Aku berdiri denga tangan terlipat di depan pinggangku menunduk kecil, menunggu Ni El yang sedang membaca surat permintaan maafku atas kejadian kemarin. Ni El menghembuskan nafas kecil lalu menjuthkan lembar permintaan maaf di tanggannya pelan, ia mengangkat pandangannya cepat menatap lurus ke arahku"baiklah, aku anggap masalah ini selesai," putusnya cepat.Aku pun menghembuskan nafas kecil lalu membungkukkan badanku cepat hendak meninggalkan Ruangan Ni El, namun suara Ni El kembali terdengar menahan langkahku"aku tahu ini tidak adil bagimu, tapi bertahanlah karena situasi ini hanya sementara saja," sahutnya.Aku hanya menatapnya dengan senyum kecil sambil mengangguk pelan berusaha memahami situasi dan mengalah pada keadaan. Ni El menurunkan pandangannya, menatap tanganku yang terbalut perban rapi "berhati - hatilah saat kerja, jangan memaksakan diri, dan jangan sampaik lukamu terkena air! Obati dengan ba-" sahutnya terhenti.Aku membuka mulutku c
Eugene membuka pintu Ruangan Ni El santai sambil bersiul pelan, langkahnya terhenti melihat meja kerja Ni El yang kosong dan tidak ada tanda kehadirannya pagi itu. Ia mengangkat tangannya melihat jam yang melingkar di lengannya cepat, keningnya semakin berkerut dalam melihat waktu yang sudah menunjukkan pukul 11. Keanehan yang tidak biasa ini membuat hati Eugene tidak tenang "apa dia sakit?" Tanyanya cemas, Eugene pun mengeluarkan ponselnya cepat lalu menempelkannya di telinga setelah mengetuk simbol telfon di layarnya yang menunjukkan kontak Ni El. 000 Dering ponsel Ni El yang terdengar keras membuatnya mengalihkan pandangannya cepat menatap ponselnya yang tergeletak di atas meja, ia langsung meraih ponselnya lalu menjawab panggilan Eugene cepat "ada apa?" Tanyanya singkat. Rasa curiga Eugene semakin membesar mendengar nada tegang Ni El yang tidak biasa, ia pun membuka mulutnya cepat "kau belum sampai di Kantor, apa kau sakit?" Tanyanya hati - hati. Ni El pun memutar matanya menat
Aku mengetuk pintu Ruangan Ni El pelan menunggu jawaban darinya sejenak, keningku berkerut kecil karena suaranya tak kunjung terdengar "apa dia tidak mendengarnya?" Bisikku sendiri. Aku pun kembali mengangkat tanganku, mengetuk pintu di hadapanku kali ini lebih keras dari sebelumnya. Jawaban yang tak kunjung terdengar juga membuat rasa penasaranku semakin membukit, aku pun menempelkan telingaku ke depan pintu perlahan berusaha mendengar sesuatu. Langkah Ni El terhenti di ujung koridor melihat sosok yang dikenalinya menempelkan telinganya di depan pintu Ruang Kerjanya, senyumnya mengembang perlahan dan ia menggeleng kecil heran melihat tingkahku. Sekertarisnya melangkah mendekatinya, namun Ni El langsung mengangkat tangannya cepat. Ia menempelkan telunjuknya di depan bibir cepat lalu kembali melangkahkan kakinya pelan mendekat ke arahku. Aku yang belum menyadari kedatangan Ni El masih fokus berusaha mendengar sesuatu di dalam. Ni El berdiri tegap dengan tangan terlipat ke bel
Setelah menegak beberapa gelas, suasana antara kami terasa lebih tenang dan santai. Aku pun meletakkan gelasku pelan lalu membuka mulut memulai pembicaraan"apa Daepyonim (CEO) belum pernah mencoba ini sebelumnya?" Tanyaku ingin tahu.Ni El menggeleng kecil sambil memutar pelan gelasnya "Eugene pernah mengajakku, tapi aku tidak ingin mencobanya..." jawabnya sambil tertawa kecil. Ia mengangkat gelasnya "aku tidak menyangka rasanya tidak seburuk itu," lanjutnya. Aku mengangguk kecil sambil melepaskan tawa singkat, aku tidak mengatakan apapun membuat suasana hening di antara kami. Aku melirik kecil ke arah Ni El canggung, membuat perasaan aneh menyerang hatiku, Ni El yang tampak menyadari lirikanku pun membuka mulutnya"katakan saja! Aku tahu kau penasaran," sahutnya mengakapku.Aku pun melepaskan tawa kecilku sambil mengusap leherku canggung "apa sangat terlihat?" Tanyaku malu.Ni El mengangguk kecil "hmm, sangat!" Tekannya santai. Aku pun m
Aku mengerang mendengar alarm yang berdering keras membangunkanku dari tidur, tanganku bergerak meraba - raba ke atas meja mematiakn alarm itu cepat. Tanganku tergantung santai di ujung Tempat tidur seiring dengan nafas besar yang terhembus dari mulutku cepat, rasa sakit perlahan menyerang kepalaku. Aku pun merengek kecil sambil menarik tubuhku bangun melawan rasa sakit itu"ahh... aku menyesal..." keluhku putus asa.Aku pun turun dari Tempat tidurku dengan langkah terhuyung sambil memijat kepalaku, kakiku terus bergerak membawaku masuk ke kamar mandi mulus.000Aku berdiri di depanlift sambil memijat kecil keningku, perutku yang terasa mual membuat hariku semakin berat. Pintuliftyang terbuka membuatku menurunkan tanganku cepat berusaha terlihat baik - baik saja, namun mataku melebar melihat Ni El yang tampak bersandari leas di dinding lift. Aku memutar mataku melihat Eugene yang menopang Ni El kuat sambil meng
Langkah Eugene terhenti saat ia membuka pintu Ruang Kerjanya, matanya Eun Kyung yang sedang duduk di kursi hitam di balik meja kerjanya nyaman. Eun Kyung tampak bergerak sibuk di meja Eugene mengabaikan kedatangan pemilik meja itu, Eugene pun langsung melangkah cepat menarik kursi hitam di hadapannya. Matanya langsung tertuju pada tumpukan potongan foto yang berserakan di atas mejanya, emosi yang di tahan Eugene pun langsung meledak"APA YANG KAU LAKUKAN?" Bentaknya kesal.Eun Kyung pun menyunggingkan senyum puas di ujung bibirnya lalu berdiri dari kursi hitam itu cepat, ia mengarahkan bibirnya mendekat telinga Eugene "membuatmu merasakan apa yang aku rasakan," bisiknya tenang. Eun Kyung menarik wajahnya cepat lalu melangkahkan kakinya melewati Eugene begitu saja.Suara langkah Eun Kyung terdengar berapi - api, semakin jauh ia meninggalkan Ruang Kerja Eugene perasaan yang sejak tadi di tahannya semakin meremas hatinya. Kepalanya kembali memainkan adegan romantis
Ni El duduk menegak air di gelasnya pelan menunggu kedatangan seseorang, matanya langsung melebar menangkap kedatangan pria paruh baya yang di tunggunya. Ia langsung berdiri cepat merapikan jasnya, lalu menunduk kecil menyapa pria yang datang bersama Mi Do sopan. Ni El mengulurkan tangannya cepat"selamat siang, Park Si MoonHwejangnim (Pemimpin Perusahaan)," sapanya.Si Moon melepaskan tawa kecil lalu menjabat kuat tangan Ni El, keduanya duduk berhadapan dengan senyum kecil. Ni El pun membuka mulutnya berbasa - basi"bagaimana kabar anda?" Tanyanya.Si Moon pun mengangguk kecil "baik, aku semakin tua dan tidak sanggup mengurus perusahaan jadi sekertarisku sering menggantikan tugasku," timpalnya.Si Moon menoleh kecil menatap Mi Do lurus "Mi Do, apa kau tidak mengenalnya? Dia pengusaha parfum sukses dan terkenal," Tanyanya memberi teka teki. Mi Do pun melirik kecil ke arah Ni El yang tampak tertawa pelan mendengar pujian Si Moon. Pera
Aku duduk di depan meja rias, menatap pantulan wajahku di cermin sambil menggosok produk perawatan kulitku pelan. Ketukan cepat pintu Rumahku tiba - tiba terdengar, membuatku menoleh kaget dan langsung bangkit menuju asal ketukan itu. Aku membuka pintu Rumahku cepat, menatap Mi Do dengan alis terangkat sebelah"apa lagi kali ini?" Tanyaku tanpa berbasa - basi.Mi Do langsung mendorongku masuk cepat, lalu duduk disofaRuang Tengah, menatapku lurus "dengarkan aku!" Bukanya tegas. Aku pun mengangguk cepat, menutup mulutku menunggu Mi Do mengatakan sesuatu"mulai sekarang, berhati - hatilah! Selamatkan dirimu!" Lanjutnya memperingatkan.Keningku berkerut dalam mendengar peringatan itu "apa maksudmu?" Tanyaku. Aku meraba dahinya dan meenepuk kecil kedua pipinya lalu menggoyang acak kepalanya cepat "hey, apa kau sakit?" Gurauku remeh.Mi Do langsung menggeleng cepat "HEY!" Teriaknya kesal, aku pun langsung menarik tanganku kaget sambi
Langkahku terhenti menatap mobil yang tampak aku kenali berhenti di depan tangga menuju Rumahku, si pemilik mobil yang menyadari kedatanganku turun dari mobilnya, dia menatapku lurus. Aku menghela nafas dalam sebelum kembali melanjutkan langkahku pelan, berhenti tak jauh dari pria yang sudah menungguku entah sejak kapan. "Dimana kau tidur semalam?" "Rumah Mi Do, sejak kapanSunbae(Senior) menungguku?" Timpalku balik bertanya. Eugene melepaskan nafas panjang sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, ia mengangguk pelan "lupakan, apa kau baik - baik saja?" Tepisnya mengalihkan topik. Aku mengarahkan pandanganku menatap Eugene lurus - lurus, aku pun langsung menyadari bahwa ia menyembunyikan sesuatu dariku saat ini. Aku menganggukkan kepalaku pelan "hmm, aku baik - baik saja,Sunbae(Senior) sendiri?" Tanyaku canggung. Eugene ikut mengangguk kecil "aku baik," timpalnya cepat. Nafa
Aku berguling gelisah memikirkan masalah yang menimpaku ini, aku tidak mungkin hidupa dalam persembunyian terus seperti ini. Aku juga merasa bahwa ini masalahku, jadi aku harus menyelesaikannya sendiri.Aku bangun dari tidurku cepat, meraih ponselku di samping tempat tidur. Jariku bergerak sibuk mencari tahu berita terbaru tentang kasusuku ini, membuat keningku mulai berkerut. Aku membenarkan posisi duduku, menggerakkan jariku semakin cepat, mencari lebih teliti."Apa yang terjadi?" Tanyaku sendiri.Aku menurunkan ponselku dengan nafas besar terhembus begitu saja dari mulutku, kepalaku mulai berpikir keras tentang kejadian aneh ini. Aku pun kembali mengangkat ponselku, memastikan apa yang aku lihat ini benar. Aku tidak percaya akan apa yang aku lihat."Kenapa semuanya menghilang begitu saja?" Tanyaku bingung.Aku membuka selimutku turun dari tempat tidur cepat, menghampiri Ha Na yang tidur di sofa depan. Aku menggoyang tubuh Ha Na cepat membangunka
Aku terdiam menatap ponselku lurus, rasa cemas dalam hatiku semakin menghantuiku seiring usahaku untuk menahannya. Ponselku yang tiba - tiba bergetar, membuat mataku melebar dan harapanku bangkit. Aku langsung menatap ponselku lurus - lurus, namun harpan itu terasa hancur dalam hitungan detik.[Apa kau baik - baik saja?]Pesan itu terlihat hangat, hanya saja pesan itu datang bukan dari orang yang aku harapkan saat ini. Aku terdiam menatap nama Eugene sebagai pengirim pesan itu, aku pun menghembuskan nafas pelan "apa yang kau harapkan Sophie," keluhku tersadar.Aku menggerakkan jariku cepat, membalas pesan itu lalu mengirimkannya dengan rasa kecewa di hatiku. Aku menyisir rambutku ke belakang, menunduk dalam berusaha menenangkan diriku sendiri. Mi Do dan Ha Na yang melihat kegelisahanku pun menghembuskan nafas besra kompak, Ha Na menutup ponselnya cepat sambil membuka mulutnya"sebaiknya kau tidak berusaha untuk mencari tahu keadaan di luar sana lebih dulu
Eugene duduk menatap Eun Kyung yang tersenyum penuh kemenangan tajam. Wanita di hadapanya terdiam menatapnya lurus dengan tangan terlipat di depan dada anguh, sambil menyandarkan tubuhnya nyaman di kursi."Aku tahu cepat atau lambat kau akan mencariku," buka Eun Kyung percaya diri.Eugene memalingkan wajahnya dengan air muka kesal, sambil menghembuskan nafas besar dari mulutnya keras. Ia menelan berat air liurnya sebelum akhirnya membuka mulutnya"kau yang melakukan semua ini bukan?" Tanyanya menuduh.Eun Kyung melepaskan tawa keras mendengar nada kesal Eugene yang semakin memuaskan hatinya, wanita itu melepaskan nafas lega berusaha mengendalikan tawanya "aku tidak menyangka membuatmu marah akan semudah ini, sangat menarik..." timpalnya.Eugene mengepalkan tangannya perlahan mendengar perkataan Eun Kyung itu, ia menunduk sambil menjilat kecil bibirnya berusaha menahan emosinya yang semakin mendidih. Matanya berputar tajam menatap Eun Kyung lurus, m
Kerutan terlihat samar di keningku saat aku mengetahui ponselku yang mati sejak tadi, aku meghembuskan nafas teringat bahwa aku belum sempat menyalakan ponselku sejak dari Bandara tadi.Mataku melebar kecil merasakan getaran berturut - turut dari ponselku, pemberitahuan pesan masuk bergantian, nomor - nomor yang tidak di kenal pun terlihat menghubungiku. Keningku langsung berkerut dalam seiring rasa curiga yang memenuhi hatiku. Aku langsung menggerakkan jariku cepat mengetuk layar ponselku, membuka ruang obrolanku dengan teman - temanku yang meninggalkan banyak pemberitahuan.[Hey, Sophie dimana kau? Kau sudah melihat berita ini?][Sophie, apa kau baik - baik saja?][Hey, kau membuat kami takut... hubungi kami secepatnya!]Aku pun mengetuk tautan yang Mi Do kirimkan, membaca semua isi berita yang terpajang di layar ponselku cepat, mataku mulai melebar dan aku membekap mulutku yang terbuka hampa kaget melihat berita itu. Aku tidak percaya apa
Mobil Ni El yang melanju cepat menuyusi jalan raya membuatku cemas akan keselamatan kami, aku menoleh kesal sambil terus menggenggam erat sabuk pengamanku."Hey, pelan - pelan saja! Kita bisa celaka kalau begini terus!" Protesku kesal.Ni El menginjak gasnya semakin dalam, mengabaikan perkataanku hanyut dalam emosinya sendiri. Aku yang semakin kesal dengan sikap itu pun kembali membuka mulutku "HEY!" Teriakku. Ni El langsung memutar roda kemudinya, menepikan mobil yang kami tumpangi, memindahkan kakinya cepat, menginjak dalam rem mobilnya.Tubuhku yang terbanting keras ke sandaran kursi membuat amarahku semakin tersulut, aku menyampirkan poniku yang berantakan, menatap Ni El sinis "HEY! APA KAU SUDAH GILA?" Amukku kesal."KAU SENDIRI APA MASIH WARAS?" Bentaknya menatapku dengan maa melotot kesal.Ni El memalingkan wajahnya sambil melepaskan nafas besar, berusaha mengendalikan emosinya. Ia kembali menoleh menatapku lurus, membuatku mencengkram sabuk
Ni El mengusap darah segar yang mengalir dari luka di ujung bibirnya, ia melepaskan nafas besar lalu menoleh menatap Eugene lurus "maafkan aku," sahutnya canggung.Eugene hanya diam tertunduk dalam dengan tatapan kosong, mengabaikan permintaan maaf Ni El itu. Ia melepaskan nafas besar, membalikkan badannya hendak meninggalkan ruangan Ni El, namun Ni El menahan langkahnya."Sophie belum mengetahui apapun yang terjadi!"Tangan Eugene mengepal kuat mendengar kata - kata itu, ia menoleh kecil menatap Ni El sinis "lalu? Apa maumu sekarang?" Tanyanya menantang.Ni El kembali menghembuskan nafas besar dari mulutnya, ia menundukkan kepalanya sambil menggeleng kecil "aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang, tapi aku ingin meminta bantuanmu..." jawabnya meninggalkan harga dirinya.Amarah Eugene yang semakin tersulut, membuatnya melepaskan nafas kecil sambil menggeleng heran "apa aku terlihat seperti akan memberimu bantuan?" Tanyanya menghina. Euge
Dae Gil menghembuskan nafas panjang dari mulutnya, kembali mengarahkan pandangannya lurus padaku. Ia memaksakan senyum kecil sebelum kembali membuka mulutnya "aku menyesalinya..." sahutnya. Dae Gil meremas erat kedua tangannya sambil menunduk dalam, nafas berat kembali terdengar dari mulut Dae Gil. Ia menggelengkan kepalanya pelan "aku tidak seharusnya membohongi Ni El saat kami bercerai," lanjutnya penuh penyesalan.Mataku melebar kecil mendengar kejujuran itu, mulutku terbuka kecil hampa, aku terdiam tidak tahu harus mengatakan apa menanggapi perkataan itu.Dae Gil pun kembali mengeluarkan suaranya "aku tidak ingin ia terluka jika semua orang tahu bahwa kami bercerai karena ia memilih pria itu," bukanya. Dae Gil melepaskan nafas pelan "jadi aku berbohong pada wartawan, aku mengatakan kami bercerai karena perebutan ahli waris," lanjutnya terdengar berat."Tapi anda tidak menyangka bahwa itu akan sangat menyakiti HongDaepyo (CEO)?" Timpalku begitu
Waktu berlalu dengan senyuman, membuat Dae Gil semakin yakin bahwa semuanya kini baik - baik saja.Segalanya terasa seperti sebagaimana harusnya, seperti apa yang Dae Gil harapkan. Kebahagiaan Dae Gil semakin memuncak setelah mendengar kabar kehamilan Seo Hwa, sukacita yang tidak terbilang dengan kata - kata semkin memenuhi hati Dae Gil.Kelahiran Ni El, menjadi awal perjalanan baru mereka menuju kebahagiaan yang lebih dari sebelumnya.000Dae Gil terdiam menatap kosong keluar jendela teringat akan kebahagiaan mereka saat menggendong Ni El di hari kelahirannya. Senyumnya mengembang kecil meskipun sorot matanya sangat sayu.Aku hanya terdiam hanyut dalam keheningan, hatiku tiba - tiba ikut merasakan kesedihan yang Dae Gil simpan di dalam hatinya saat ini."Saat Ni El lahir dulu, aku sangat bahagia..." bukanya. Dae Gil memalingkan wajahnya menatapku lurus "hari itu aku berjanji akan membuatnya bahagia, aku berjanji akan memberikannya keluarga