Ha Na menghembuskan nafas pelan menunggu nada sambung yang terus berbunyi, setelah menunggu sejenak matanya melebar kecil dan ia langsung membuka mulutnya
"Sophie, apa yang terjadi pada Kantormu?" Tanyanya langsung.
Aku menjatuhkan kepalaku lemas ke atas meja sambil menghembuskan nafas panjang "ahhh... aku tidak tahu apa yang terjadi..." keluhku.
Nafas panjang Ha Na terdengar dari seberang telfon setelah mendengar keluhan manjaku, aku pun menaikkan kedua bahuku ringan lalu membuka mulutku "aku tidak tahu, setelah berita itu tersebar Eugene dan Ni El pergi entah kemana, sampai saat ini mereka belum kembali," jelasku. Ha Na terdiam setelah mendengarkan penjelasan singkatku, aku pun kembali menegakkan tubuhku lalu memindah ponselku ke telinga sebelah cepat
"lalu? Bagaimana suasana disana sekarang?" Tanyanya ingin tahu.
Aku menghembuskan nafas pelan sambil menoleh ke sekeliling kantor, suasana sibuk terlihat seperti biasanya. Aku menyungingkan senyum k
Aku memalingkan wajahku cepat sambil berdeham canggung tidak tahu harus mengatakan apa, keheningan canggung pun menyelimuti kami dalam hitungan detik. Ni El menghembuskan nafas kecil lalu membuka cerita menyedihkan dengan mereka yang seharusnya ia sebut keluarga.00035 TAHUN LALUSeorang wanita muda dengan rambut cokelat keemasan berjalan di panggung, dengan gaun putih panjang membalut tubuh rampingnya indah. Tangan mungilnya membawa karangan bunga indah dan tepuk tangan meriah dari pada undangan di sekelilingnya, mengawal langkahnya menuju pelaminan di ujung panggung. Sorot mata wanita itu tampak sayu dan senyum kebahagian tidak terlihat sama sekali di ujung bibir tipisnya, ia tampak sangat putus asa di hari bahagia itu.Jajaran kamera menyorot ke arah pintu utama Aula Pernikahan, para wartawan sibuk meliput acara besar yang menggemparkan seluruh kota. Seluruh berita di penuhi kabar mengejutkan antara 2 Perusahaan yang bersaing keras, namun kini bersatu
Aku menyunggingkan senyum pahit sambil menunduk pelan, aku kembali teringat akan masa laluku yang sama pahitnya dengan Ni El. Aku menghembuskan nafas besar dari mulutku cepat lalu mengeluarkan suaraku"setiap orang memiliki kisahnya masing - masing, kisahku juga tidak seindah orang lain," timpalku pelan.Nafasku terhembus pelan melihat kejadian masa lalu yang ingin aku lupakan kini terus bermain di kepalaku. Sorot mata Ni El tampak meredup dan ia membuka mulutnya"apa aku boleh tahu apa yang terjadi?" Tanyanya hati - hati.Pertanyaan itu membuat kepalaku kembali memainkan adegan awal mula dari segalanya, dimana hari yang seharusnya membahagiakan menjadi hari yang paling menyedihkan dalam hidupku.0003 TAHUN LALU. JAKARTA, INDONESIA.Suasana sibuk menyelimuti Kantor Stasiun Televisi JS, dering telfon tidak berhenti terdengar dan para karyawan sibuk menggerakkan jari mereka cepat di atas papan ketik. Langkah seorang pria paruh ba
Kami berjalan menyusuri jalan yang sepi dengan perasaan aneh di hati kami, aku mendongak pelan melihat Rumahku yang terlihat semakin dekat lalu menghembuskan nafas pelan"kita sudah sampai," sahutku sambil menghentikan langkahku.Ni El pun menghentikan langkahnya lalu mendongak mengikuti arah pandanganku cepat, ia mengeluarkan sebelah tangannya dari saku celana santai, menunjuk ke atas Rumah Susun di depan kami ringan "ini Rumahmu?" Tanyanya. Aku pun menggangguk kecil "hmm..."gumamku singkat, aku menoleh menatap Ni El lurus"di atas sini," tambahku membenarkan.Ni El pun memutar matanya menatap ke tempat yang lebih tinggi, lalu menunduk cepat menatapku lurus sambil mengangkat jarinya "di atas?" Tanyanya lagi. Aku hanya mengangguk dengan alis terangkat yakin, sementara Ni El kembali mendongak tinggi ke atas. Ni Ell memiringkan kepalanya ragu, lalu menurunkan pandangannya sambil mengangguk pelan"baiklah," putusnya begitu saja.Aku pun mengang
Eun Kyung terdiam menatap kedatangan Eugene tiba - tiba itu, matanya berputar mengikuti arah pandang Eugene yang tertuju padaku. Ia pun berpaling cepat meredam amarah di hatinya berusaha mengabaikan apa yang di lihatnya barusan.Aku menatap Eugene lurus yang menggerakkan kepalanya pelan, memberiku kode untuk keluar sembentar bersamanya. Aku pun meletakkan papan di tanganku cepat lalu bergerak mengikutinya keluar sesuai keinginanya.Aku menutup pintu Laboratorium cepat lalu membuka mulutku "ada apa?" Tanyaku ringan. Eugene pun menghembuskan nafas kecil sambil mengeluarkan obat dari kantong keresek yang di bawanya, ia membuka tutup botol obat itu cepat lalu menyodorkannya padaku. Matanya berputar menatapku lurus"minumlah!" Perintahnya pelan.Aku pun hanya menerima botol itu dengan alis berkerut bingung lalu menegak isinya sampai habis, aku menatap Eugene dengan alis berkerut merasakan kepahitan yang menusuk Lidahku. Aku mengusap pelan mulutku sambil mengel
Suasana Ruang Rapat terasa sangat aneh, keheningan menyelimuti kami sejak kedatangan Eun Kyung dengan wajah datar dan mata tajam. Aku melirik kecil menatap Eun Kyung yang menatap tajam ke arah Eugene seakan ingin membunuhnya, mataku pun berputar menatap Eugene yang tampak memainkan ponselnya mengabaikan tatapan Eun Kyung yang mengganggu. Nafas kecil pun terhembus pelan dari mulutku, aku mengigit kecil bibir bawahku ragu 'ada apa lagi kali ini?' Tanyaku penasaran dalam hati. Ni El yang duduk tak jauh dari Eugene pun tampak mengalihkan pandangannya menatap Eun Kyung, menyadari keadaan yang terasa memanas. Ia kembali menatap Eugene sekilas, sebelum menggeleng heran mengabaikan situasi. Ni El kembali fokus membaca laporan di tangannya berusaha mengesampingkan persoalan kecil di hadapannya dulu. 000 3 JAM YANG LALU. Eugene masuk ke Ruang VIP cepat, lalu duduk di hadapan Eun Kyung sambil menatap jam di lengannya pelan "aku tidak punya banyak waktu,
Aku menggerakkan tanganku sibuk membereskan berkas - berkas setelah rapat hari ini selesai, Eugene tiba - tiba mendatangiku lalu membuka mulutnya cepat "bisa kita bicara?" Tanyanya. Aku pun melirik kecil pekerjaanku sejenak lalu menatap Eugene lurus sambil mengangguk kecil "baiklah, ada apa?" Tanyaku langsung. Aku menyandarkan tubuhku santai ke kursi terus menatapnya lurus, sementara Eugene membuka kancing jasnya lalu duduk di ujung meja menghadap ke arahku. Eugene meggaruk kecil lehernya pelan, keraguan mulai terlihat di wajahnya dan ia membuka mulutnya setelah pertimbangan panjang "apa akhir pekan ini kau ada acara?" Tanyanya. Aku pun memutar mataku mengingat sejenak lalu menggeleng kecil "tidak, kenapa?" Tanyaku penasaran. Senyum kecil tersungging cepat di ujung bibir Eugene seiring harapannya yang membesar, ia langsung mengeluarkan selembar undangan dari saku jasnya cepat. Keningku bekerut kecil melihat undangan yang di sodorkan Eugene pad
Aku menjatuhkan diriku lemas di atas kasurku cepat melepas rasa lelah dan menenangkan pikiranku dalam keheningan. Aku memejamkan mataku sambil mengatur nafas pelan, menikmati deritkan jam yang terdengar pelan di telingaku. Dering ponselk tiba - tiba terdengar singkat, membuatku membuka mataku perlahan menatap langit - langit kamarku lurus, tanganku bergerak mengeluarkan ponsel dari saku jaketku cepat dan menatap pemberitahuan yang masuk di layar. Jempolku mengetuk pelan layar ponselku membuka pesan baru dari Eugene itu, nafas besar terhembus begitu saja dari mulutku dan aku menjatuhkan tanganku terlentang lemas mengabaikan pesan itu. Pertanyaan yang sama selalu saja ia tanyakan padaku sejak hari itu"bagaimana? Apa kau sudah memutuskan soal pesta itu?" Ulangnya terus - menerus.Dering singkat kembali terdengar dari ponselku, membuatku mengerutkan dahiku sambil membuka mulutku besar "aaarrrggghhhh... bisakah aku tidak mendengar pertanyaan ini sehari saja!" Rengekku kesa
Para penata rias mulai bergerak cepat mengelilingiku melakukan tugas mereka. Aku hanya berdiri kaku sambil melirik sekeliling canggung, berusaha membiasakan diriku dengan situasi yang tidak nyata ini. Bagiku ini hanya potongan adegan fiksi drama yang hanya aku lihat di TV, namun kini aku mengalaminya sendiri, pengalaman ini semakin tidak nyata bagiku. Perasaan aneh terus saja menggelitik hatiku, aku merasa seperti pemeran utama wanita dalam dongeng yang bertemu dengan pangeran tampan. Fantasi indah itu terus menarikku hanyut dalam kebahagiaan kecil ini.Ponselku berdering kecil, membuatku membuka tasku cepat melihat pesan yang masuk"bagaimana perasaanmu?" Tulis Eugene."Aneh..." jawabku singkat."Aku pikir kau akan menolakku," balasnya mengubah topik.Aku menyunggingkan senyum kecil lalu menggerakkan jariku cepat membalas pesan Eugene, aku menghembuskan nafas pelan sebelum memasukkan ponselku kembali ke dalam tas. Eugene tersenyum kecil membaca pe