Ni El duduk menegak air di gelasnya pelan menunggu kedatangan seseorang, matanya langsung melebar menangkap kedatangan pria paruh baya yang di tunggunya. Ia langsung berdiri cepat merapikan jasnya, lalu menunduk kecil menyapa pria yang datang bersama Mi Do sopan. Ni El mengulurkan tangannya cepat
"selamat siang, Park Si Moon Hwejangnim (Pemimpin Perusahaan)," sapanya.
Si Moon melepaskan tawa kecil lalu menjabat kuat tangan Ni El, keduanya duduk berhadapan dengan senyum kecil. Ni El pun membuka mulutnya berbasa - basi
"bagaimana kabar anda?" Tanyanya.
Si Moon pun mengangguk kecil "baik, aku semakin tua dan tidak sanggup mengurus perusahaan jadi sekertarisku sering menggantikan tugasku," timpalnya.
Si Moon menoleh kecil menatap Mi Do lurus "Mi Do, apa kau tidak mengenalnya? Dia pengusaha parfum sukses dan terkenal," Tanyanya memberi teka teki. Mi Do pun melirik kecil ke arah Ni El yang tampak tertawa pelan mendengar pujian Si Moon. Pera
Aku duduk di depan meja rias, menatap pantulan wajahku di cermin sambil menggosok produk perawatan kulitku pelan. Ketukan cepat pintu Rumahku tiba - tiba terdengar, membuatku menoleh kaget dan langsung bangkit menuju asal ketukan itu. Aku membuka pintu Rumahku cepat, menatap Mi Do dengan alis terangkat sebelah"apa lagi kali ini?" Tanyaku tanpa berbasa - basi.Mi Do langsung mendorongku masuk cepat, lalu duduk disofaRuang Tengah, menatapku lurus "dengarkan aku!" Bukanya tegas. Aku pun mengangguk cepat, menutup mulutku menunggu Mi Do mengatakan sesuatu"mulai sekarang, berhati - hatilah! Selamatkan dirimu!" Lanjutnya memperingatkan.Keningku berkerut dalam mendengar peringatan itu "apa maksudmu?" Tanyaku. Aku meraba dahinya dan meenepuk kecil kedua pipinya lalu menggoyang acak kepalanya cepat "hey, apa kau sakit?" Gurauku remeh.Mi Do langsung menggeleng cepat "HEY!" Teriaknya kesal, aku pun langsung menarik tanganku kaget sambi
Aku menjatuhkan ponselku dengan mata melebar kaget melihat pesan dari nomor yang tidak di kenal. Aku mengacak - acak rambutku kesal tidak tahu harus berbuat apa kali ini, rasa penyesalan pun semakin mencekik dadaku"ahhh... Sophie bodoh!!!" keluhku geram. Aku menurunkan tanganku cepat, lalu meniup kecil rambutku yang menghalangi mataku. Aku menunduk dalam "kenapa aku menawarkan diri untuk jadi teman minumnya??? Aku memang gila..." hinaku putus asa.Aku kembali menatap pesan Ni El yang terpajang di layar ponselku "ini Ni El, simpanlah nomorku! Aku butuh kau nanti malam, datanglah ke Kedai kemarin sebagai teman minumku!" Tulisnya santai.Kenyataan menamparku, bahwa aku yang membawa bencana pada diriku sendiri, bukan kenyataan yang sering kali aku salahkan atas kesialanku selama ini.000Aku datang dengan langkah berat masuk ke dalam Kedai, Ni El mengangkat tangannya melambai cepat saat melihatku di samping pintu. Aku pun menghembuskan nafas mempersia
Ha Na dan Mi Do terdiam mendengar ceritaku setelah aku mengakui identitasku pada Ni El. Mi Do yang terlihat merasa bersalah pun mendekatiku cepat "apa kau baik - baik saja?" Tanyanya canggung. Aku mengangguk kecil memikirkan apa yang terlah terjadi, aku sudah mengakuinya dan pengakuan itu tidak dapat aku tarik kembali. Aku pun menarik nafas dalam berusaha menerima keadaan"tidak apa, cepat atau lambat dia akan mengetahuinya jika aku masih berhubungan dekat dengannya," tepisku tenang.Kening Mi Do semakin berkerut dalam "tapi tetap saja-," timpalnya terhenti, "tidak apa, jangan merasa bersalah," tepisku cepat.Ha Na pun menghembuskan nafas kecil lalu menatapku lurus "jadi apa yang akan kau lakukan sekarang? Apa kau yakin dia tidak akan memecatmu?" Tanyanya memastikan.Aku menggeleng kecil "aku tidak tahu," jawabku putus asa.Aku terdiam memikirkan nasibku, hatiku terasa berat dan bimbang. Di Satu sisi aku percaya Ni El bukan orang jahat yang akan me
Aku terdiam dengan perasaan canggung di hadapan Ni El yang sibuk membaca laporan dariku, mataku sesekali melirik kecil mencuri pandang ke arah Ni El. Aku kembali menurunkn pandanganku melihat pria dingin di hadapanku yang bersikap seolah tidak terjadi apa - apa, aku menicibir asam sambil menghinanya dalam hati. Ni El yang tiba - tiba mengangkat pandnagannya ke arahku, membuatku mengatur ekspresiku cepat sambil menunduk kecil sopan. Ia terdengar menghembuskan nafas kecil dari mulutnya cepat "sebaiknya kita menjaga garis batasan," ajaknya tiba - tiba. Aku langsung mengangkat wajahku dengan mata melebar kaget, Ni El tampak menunduk kecil dengan kari bergerak gelisah memainkan bolpennya. Aku terdiam menunggunya mengatakan sesuatu, Ni El pun berdeham kecil sejenak sebelum membuka mulutnya "aku merasa tidak nyaman, tapi aku tidak akan memecat pegawai hanya karena alasan sepele seperti itu," lanjutnya. Ni El pun mendongak kecil menatapku lurus, ia menggangguk kuat "jadi sebaiknya kita jag
Eun Kyung menatap diam punggung Eugene yang menatapku lurus di balik jendela mobilnya, ia memalingkan wajahnya perlahan lalu membuka mulutnya pelan"jalan!" Pereintahnya dingin.Supirnya pun mmeutar kemudinya cepat, membawa mobil Eun Kyung pergi dalam hitungan detik. Tangan kurus Eun Kyung mengepal kuat perlahan, amarah yang mendidih memenuhi hatinya dalam hitungan detik. Nafas besar terhembus dari mulutnya, ia pun memalinngkan wajahnya menatap kosong keluar jendela. Kepalanya terus memainkan adegan - adegan tidak menyenangkan yang dilihatnya selama ini, segala yang di ingatnya itu membuat amarhnya semakin memanas.000Ni El terbaring menatap langit - langit kamarnya yang gelap, segala ingatannya tentangku kembali terputar di kepalanya. Aroma tubuhku yang selama ini menghantuinya, kini semakin menghantuinya tanpa henti. Ia pun membalikkan tubuhnya ke samping gelisah lalu mengulurkan tangannya membuka laci kecil di sebelah tempat tidurnya cepat, tangannya
Aku menunduk canggung, duduk diam di tengah - tengah aggota timku yang juga menundukkan kepala mereka sepertiku. Ni El, Eugene, dan Eun Kyung duduk di hadapan kami diam membuat suasana meja kami semakin canggung. Aku melirik kecil menatap Ketiganya bergantian cepat, Ni El tampak menatap sekeliling Restoran berusaha menyembunyikan rasa canggungnya, Eun Kyung tampak antusias membaca papan menu memesan makanan untuk kami semua, sedangkan Eugene tampak melipat tangannya di depan dada dengan emosi mendidih yang di tahannya sejak tadi. Aku pun kembali menurunkan pandanganku cepat sambil menghembuskan nafas berat dari mulutku cepat, aku menoleh ke kiri dan kananku menatap anggota timku yang merasakan kecanggungan besar seperti yang aku rasakan.Eun Kyung tiba - tiba mengangkat pandangannya cepat lalu membuka mulutnya ceria "Sophie, apa ada yang ingin kau makan?" Tawarnya ramah.Sikap ramah itu membuat Ni El dan Eugene menoleh kaget kompak menatap Eun Kyung lurus, aku pun meng
Aku dan seluruh anggota timku membungkuk dalam berterima kasih atas makan siang yang telah kami santap barusan. Kami langsung berbalik hendak kembali ke Laboratorium, namun Eugene menahanku cepat "Sophie..." panggilnya. Aku menoleh cepat mendengar suara Eugene, aku pun menatapnya lurus dengan alis terangkat kecil dan senyum di ujung bibirku "bisa kita bicara sembentar?" Tanyanya canggung. Aku pun mengangguk cepat menyetujui ajakan itu, membuat senyum Eugene mengembang dan nafas kecil terhembus dari bibirnya puas. 000 Kami berdiri berdampingan di Balkon menatap pemandangan kota. Rambutku beterbangan kecil terbawa angin sejuk Musim Semi yang bertiup pelan, Eugene menunduk sambil menghembuskan nafas kecil "maaf..." ucapnya tiba - tiba. Aku menghela nafas dalam sejenak lalu menoleh kecil menatap Eugene "untuk apa?" Tanyaku. Eugene menoleh kecil menatapku canggung dengan kepala tertunduk, ia mengeluarkan tangannya me
Setelah pembicaraan hangat dengan Ni El hari itu, segalanya terasa lebih baik. Aku tidak perlu lagi menghindar dan rasa canggung saat bertemu dengan Ni El pun menghilang dalam satu kedipan mata. Nafas lega terhembus dari mulutku, mataku menatap pantulan diriku di cermin lurus membuat senyum lebarku mengembang cerah. Aku berbalik cepat meninggalkan Rumahku melangkah ringan menuju Kantor seperti biasanya.Langkahku terhenti menatap Ni El dan Eugene yang keluar dariliftbersama, langkah mereka terlihat cepat di ikuti para pemegang saham yang tampak berbincang satu sama lain seirus. Aku pun membungkukkan badanku sopan sampai melewatiku jauh, keningku berkerut kecil tanpa sengaja mendengar apa yang mereka bicarakan sambil lalu. Aku pun menegakkan tubuhku cepat lalu mengeluarkan ponselku membuka portal berita online, jariku terus bergerak cepat mengetuk layar menuliskan kata kunci berita. Setelah menunggu sejenak, mataku langsung melebar kaget melihat hasil penc
Langkahku terhenti menatap mobil yang tampak aku kenali berhenti di depan tangga menuju Rumahku, si pemilik mobil yang menyadari kedatanganku turun dari mobilnya, dia menatapku lurus. Aku menghela nafas dalam sebelum kembali melanjutkan langkahku pelan, berhenti tak jauh dari pria yang sudah menungguku entah sejak kapan. "Dimana kau tidur semalam?" "Rumah Mi Do, sejak kapanSunbae(Senior) menungguku?" Timpalku balik bertanya. Eugene melepaskan nafas panjang sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, ia mengangguk pelan "lupakan, apa kau baik - baik saja?" Tepisnya mengalihkan topik. Aku mengarahkan pandanganku menatap Eugene lurus - lurus, aku pun langsung menyadari bahwa ia menyembunyikan sesuatu dariku saat ini. Aku menganggukkan kepalaku pelan "hmm, aku baik - baik saja,Sunbae(Senior) sendiri?" Tanyaku canggung. Eugene ikut mengangguk kecil "aku baik," timpalnya cepat. Nafa
Aku berguling gelisah memikirkan masalah yang menimpaku ini, aku tidak mungkin hidupa dalam persembunyian terus seperti ini. Aku juga merasa bahwa ini masalahku, jadi aku harus menyelesaikannya sendiri.Aku bangun dari tidurku cepat, meraih ponselku di samping tempat tidur. Jariku bergerak sibuk mencari tahu berita terbaru tentang kasusuku ini, membuat keningku mulai berkerut. Aku membenarkan posisi duduku, menggerakkan jariku semakin cepat, mencari lebih teliti."Apa yang terjadi?" Tanyaku sendiri.Aku menurunkan ponselku dengan nafas besar terhembus begitu saja dari mulutku, kepalaku mulai berpikir keras tentang kejadian aneh ini. Aku pun kembali mengangkat ponselku, memastikan apa yang aku lihat ini benar. Aku tidak percaya akan apa yang aku lihat."Kenapa semuanya menghilang begitu saja?" Tanyaku bingung.Aku membuka selimutku turun dari tempat tidur cepat, menghampiri Ha Na yang tidur di sofa depan. Aku menggoyang tubuh Ha Na cepat membangunka
Aku terdiam menatap ponselku lurus, rasa cemas dalam hatiku semakin menghantuiku seiring usahaku untuk menahannya. Ponselku yang tiba - tiba bergetar, membuat mataku melebar dan harapanku bangkit. Aku langsung menatap ponselku lurus - lurus, namun harpan itu terasa hancur dalam hitungan detik.[Apa kau baik - baik saja?]Pesan itu terlihat hangat, hanya saja pesan itu datang bukan dari orang yang aku harapkan saat ini. Aku terdiam menatap nama Eugene sebagai pengirim pesan itu, aku pun menghembuskan nafas pelan "apa yang kau harapkan Sophie," keluhku tersadar.Aku menggerakkan jariku cepat, membalas pesan itu lalu mengirimkannya dengan rasa kecewa di hatiku. Aku menyisir rambutku ke belakang, menunduk dalam berusaha menenangkan diriku sendiri. Mi Do dan Ha Na yang melihat kegelisahanku pun menghembuskan nafas besra kompak, Ha Na menutup ponselnya cepat sambil membuka mulutnya"sebaiknya kau tidak berusaha untuk mencari tahu keadaan di luar sana lebih dulu
Eugene duduk menatap Eun Kyung yang tersenyum penuh kemenangan tajam. Wanita di hadapanya terdiam menatapnya lurus dengan tangan terlipat di depan dada anguh, sambil menyandarkan tubuhnya nyaman di kursi."Aku tahu cepat atau lambat kau akan mencariku," buka Eun Kyung percaya diri.Eugene memalingkan wajahnya dengan air muka kesal, sambil menghembuskan nafas besar dari mulutnya keras. Ia menelan berat air liurnya sebelum akhirnya membuka mulutnya"kau yang melakukan semua ini bukan?" Tanyanya menuduh.Eun Kyung melepaskan tawa keras mendengar nada kesal Eugene yang semakin memuaskan hatinya, wanita itu melepaskan nafas lega berusaha mengendalikan tawanya "aku tidak menyangka membuatmu marah akan semudah ini, sangat menarik..." timpalnya.Eugene mengepalkan tangannya perlahan mendengar perkataan Eun Kyung itu, ia menunduk sambil menjilat kecil bibirnya berusaha menahan emosinya yang semakin mendidih. Matanya berputar tajam menatap Eun Kyung lurus, m
Kerutan terlihat samar di keningku saat aku mengetahui ponselku yang mati sejak tadi, aku meghembuskan nafas teringat bahwa aku belum sempat menyalakan ponselku sejak dari Bandara tadi.Mataku melebar kecil merasakan getaran berturut - turut dari ponselku, pemberitahuan pesan masuk bergantian, nomor - nomor yang tidak di kenal pun terlihat menghubungiku. Keningku langsung berkerut dalam seiring rasa curiga yang memenuhi hatiku. Aku langsung menggerakkan jariku cepat mengetuk layar ponselku, membuka ruang obrolanku dengan teman - temanku yang meninggalkan banyak pemberitahuan.[Hey, Sophie dimana kau? Kau sudah melihat berita ini?][Sophie, apa kau baik - baik saja?][Hey, kau membuat kami takut... hubungi kami secepatnya!]Aku pun mengetuk tautan yang Mi Do kirimkan, membaca semua isi berita yang terpajang di layar ponselku cepat, mataku mulai melebar dan aku membekap mulutku yang terbuka hampa kaget melihat berita itu. Aku tidak percaya apa
Mobil Ni El yang melanju cepat menuyusi jalan raya membuatku cemas akan keselamatan kami, aku menoleh kesal sambil terus menggenggam erat sabuk pengamanku."Hey, pelan - pelan saja! Kita bisa celaka kalau begini terus!" Protesku kesal.Ni El menginjak gasnya semakin dalam, mengabaikan perkataanku hanyut dalam emosinya sendiri. Aku yang semakin kesal dengan sikap itu pun kembali membuka mulutku "HEY!" Teriakku. Ni El langsung memutar roda kemudinya, menepikan mobil yang kami tumpangi, memindahkan kakinya cepat, menginjak dalam rem mobilnya.Tubuhku yang terbanting keras ke sandaran kursi membuat amarahku semakin tersulut, aku menyampirkan poniku yang berantakan, menatap Ni El sinis "HEY! APA KAU SUDAH GILA?" Amukku kesal."KAU SENDIRI APA MASIH WARAS?" Bentaknya menatapku dengan maa melotot kesal.Ni El memalingkan wajahnya sambil melepaskan nafas besar, berusaha mengendalikan emosinya. Ia kembali menoleh menatapku lurus, membuatku mencengkram sabuk
Ni El mengusap darah segar yang mengalir dari luka di ujung bibirnya, ia melepaskan nafas besar lalu menoleh menatap Eugene lurus "maafkan aku," sahutnya canggung.Eugene hanya diam tertunduk dalam dengan tatapan kosong, mengabaikan permintaan maaf Ni El itu. Ia melepaskan nafas besar, membalikkan badannya hendak meninggalkan ruangan Ni El, namun Ni El menahan langkahnya."Sophie belum mengetahui apapun yang terjadi!"Tangan Eugene mengepal kuat mendengar kata - kata itu, ia menoleh kecil menatap Ni El sinis "lalu? Apa maumu sekarang?" Tanyanya menantang.Ni El kembali menghembuskan nafas besar dari mulutnya, ia menundukkan kepalanya sambil menggeleng kecil "aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang, tapi aku ingin meminta bantuanmu..." jawabnya meninggalkan harga dirinya.Amarah Eugene yang semakin tersulut, membuatnya melepaskan nafas kecil sambil menggeleng heran "apa aku terlihat seperti akan memberimu bantuan?" Tanyanya menghina. Euge
Dae Gil menghembuskan nafas panjang dari mulutnya, kembali mengarahkan pandangannya lurus padaku. Ia memaksakan senyum kecil sebelum kembali membuka mulutnya "aku menyesalinya..." sahutnya. Dae Gil meremas erat kedua tangannya sambil menunduk dalam, nafas berat kembali terdengar dari mulut Dae Gil. Ia menggelengkan kepalanya pelan "aku tidak seharusnya membohongi Ni El saat kami bercerai," lanjutnya penuh penyesalan.Mataku melebar kecil mendengar kejujuran itu, mulutku terbuka kecil hampa, aku terdiam tidak tahu harus mengatakan apa menanggapi perkataan itu.Dae Gil pun kembali mengeluarkan suaranya "aku tidak ingin ia terluka jika semua orang tahu bahwa kami bercerai karena ia memilih pria itu," bukanya. Dae Gil melepaskan nafas pelan "jadi aku berbohong pada wartawan, aku mengatakan kami bercerai karena perebutan ahli waris," lanjutnya terdengar berat."Tapi anda tidak menyangka bahwa itu akan sangat menyakiti HongDaepyo (CEO)?" Timpalku begitu
Waktu berlalu dengan senyuman, membuat Dae Gil semakin yakin bahwa semuanya kini baik - baik saja.Segalanya terasa seperti sebagaimana harusnya, seperti apa yang Dae Gil harapkan. Kebahagiaan Dae Gil semakin memuncak setelah mendengar kabar kehamilan Seo Hwa, sukacita yang tidak terbilang dengan kata - kata semkin memenuhi hati Dae Gil.Kelahiran Ni El, menjadi awal perjalanan baru mereka menuju kebahagiaan yang lebih dari sebelumnya.000Dae Gil terdiam menatap kosong keluar jendela teringat akan kebahagiaan mereka saat menggendong Ni El di hari kelahirannya. Senyumnya mengembang kecil meskipun sorot matanya sangat sayu.Aku hanya terdiam hanyut dalam keheningan, hatiku tiba - tiba ikut merasakan kesedihan yang Dae Gil simpan di dalam hatinya saat ini."Saat Ni El lahir dulu, aku sangat bahagia..." bukanya. Dae Gil memalingkan wajahnya menatapku lurus "hari itu aku berjanji akan membuatnya bahagia, aku berjanji akan memberikannya keluarga