Langkah Eugene terhenti saat ia membuka pintu Ruang Kerjanya, matanya Eun Kyung yang sedang duduk di kursi hitam di balik meja kerjanya nyaman. Eun Kyung tampak bergerak sibuk di meja Eugene mengabaikan kedatangan pemilik meja itu, Eugene pun langsung melangkah cepat menarik kursi hitam di hadapannya. Matanya langsung tertuju pada tumpukan potongan foto yang berserakan di atas mejanya, emosi yang di tahan Eugene pun langsung meledak
"APA YANG KAU LAKUKAN?" Bentaknya kesal.
Eun Kyung pun menyunggingkan senyum puas di ujung bibirnya lalu berdiri dari kursi hitam itu cepat, ia mengarahkan bibirnya mendekat telinga Eugene "membuatmu merasakan apa yang aku rasakan," bisiknya tenang. Eun Kyung menarik wajahnya cepat lalu melangkahkan kakinya melewati Eugene begitu saja.
Suara langkah Eun Kyung terdengar berapi - api, semakin jauh ia meninggalkan Ruang Kerja Eugene perasaan yang sejak tadi di tahannya semakin meremas hatinya. Kepalanya kembali memainkan adegan romantis
Ni El duduk menegak air di gelasnya pelan menunggu kedatangan seseorang, matanya langsung melebar menangkap kedatangan pria paruh baya yang di tunggunya. Ia langsung berdiri cepat merapikan jasnya, lalu menunduk kecil menyapa pria yang datang bersama Mi Do sopan. Ni El mengulurkan tangannya cepat"selamat siang, Park Si MoonHwejangnim (Pemimpin Perusahaan)," sapanya.Si Moon melepaskan tawa kecil lalu menjabat kuat tangan Ni El, keduanya duduk berhadapan dengan senyum kecil. Ni El pun membuka mulutnya berbasa - basi"bagaimana kabar anda?" Tanyanya.Si Moon pun mengangguk kecil "baik, aku semakin tua dan tidak sanggup mengurus perusahaan jadi sekertarisku sering menggantikan tugasku," timpalnya.Si Moon menoleh kecil menatap Mi Do lurus "Mi Do, apa kau tidak mengenalnya? Dia pengusaha parfum sukses dan terkenal," Tanyanya memberi teka teki. Mi Do pun melirik kecil ke arah Ni El yang tampak tertawa pelan mendengar pujian Si Moon. Pera
Aku duduk di depan meja rias, menatap pantulan wajahku di cermin sambil menggosok produk perawatan kulitku pelan. Ketukan cepat pintu Rumahku tiba - tiba terdengar, membuatku menoleh kaget dan langsung bangkit menuju asal ketukan itu. Aku membuka pintu Rumahku cepat, menatap Mi Do dengan alis terangkat sebelah"apa lagi kali ini?" Tanyaku tanpa berbasa - basi.Mi Do langsung mendorongku masuk cepat, lalu duduk disofaRuang Tengah, menatapku lurus "dengarkan aku!" Bukanya tegas. Aku pun mengangguk cepat, menutup mulutku menunggu Mi Do mengatakan sesuatu"mulai sekarang, berhati - hatilah! Selamatkan dirimu!" Lanjutnya memperingatkan.Keningku berkerut dalam mendengar peringatan itu "apa maksudmu?" Tanyaku. Aku meraba dahinya dan meenepuk kecil kedua pipinya lalu menggoyang acak kepalanya cepat "hey, apa kau sakit?" Gurauku remeh.Mi Do langsung menggeleng cepat "HEY!" Teriaknya kesal, aku pun langsung menarik tanganku kaget sambi
Aku menjatuhkan ponselku dengan mata melebar kaget melihat pesan dari nomor yang tidak di kenal. Aku mengacak - acak rambutku kesal tidak tahu harus berbuat apa kali ini, rasa penyesalan pun semakin mencekik dadaku"ahhh... Sophie bodoh!!!" keluhku geram. Aku menurunkan tanganku cepat, lalu meniup kecil rambutku yang menghalangi mataku. Aku menunduk dalam "kenapa aku menawarkan diri untuk jadi teman minumnya??? Aku memang gila..." hinaku putus asa.Aku kembali menatap pesan Ni El yang terpajang di layar ponselku "ini Ni El, simpanlah nomorku! Aku butuh kau nanti malam, datanglah ke Kedai kemarin sebagai teman minumku!" Tulisnya santai.Kenyataan menamparku, bahwa aku yang membawa bencana pada diriku sendiri, bukan kenyataan yang sering kali aku salahkan atas kesialanku selama ini.000Aku datang dengan langkah berat masuk ke dalam Kedai, Ni El mengangkat tangannya melambai cepat saat melihatku di samping pintu. Aku pun menghembuskan nafas mempersia
Ha Na dan Mi Do terdiam mendengar ceritaku setelah aku mengakui identitasku pada Ni El. Mi Do yang terlihat merasa bersalah pun mendekatiku cepat "apa kau baik - baik saja?" Tanyanya canggung. Aku mengangguk kecil memikirkan apa yang terlah terjadi, aku sudah mengakuinya dan pengakuan itu tidak dapat aku tarik kembali. Aku pun menarik nafas dalam berusaha menerima keadaan"tidak apa, cepat atau lambat dia akan mengetahuinya jika aku masih berhubungan dekat dengannya," tepisku tenang.Kening Mi Do semakin berkerut dalam "tapi tetap saja-," timpalnya terhenti, "tidak apa, jangan merasa bersalah," tepisku cepat.Ha Na pun menghembuskan nafas kecil lalu menatapku lurus "jadi apa yang akan kau lakukan sekarang? Apa kau yakin dia tidak akan memecatmu?" Tanyanya memastikan.Aku menggeleng kecil "aku tidak tahu," jawabku putus asa.Aku terdiam memikirkan nasibku, hatiku terasa berat dan bimbang. Di Satu sisi aku percaya Ni El bukan orang jahat yang akan me
Aku terdiam dengan perasaan canggung di hadapan Ni El yang sibuk membaca laporan dariku, mataku sesekali melirik kecil mencuri pandang ke arah Ni El. Aku kembali menurunkn pandanganku melihat pria dingin di hadapanku yang bersikap seolah tidak terjadi apa - apa, aku menicibir asam sambil menghinanya dalam hati. Ni El yang tiba - tiba mengangkat pandnagannya ke arahku, membuatku mengatur ekspresiku cepat sambil menunduk kecil sopan. Ia terdengar menghembuskan nafas kecil dari mulutnya cepat "sebaiknya kita menjaga garis batasan," ajaknya tiba - tiba. Aku langsung mengangkat wajahku dengan mata melebar kaget, Ni El tampak menunduk kecil dengan kari bergerak gelisah memainkan bolpennya. Aku terdiam menunggunya mengatakan sesuatu, Ni El pun berdeham kecil sejenak sebelum membuka mulutnya "aku merasa tidak nyaman, tapi aku tidak akan memecat pegawai hanya karena alasan sepele seperti itu," lanjutnya. Ni El pun mendongak kecil menatapku lurus, ia menggangguk kuat "jadi sebaiknya kita jag
Eun Kyung menatap diam punggung Eugene yang menatapku lurus di balik jendela mobilnya, ia memalingkan wajahnya perlahan lalu membuka mulutnya pelan"jalan!" Pereintahnya dingin.Supirnya pun mmeutar kemudinya cepat, membawa mobil Eun Kyung pergi dalam hitungan detik. Tangan kurus Eun Kyung mengepal kuat perlahan, amarah yang mendidih memenuhi hatinya dalam hitungan detik. Nafas besar terhembus dari mulutnya, ia pun memalinngkan wajahnya menatap kosong keluar jendela. Kepalanya terus memainkan adegan - adegan tidak menyenangkan yang dilihatnya selama ini, segala yang di ingatnya itu membuat amarhnya semakin memanas.000Ni El terbaring menatap langit - langit kamarnya yang gelap, segala ingatannya tentangku kembali terputar di kepalanya. Aroma tubuhku yang selama ini menghantuinya, kini semakin menghantuinya tanpa henti. Ia pun membalikkan tubuhnya ke samping gelisah lalu mengulurkan tangannya membuka laci kecil di sebelah tempat tidurnya cepat, tangannya
Aku menunduk canggung, duduk diam di tengah - tengah aggota timku yang juga menundukkan kepala mereka sepertiku. Ni El, Eugene, dan Eun Kyung duduk di hadapan kami diam membuat suasana meja kami semakin canggung. Aku melirik kecil menatap Ketiganya bergantian cepat, Ni El tampak menatap sekeliling Restoran berusaha menyembunyikan rasa canggungnya, Eun Kyung tampak antusias membaca papan menu memesan makanan untuk kami semua, sedangkan Eugene tampak melipat tangannya di depan dada dengan emosi mendidih yang di tahannya sejak tadi. Aku pun kembali menurunkan pandanganku cepat sambil menghembuskan nafas berat dari mulutku cepat, aku menoleh ke kiri dan kananku menatap anggota timku yang merasakan kecanggungan besar seperti yang aku rasakan.Eun Kyung tiba - tiba mengangkat pandangannya cepat lalu membuka mulutnya ceria "Sophie, apa ada yang ingin kau makan?" Tawarnya ramah.Sikap ramah itu membuat Ni El dan Eugene menoleh kaget kompak menatap Eun Kyung lurus, aku pun meng
Aku dan seluruh anggota timku membungkuk dalam berterima kasih atas makan siang yang telah kami santap barusan. Kami langsung berbalik hendak kembali ke Laboratorium, namun Eugene menahanku cepat "Sophie..." panggilnya. Aku menoleh cepat mendengar suara Eugene, aku pun menatapnya lurus dengan alis terangkat kecil dan senyum di ujung bibirku "bisa kita bicara sembentar?" Tanyanya canggung. Aku pun mengangguk cepat menyetujui ajakan itu, membuat senyum Eugene mengembang dan nafas kecil terhembus dari bibirnya puas. 000 Kami berdiri berdampingan di Balkon menatap pemandangan kota. Rambutku beterbangan kecil terbawa angin sejuk Musim Semi yang bertiup pelan, Eugene menunduk sambil menghembuskan nafas kecil "maaf..." ucapnya tiba - tiba. Aku menghela nafas dalam sejenak lalu menoleh kecil menatap Eugene "untuk apa?" Tanyaku. Eugene menoleh kecil menatapku canggung dengan kepala tertunduk, ia mengeluarkan tangannya me