Aku memalingkan wajahku cepat sambil berdeham canggung tidak tahu harus mengatakan apa, keheningan canggung pun menyelimuti kami dalam hitungan detik. Ni El menghembuskan nafas kecil lalu membuka cerita menyedihkan dengan mereka yang seharusnya ia sebut keluarga.
000
35 TAHUN LALU
Seorang wanita muda dengan rambut cokelat keemasan berjalan di panggung, dengan gaun putih panjang membalut tubuh rampingnya indah. Tangan mungilnya membawa karangan bunga indah dan tepuk tangan meriah dari pada undangan di sekelilingnya, mengawal langkahnya menuju pelaminan di ujung panggung. Sorot mata wanita itu tampak sayu dan senyum kebahagian tidak terlihat sama sekali di ujung bibir tipisnya, ia tampak sangat putus asa di hari bahagia itu.
Jajaran kamera menyorot ke arah pintu utama Aula Pernikahan, para wartawan sibuk meliput acara besar yang menggemparkan seluruh kota. Seluruh berita di penuhi kabar mengejutkan antara 2 Perusahaan yang bersaing keras, namun kini bersatu
Aku menyunggingkan senyum pahit sambil menunduk pelan, aku kembali teringat akan masa laluku yang sama pahitnya dengan Ni El. Aku menghembuskan nafas besar dari mulutku cepat lalu mengeluarkan suaraku"setiap orang memiliki kisahnya masing - masing, kisahku juga tidak seindah orang lain," timpalku pelan.Nafasku terhembus pelan melihat kejadian masa lalu yang ingin aku lupakan kini terus bermain di kepalaku. Sorot mata Ni El tampak meredup dan ia membuka mulutnya"apa aku boleh tahu apa yang terjadi?" Tanyanya hati - hati.Pertanyaan itu membuat kepalaku kembali memainkan adegan awal mula dari segalanya, dimana hari yang seharusnya membahagiakan menjadi hari yang paling menyedihkan dalam hidupku.0003 TAHUN LALU. JAKARTA, INDONESIA.Suasana sibuk menyelimuti Kantor Stasiun Televisi JS, dering telfon tidak berhenti terdengar dan para karyawan sibuk menggerakkan jari mereka cepat di atas papan ketik. Langkah seorang pria paruh ba
Kami berjalan menyusuri jalan yang sepi dengan perasaan aneh di hati kami, aku mendongak pelan melihat Rumahku yang terlihat semakin dekat lalu menghembuskan nafas pelan"kita sudah sampai," sahutku sambil menghentikan langkahku.Ni El pun menghentikan langkahnya lalu mendongak mengikuti arah pandanganku cepat, ia mengeluarkan sebelah tangannya dari saku celana santai, menunjuk ke atas Rumah Susun di depan kami ringan "ini Rumahmu?" Tanyanya. Aku pun menggangguk kecil "hmm..."gumamku singkat, aku menoleh menatap Ni El lurus"di atas sini," tambahku membenarkan.Ni El pun memutar matanya menatap ke tempat yang lebih tinggi, lalu menunduk cepat menatapku lurus sambil mengangkat jarinya "di atas?" Tanyanya lagi. Aku hanya mengangguk dengan alis terangkat yakin, sementara Ni El kembali mendongak tinggi ke atas. Ni Ell memiringkan kepalanya ragu, lalu menurunkan pandangannya sambil mengangguk pelan"baiklah," putusnya begitu saja.Aku pun mengang
Eun Kyung terdiam menatap kedatangan Eugene tiba - tiba itu, matanya berputar mengikuti arah pandang Eugene yang tertuju padaku. Ia pun berpaling cepat meredam amarah di hatinya berusaha mengabaikan apa yang di lihatnya barusan.Aku menatap Eugene lurus yang menggerakkan kepalanya pelan, memberiku kode untuk keluar sembentar bersamanya. Aku pun meletakkan papan di tanganku cepat lalu bergerak mengikutinya keluar sesuai keinginanya.Aku menutup pintu Laboratorium cepat lalu membuka mulutku "ada apa?" Tanyaku ringan. Eugene pun menghembuskan nafas kecil sambil mengeluarkan obat dari kantong keresek yang di bawanya, ia membuka tutup botol obat itu cepat lalu menyodorkannya padaku. Matanya berputar menatapku lurus"minumlah!" Perintahnya pelan.Aku pun hanya menerima botol itu dengan alis berkerut bingung lalu menegak isinya sampai habis, aku menatap Eugene dengan alis berkerut merasakan kepahitan yang menusuk Lidahku. Aku mengusap pelan mulutku sambil mengel
Suasana Ruang Rapat terasa sangat aneh, keheningan menyelimuti kami sejak kedatangan Eun Kyung dengan wajah datar dan mata tajam. Aku melirik kecil menatap Eun Kyung yang menatap tajam ke arah Eugene seakan ingin membunuhnya, mataku pun berputar menatap Eugene yang tampak memainkan ponselnya mengabaikan tatapan Eun Kyung yang mengganggu. Nafas kecil pun terhembus pelan dari mulutku, aku mengigit kecil bibir bawahku ragu 'ada apa lagi kali ini?' Tanyaku penasaran dalam hati. Ni El yang duduk tak jauh dari Eugene pun tampak mengalihkan pandangannya menatap Eun Kyung, menyadari keadaan yang terasa memanas. Ia kembali menatap Eugene sekilas, sebelum menggeleng heran mengabaikan situasi. Ni El kembali fokus membaca laporan di tangannya berusaha mengesampingkan persoalan kecil di hadapannya dulu. 000 3 JAM YANG LALU. Eugene masuk ke Ruang VIP cepat, lalu duduk di hadapan Eun Kyung sambil menatap jam di lengannya pelan "aku tidak punya banyak waktu,
Aku menggerakkan tanganku sibuk membereskan berkas - berkas setelah rapat hari ini selesai, Eugene tiba - tiba mendatangiku lalu membuka mulutnya cepat "bisa kita bicara?" Tanyanya. Aku pun melirik kecil pekerjaanku sejenak lalu menatap Eugene lurus sambil mengangguk kecil "baiklah, ada apa?" Tanyaku langsung. Aku menyandarkan tubuhku santai ke kursi terus menatapnya lurus, sementara Eugene membuka kancing jasnya lalu duduk di ujung meja menghadap ke arahku. Eugene meggaruk kecil lehernya pelan, keraguan mulai terlihat di wajahnya dan ia membuka mulutnya setelah pertimbangan panjang "apa akhir pekan ini kau ada acara?" Tanyanya. Aku pun memutar mataku mengingat sejenak lalu menggeleng kecil "tidak, kenapa?" Tanyaku penasaran. Senyum kecil tersungging cepat di ujung bibir Eugene seiring harapannya yang membesar, ia langsung mengeluarkan selembar undangan dari saku jasnya cepat. Keningku bekerut kecil melihat undangan yang di sodorkan Eugene pad
Aku menjatuhkan diriku lemas di atas kasurku cepat melepas rasa lelah dan menenangkan pikiranku dalam keheningan. Aku memejamkan mataku sambil mengatur nafas pelan, menikmati deritkan jam yang terdengar pelan di telingaku. Dering ponselk tiba - tiba terdengar singkat, membuatku membuka mataku perlahan menatap langit - langit kamarku lurus, tanganku bergerak mengeluarkan ponsel dari saku jaketku cepat dan menatap pemberitahuan yang masuk di layar. Jempolku mengetuk pelan layar ponselku membuka pesan baru dari Eugene itu, nafas besar terhembus begitu saja dari mulutku dan aku menjatuhkan tanganku terlentang lemas mengabaikan pesan itu. Pertanyaan yang sama selalu saja ia tanyakan padaku sejak hari itu"bagaimana? Apa kau sudah memutuskan soal pesta itu?" Ulangnya terus - menerus.Dering singkat kembali terdengar dari ponselku, membuatku mengerutkan dahiku sambil membuka mulutku besar "aaarrrggghhhh... bisakah aku tidak mendengar pertanyaan ini sehari saja!" Rengekku kesa
Para penata rias mulai bergerak cepat mengelilingiku melakukan tugas mereka. Aku hanya berdiri kaku sambil melirik sekeliling canggung, berusaha membiasakan diriku dengan situasi yang tidak nyata ini. Bagiku ini hanya potongan adegan fiksi drama yang hanya aku lihat di TV, namun kini aku mengalaminya sendiri, pengalaman ini semakin tidak nyata bagiku. Perasaan aneh terus saja menggelitik hatiku, aku merasa seperti pemeran utama wanita dalam dongeng yang bertemu dengan pangeran tampan. Fantasi indah itu terus menarikku hanyut dalam kebahagiaan kecil ini.Ponselku berdering kecil, membuatku membuka tasku cepat melihat pesan yang masuk"bagaimana perasaanmu?" Tulis Eugene."Aneh..." jawabku singkat."Aku pikir kau akan menolakku," balasnya mengubah topik.Aku menyunggingkan senyum kecil lalu menggerakkan jariku cepat membalas pesan Eugene, aku menghembuskan nafas pelan sebelum memasukkan ponselku kembali ke dalam tas. Eugene tersenyum kecil membaca pe
Eun Kyung tersenyum sambil melirik pantulan diriku yang menatap mobilnya menjauh dari kaca spion. Ia mengeluarkan ponsel daru tas tangannya cepat lalu mengetuk pelan layarnya, sebelum menempelkan ponselnya ke telinga. Jarinya bergerak kecil menunggu nada panggil yang berdering panjang dari seberang telfon. Matanya melebar kecil mendengar suara pria yang menyapanya dari seberang telfon"Nona Kim, lama tidak bicara," sapa pria itu sopan."ParkGija(Reporter), ada berita yang menarik untuk anda liput," sahutnya langsung.Senyum Eun Kyung melebar membayangkan kejadian menarik yang di rancangnya, ia menatap keluar jendela dengan wajah penuh kemenagan puas.000Mulut Ni El terbuka hampa melihat kedatanganku dan Eugene yang disambut meriah para wartawan yang telah menunggu di balik pintu. Ia pun menoleh cepat menatap Eun Kyung tajam dengan tangan mengepal menahan amarahnya yang mendidih. Senyum Eun Kyung melebar puas melihat rencananya
Langkahku terhenti menatap mobil yang tampak aku kenali berhenti di depan tangga menuju Rumahku, si pemilik mobil yang menyadari kedatanganku turun dari mobilnya, dia menatapku lurus. Aku menghela nafas dalam sebelum kembali melanjutkan langkahku pelan, berhenti tak jauh dari pria yang sudah menungguku entah sejak kapan. "Dimana kau tidur semalam?" "Rumah Mi Do, sejak kapanSunbae(Senior) menungguku?" Timpalku balik bertanya. Eugene melepaskan nafas panjang sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, ia mengangguk pelan "lupakan, apa kau baik - baik saja?" Tepisnya mengalihkan topik. Aku mengarahkan pandanganku menatap Eugene lurus - lurus, aku pun langsung menyadari bahwa ia menyembunyikan sesuatu dariku saat ini. Aku menganggukkan kepalaku pelan "hmm, aku baik - baik saja,Sunbae(Senior) sendiri?" Tanyaku canggung. Eugene ikut mengangguk kecil "aku baik," timpalnya cepat. Nafa
Aku berguling gelisah memikirkan masalah yang menimpaku ini, aku tidak mungkin hidupa dalam persembunyian terus seperti ini. Aku juga merasa bahwa ini masalahku, jadi aku harus menyelesaikannya sendiri.Aku bangun dari tidurku cepat, meraih ponselku di samping tempat tidur. Jariku bergerak sibuk mencari tahu berita terbaru tentang kasusuku ini, membuat keningku mulai berkerut. Aku membenarkan posisi duduku, menggerakkan jariku semakin cepat, mencari lebih teliti."Apa yang terjadi?" Tanyaku sendiri.Aku menurunkan ponselku dengan nafas besar terhembus begitu saja dari mulutku, kepalaku mulai berpikir keras tentang kejadian aneh ini. Aku pun kembali mengangkat ponselku, memastikan apa yang aku lihat ini benar. Aku tidak percaya akan apa yang aku lihat."Kenapa semuanya menghilang begitu saja?" Tanyaku bingung.Aku membuka selimutku turun dari tempat tidur cepat, menghampiri Ha Na yang tidur di sofa depan. Aku menggoyang tubuh Ha Na cepat membangunka
Aku terdiam menatap ponselku lurus, rasa cemas dalam hatiku semakin menghantuiku seiring usahaku untuk menahannya. Ponselku yang tiba - tiba bergetar, membuat mataku melebar dan harapanku bangkit. Aku langsung menatap ponselku lurus - lurus, namun harpan itu terasa hancur dalam hitungan detik.[Apa kau baik - baik saja?]Pesan itu terlihat hangat, hanya saja pesan itu datang bukan dari orang yang aku harapkan saat ini. Aku terdiam menatap nama Eugene sebagai pengirim pesan itu, aku pun menghembuskan nafas pelan "apa yang kau harapkan Sophie," keluhku tersadar.Aku menggerakkan jariku cepat, membalas pesan itu lalu mengirimkannya dengan rasa kecewa di hatiku. Aku menyisir rambutku ke belakang, menunduk dalam berusaha menenangkan diriku sendiri. Mi Do dan Ha Na yang melihat kegelisahanku pun menghembuskan nafas besra kompak, Ha Na menutup ponselnya cepat sambil membuka mulutnya"sebaiknya kau tidak berusaha untuk mencari tahu keadaan di luar sana lebih dulu
Eugene duduk menatap Eun Kyung yang tersenyum penuh kemenangan tajam. Wanita di hadapanya terdiam menatapnya lurus dengan tangan terlipat di depan dada anguh, sambil menyandarkan tubuhnya nyaman di kursi."Aku tahu cepat atau lambat kau akan mencariku," buka Eun Kyung percaya diri.Eugene memalingkan wajahnya dengan air muka kesal, sambil menghembuskan nafas besar dari mulutnya keras. Ia menelan berat air liurnya sebelum akhirnya membuka mulutnya"kau yang melakukan semua ini bukan?" Tanyanya menuduh.Eun Kyung melepaskan tawa keras mendengar nada kesal Eugene yang semakin memuaskan hatinya, wanita itu melepaskan nafas lega berusaha mengendalikan tawanya "aku tidak menyangka membuatmu marah akan semudah ini, sangat menarik..." timpalnya.Eugene mengepalkan tangannya perlahan mendengar perkataan Eun Kyung itu, ia menunduk sambil menjilat kecil bibirnya berusaha menahan emosinya yang semakin mendidih. Matanya berputar tajam menatap Eun Kyung lurus, m
Kerutan terlihat samar di keningku saat aku mengetahui ponselku yang mati sejak tadi, aku meghembuskan nafas teringat bahwa aku belum sempat menyalakan ponselku sejak dari Bandara tadi.Mataku melebar kecil merasakan getaran berturut - turut dari ponselku, pemberitahuan pesan masuk bergantian, nomor - nomor yang tidak di kenal pun terlihat menghubungiku. Keningku langsung berkerut dalam seiring rasa curiga yang memenuhi hatiku. Aku langsung menggerakkan jariku cepat mengetuk layar ponselku, membuka ruang obrolanku dengan teman - temanku yang meninggalkan banyak pemberitahuan.[Hey, Sophie dimana kau? Kau sudah melihat berita ini?][Sophie, apa kau baik - baik saja?][Hey, kau membuat kami takut... hubungi kami secepatnya!]Aku pun mengetuk tautan yang Mi Do kirimkan, membaca semua isi berita yang terpajang di layar ponselku cepat, mataku mulai melebar dan aku membekap mulutku yang terbuka hampa kaget melihat berita itu. Aku tidak percaya apa
Mobil Ni El yang melanju cepat menuyusi jalan raya membuatku cemas akan keselamatan kami, aku menoleh kesal sambil terus menggenggam erat sabuk pengamanku."Hey, pelan - pelan saja! Kita bisa celaka kalau begini terus!" Protesku kesal.Ni El menginjak gasnya semakin dalam, mengabaikan perkataanku hanyut dalam emosinya sendiri. Aku yang semakin kesal dengan sikap itu pun kembali membuka mulutku "HEY!" Teriakku. Ni El langsung memutar roda kemudinya, menepikan mobil yang kami tumpangi, memindahkan kakinya cepat, menginjak dalam rem mobilnya.Tubuhku yang terbanting keras ke sandaran kursi membuat amarahku semakin tersulut, aku menyampirkan poniku yang berantakan, menatap Ni El sinis "HEY! APA KAU SUDAH GILA?" Amukku kesal."KAU SENDIRI APA MASIH WARAS?" Bentaknya menatapku dengan maa melotot kesal.Ni El memalingkan wajahnya sambil melepaskan nafas besar, berusaha mengendalikan emosinya. Ia kembali menoleh menatapku lurus, membuatku mencengkram sabuk
Ni El mengusap darah segar yang mengalir dari luka di ujung bibirnya, ia melepaskan nafas besar lalu menoleh menatap Eugene lurus "maafkan aku," sahutnya canggung.Eugene hanya diam tertunduk dalam dengan tatapan kosong, mengabaikan permintaan maaf Ni El itu. Ia melepaskan nafas besar, membalikkan badannya hendak meninggalkan ruangan Ni El, namun Ni El menahan langkahnya."Sophie belum mengetahui apapun yang terjadi!"Tangan Eugene mengepal kuat mendengar kata - kata itu, ia menoleh kecil menatap Ni El sinis "lalu? Apa maumu sekarang?" Tanyanya menantang.Ni El kembali menghembuskan nafas besar dari mulutnya, ia menundukkan kepalanya sambil menggeleng kecil "aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang, tapi aku ingin meminta bantuanmu..." jawabnya meninggalkan harga dirinya.Amarah Eugene yang semakin tersulut, membuatnya melepaskan nafas kecil sambil menggeleng heran "apa aku terlihat seperti akan memberimu bantuan?" Tanyanya menghina. Euge
Dae Gil menghembuskan nafas panjang dari mulutnya, kembali mengarahkan pandangannya lurus padaku. Ia memaksakan senyum kecil sebelum kembali membuka mulutnya "aku menyesalinya..." sahutnya. Dae Gil meremas erat kedua tangannya sambil menunduk dalam, nafas berat kembali terdengar dari mulut Dae Gil. Ia menggelengkan kepalanya pelan "aku tidak seharusnya membohongi Ni El saat kami bercerai," lanjutnya penuh penyesalan.Mataku melebar kecil mendengar kejujuran itu, mulutku terbuka kecil hampa, aku terdiam tidak tahu harus mengatakan apa menanggapi perkataan itu.Dae Gil pun kembali mengeluarkan suaranya "aku tidak ingin ia terluka jika semua orang tahu bahwa kami bercerai karena ia memilih pria itu," bukanya. Dae Gil melepaskan nafas pelan "jadi aku berbohong pada wartawan, aku mengatakan kami bercerai karena perebutan ahli waris," lanjutnya terdengar berat."Tapi anda tidak menyangka bahwa itu akan sangat menyakiti HongDaepyo (CEO)?" Timpalku begitu
Waktu berlalu dengan senyuman, membuat Dae Gil semakin yakin bahwa semuanya kini baik - baik saja.Segalanya terasa seperti sebagaimana harusnya, seperti apa yang Dae Gil harapkan. Kebahagiaan Dae Gil semakin memuncak setelah mendengar kabar kehamilan Seo Hwa, sukacita yang tidak terbilang dengan kata - kata semkin memenuhi hati Dae Gil.Kelahiran Ni El, menjadi awal perjalanan baru mereka menuju kebahagiaan yang lebih dari sebelumnya.000Dae Gil terdiam menatap kosong keluar jendela teringat akan kebahagiaan mereka saat menggendong Ni El di hari kelahirannya. Senyumnya mengembang kecil meskipun sorot matanya sangat sayu.Aku hanya terdiam hanyut dalam keheningan, hatiku tiba - tiba ikut merasakan kesedihan yang Dae Gil simpan di dalam hatinya saat ini."Saat Ni El lahir dulu, aku sangat bahagia..." bukanya. Dae Gil memalingkan wajahnya menatapku lurus "hari itu aku berjanji akan membuatnya bahagia, aku berjanji akan memberikannya keluarga