Kedua mata Zeva mulai basah, bibirnya bergetar saking tidak sanggupnya menahan semua rasa di dadanya. Hampir satu tahun dia jauh dari Lamita. "Kenapa?" Zein dengan sabar membujuk Zeva agar mau turun dari mobil. "Bunda masih marah ga ya?" suara Zeva bergetar dengan air mata lolos. *** Zeva menatap nanar Lamita yang sama kacaunya, kedua mata mereka sama basah. Semarah apapun, seorang ibu pasti akan luluh dan kalah saat rindu tidak bisa di bendung lagi.

  • Gara - Gara Resleting   Sequel : Bertindak Nyata

    Zein terlihat segar, hari ini hari sabtu. Hari liburnya walau hanya sehari dalam bulan ini. Dia harus memanfaatkannya sebaik mungkin. "Emang kamu engga kepikiran soal nikah?" Suara Jack membuat Zein menghantikan langkahnya, bersembunyi dan menguping. "Zeva ga mau rusak impian Zein, cukup Zeva aja yang mimpinya rusak. Zein baik, Zeva ga mau sakitin orang baik." lugunya dengan begitu tulus. "Mimpi? Emang kamu punya mimpi apa?" Jack terlihat memandang Zeva hangat. "Jadi dewasa, itu mimpi Zeva waktu kelas 3 SD sebelum kecelakaan." Zeva tersenyum kecil, pandangannya menerawang."Tapi, ternyata dewasa itu ga enak. Zeva ga bisa egois. Dulu mungkin Zeva asal ambil apapun milik Adit tanpa tahu perasaan Adit. Sekarang Zeva harus banyak puter otak, ga bisa seenaknya. Zeva juga ga mau Zein hancur karena Zeva, apalagi fans - fans Zein yang sayang banget sama Zein. Zeva pasti bikin banyak orang sedi

  • Gara - Gara Resleting   Sequel : tidak tahu tempat

    Zein menghela nafas panjang penuh kelegaan, akhirnya semua adegan telah selesai dia lakukan dengan sebaik dan secepat mungkin. Zein membawa langkahnya hendak ke ruang tunggu yang di mana Zeva ada di sana. Namun, seseorang menghadangnya. "Dia bukan adik kamukan Zein?" todongnya dengan tatapan meredup sedih. Zein mengerang dalam hati, dia lupa mengurus satu perempuan yang sempat dia beri harapan itu. "Hm." Perempuan muda itu tersenyum kecut."Bener ternyata sama gosip yang beredar, kamu banyak mainin perempuan. Terus kita gimana?" desaknya dengan kedua mata mulai merebak basah. Zein terlihat tenang."Emang kita apa? Kita cuma temen, temen dalam beradu akting, temen main ke bioskop, ga lebih. Kamu bahkan belum pernah aku ajak ke atas ranjang." terangnya dengan santai. Perempuan itu menatap Zein dengan tidak percaya, kecewa dan sedih.

  • Gara - Gara Resleting   Sequel : Damai

    Zeva terlihat mengernyit, merasakan pening menghantam kepalanya. Perlahan, kedua matanya terbuka. Dahinya mengkerut karena silau lampu. "Pusing?" Zeva sontak menoleh kaget dan meringis saat kepalanya berdenyut pusing. Zein mengusap kepala Zeva, memijat lembut pelipisnya."Tidur dulu atau mau makan?" tawarnya. Zeva menatap Zein dengan mengabaikan kepalanya yang berdenyut. "Kenapa Zeva di sini lagi? Adit sama Yumni mana?" tanyanya dengan suara serak dan layu. Zein masih betah mengusap dan memijat lembut pelipis Zeva. Zeva pun tidak menolak karena jujur saja itu enak baginya. "Mereka pulang." balas Zein sekenanya. "Kenapa ga bawa Zeva juga? Kenapa malah di bawa kesini?" Zeva menepis tangan Zein dan berusaha turun dari kasur Zein. Zein menahan bahunya."Rumah kamu di sini, jelas kamu harus ada di si

  • Gara - Gara Resleting   Sequel : Zein Sadar

    Zein terlihat kelelahan, jadwal mendadak di ubah membuatnya jadi semakin sibuk. Zein menatap ponselnya, membuka pesan yang dia kirimkan pada Zeva. Masih belum di baca, bahkan Zeva terlihat tidak aktif. Zein memutuskan tidur sebentar, membiarkan Jack membawa mobilnya hingga ke apartement. Tak lama mobil Zein sampai. "Zein, mau bang Jack anter?" tawar Jack dengan memindai sekitar, takutnya ada penguntit nekad. "Ga usah, bang Jack urus yang lain aja." balas Zein dengan tidak bertenaga, terlihat lelah sekali. "Yaudah." Zein turun."Hati - hati bang di jalannya." kata Zein sebelum berlalu. "Hm, kalo udah sampe telepon bang Jack." Zein hanya melambaikan sebelah tangannya tanpa berbalik dan tanpa menghentikan langkah gontainya. ***

DMCA.com Protection Status