Seperti dugaanku, medan perang ini bukanlah medang perang biasa, ini adalah medan perang elit yang penuh emas dan berlian. Banyak orang - orang penting dan pebisnis besar yang membuatku merasa asing disini.
Ni El dan Eugene tampak sibuk berbincang dengan para pebisnis yang mereka kenal, membuat mereka tidak punya waktu untuk mengurusku. Aku yang sadar diri akan keberadaanku ini bisa mengganggu mereka pun menarik diriku menjauh dari mereka perlahan, mencari sesuatu yang bisa menghibur diriku sendiri.
Mataku menangkap meja hidangan penutup yang berisi makanan manis, yang terlihat cantik dan lezat. Aku menoleh sejenak menatap Ni El dan Eugene yang masih asik mengobrol dengan rekan bisnisnya, membuatku melangkahkan kaki tanpa rasa ragu mendekati meja itu.
Mataku menjelajah setiap hidangan penutup yang terpajang di atas meja itu, senyumku pun mengembang cerah membayankan bagaimana rasanya dengan bentuk yang seindah itu. Tanganku perlahan meraih segelas kecil Panna Co
Kedatangan Eun Kyung ke Aula Pesta membuat seluruh mata tertuju padanya. Eun Kyung melangkah Anggun dengan balutan gaun ungu tua yang mengembang indah, dengan lengan transparan yang melingkar dari depan ke belakang.Melihat perhatian semua orang tampak beralih, membuatku menoleh kecil mengikuti rasa penasaran yang menyerang hatiku. Mataku dan mata Eun Kyung langsung bertemu lurus, membuat senyum miring mencurigakan langsung tersungging di ujung bibir wanita itu. Hatiku terasa aneh melihat senyum itu, aku pun mengalihkan pandanganku berbalik perlahan berusaha menghindari tatapan itu secepat mungkin.000Mata Ni El berputar kecil mengikuti arah pandangan Eun Kyung yang tertuju lurus padaku. Ni El pun langsung melangkahkan kakinya hendak menghampiriku, namun wartawan yang di undang meliput pesta malam itu langsung mengeluarkan pertanyaan yang membesarkan rasa ingin tahu yang sejak tadi Ni El pendam dalam hatinya."Nona Kim, apa tujuan anda mengadakan pesa be
Ni El langsung berbalik cepat menatap punggungku yang semakin menjauh meninggalkan Gedung pesta. Ia menoleh kecil sejenak, namun ia kembali berpaling melangkahkan kakinya mengejarku.Aku yang hanyut dalam pikiranku terus berlari tak tentu arah. Tanpa aku sadari aku berlari ke arah penyeberangan. Aku yang tidak fokus memperhatikan lampu yang menyala merah, terus berlari cepat begitu saja. Tiba - tiba klakson yang meledak keras di telingaku, membuat langkahku terhenti begitu saja, menatap mobil yang melaju cepat ke arahku.Ni El langsung mengulurkan tangannya menarik lenganku cepat, memelukku ke tepi jalan dengan nafas terengah panjang. Telingaku mendengar suara jantungnya yang berdetak sangat cepat, membuat bibirku bergetar kecil. Ni El mendorongku cepat"APA KAU SUDAH GILA? KAU HAMPIR MATI TAHU?"Aku hanya terdiam mematung di tempatku mengabaikan amukan Ni El. Air mata tiba - tiba menetes dari ujung mataku begitu saja, aku yang berusaha tidak merasakan lu
HALLO READERS!!! Sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih buat kalian yang sudah baca novelku. Aku senang kalian menyukai ceritaku dan aku harap kalian terus menyukainya! Terima kasih untuk kesetiaan kalian yang selalu baca dan nungguin ceritaku setiap hari!Sebagai Author Tarin aku masih perlu banyak belajar dan baca refrensi novel - novel lain, tapi melihat kalian baca ceritaku aku seneng banget! Malam ini aku ingin buka Kolom Q&A. Buat Readers yang ingin tanya-tanya ke aku, atau ngobrol, atau share storyBOLEH BANGET!!!!! Aku juga mau tanya, kira - kira kalau aku nulis novel baru setelah ini cocoknya genre apa ya menurut kalian? Yukk...Coment - coment!!!
Aku menghembuskan nafas besar menyandarkan diriku di balik pintu Rumahku yang tertutup rapat. Kegelapan dan keheningan yang menyelimuti Rumahku, membuatku merasakan kesepian dan kesedihan yang sejak tadi berusaha aku tahan dalam - dalam di depan Ni El.Air mata kembali mengalir dari ujung mataku membuatku menunduk pelan sambil mengusap cepat pipiku yang mulai basah, aku menghembuskan nafas besar berusaha menahan rasa sesak di dadaku.Namun, seberapa keras usahaku untuk menahan rasa sakit di hatiku, rasa sakit itu semakin membesar. Semakin membekas di hatiku.000Ni El terdiam bersandar di depan tembok Rumahku, ia menoleh kecil mendengar isak tangis yang semakin keras keluar dari mulutku. Nafas besarnya terhembus cepat, wajahnya menunjukkan rasa cemas yang ada dalam hatinya.Getar panjang ponselnya, membuat Ni El memalingkan wajahnya cepat sambil mengeluarkan ponsel dari saku jasnya pelan. Gerakannya terhenti cepat melihat nama yang tertera di layar
Aku melangkahkan kakiku di atas pasir hangat, telingaku mendengardesiran ombak kecil yang menyapu bibir pantai, dan mataku menatap matahari yang perlahan terbenar di langit sore yang indah.Aku berbalik cepat, membuat rambutku yang terbawa angin terbang kecil menyapu lembut pipiku. Mataku menatap Ni El yang berdiri sambil berbincang kecil di telfon dan sebelah tangannya terselip di dalam saku celananya. Senyumku mengembang kecil melihat pemandangan indah itu, membuat tanganku bergerak cepat mengeluarkan ponsel dari tasku cepat. Aku pun membuka kamera ponselku dan mengarahkannya menyorot Ni El yang tampak keren di hadapanku.Senyumku mengembang kecil melihat hasil fotoku yang memuaskan, aku pun menutup ponselku cepat kembali berbalik melangkahkan kakiku perlahan. Ni El yang sudah selesai dengan panggilan telfonnya, berlari kecil mengejarku yang sudah berjalan cukup jauh"ada apa?" Tanyaku langsung.Ni El menggelengkan kepalanya cepat "tidak apa, hanya soal
Suara tangis kecil yang terdengar di telinga Ni El perlahan tidak terdengar lagi. Ni El menoleh kecil menatap pintu Rumahku sejenak, lalu menghembuskan nafas berat dari mulutnya.Ia menatap ponselnya yang menunjukkan balasanku atas pesan yang di kirimnya"apa kau baik - baik saja?""hmm, aku lelah! Aku tidur dulu, sampai besok!"Ia pun berbalik melangkahkan kakinya perlahan, meninggalkan Rumahku dengan langkah berat sambil sesekali kembali menoleh ke belakang.000Ni El duduk terdiam di atas tempat tidurnya, berpikir keras berusaha mencari cara untuk menghiburku. Matanya tiba - tiba melebar kecil, membuatnya meraih ponselnya cepat lalu menempelkan ponselnya ke telinga setelah menghubungi seseorang. Ia menunggu nada panggil yang terdengar di telinganya penuh harap, matanya pun melebar kecil mendengar suara wanita di seberang telfon"hallo.""Nona Hwang Mi Do!"Mi Do terdiam dengan alis berkerut bingung. Ia merasa canggung
Aku duduk di atas pasir menatap pemandangan Laut malam yang membentang di hadapanku. Angin yang berhembus keras, menerbangkan terus menerbangkan helaian rambutku acak, sekaligus menusuk dingin kulitku.Ni El yang melihatku mengusap kedua lenganku kedinginan, langsung melepas jaketnya cepat menyampirkannya ke bahuku. Aku pun menoleh menatapnya lurus, membuat pria itu tersenyum kecil"sama - sama..." sahutnya ringan.Aku hanya melepaskan senyum termanisku kembali menatap pemandangan di hadapanku. Kami terdiam menikmati suasana Pantai yang menenangkan hati, keheningan yang menyelimuti kami membuatku teringat akan apa yang sempat aku lupakan sebelumnya. Aku menunduk kecil sambil menghembuskan nafas pelan, membuat Ni El menoleh menatapku lurus"apa kau masih tidak bisa melupakannya?"Aku mengangguk pelan "hmm,"gumamku. Aku kembali melepaskan nafas besar dari mulutku "aku... mengharapkan...""penjelasannya?" Timpal Ni El cepat.Aku menoleh
Ni El melirik punggungku yang perlahan mengecil, dari kaca spion mobilnya yang berjalan semakin jauh dari Rumahku. Nafas besarnya terhembus cepat, seiring tangannya yang mengepal erat mengcengkram roda kemudi mobilnya.Kergauan di hatinya untuk meninggalkan Rumahku semakin memaksanya untuk berhenti. Namun, Ni El berusaha mengabaikan perasaannya itu, berharap aku dapat menyelesaikan semuanya dengan baik.000Langkahku terhenti canggung di hadapan Eugene yang menungguku dengan senyum kecil yang di paksakan di ujung bibirnya. Aku menghembuskan nafas pelan berusaha menatap wajah pria muda di hadapanku lurus, mengangkat tanganku melambai pelan"Sunbae(Senior)," sapaku canggung.Eugene yang merasakan kecanggungan itu berdeham kecil, sambil memasukan sebelah tangannya ke dalam saku celana. Ia menoleh pelan menunjuk acak ke arah dari mana aku datang "kau pergi dengan Ni El?" Tanyanya."Hmm, HongDaepyo(CEO) mengaja
Langkahku terhenti menatap mobil yang tampak aku kenali berhenti di depan tangga menuju Rumahku, si pemilik mobil yang menyadari kedatanganku turun dari mobilnya, dia menatapku lurus. Aku menghela nafas dalam sebelum kembali melanjutkan langkahku pelan, berhenti tak jauh dari pria yang sudah menungguku entah sejak kapan. "Dimana kau tidur semalam?" "Rumah Mi Do, sejak kapanSunbae(Senior) menungguku?" Timpalku balik bertanya. Eugene melepaskan nafas panjang sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, ia mengangguk pelan "lupakan, apa kau baik - baik saja?" Tepisnya mengalihkan topik. Aku mengarahkan pandanganku menatap Eugene lurus - lurus, aku pun langsung menyadari bahwa ia menyembunyikan sesuatu dariku saat ini. Aku menganggukkan kepalaku pelan "hmm, aku baik - baik saja,Sunbae(Senior) sendiri?" Tanyaku canggung. Eugene ikut mengangguk kecil "aku baik," timpalnya cepat. Nafa
Aku berguling gelisah memikirkan masalah yang menimpaku ini, aku tidak mungkin hidupa dalam persembunyian terus seperti ini. Aku juga merasa bahwa ini masalahku, jadi aku harus menyelesaikannya sendiri.Aku bangun dari tidurku cepat, meraih ponselku di samping tempat tidur. Jariku bergerak sibuk mencari tahu berita terbaru tentang kasusuku ini, membuat keningku mulai berkerut. Aku membenarkan posisi duduku, menggerakkan jariku semakin cepat, mencari lebih teliti."Apa yang terjadi?" Tanyaku sendiri.Aku menurunkan ponselku dengan nafas besar terhembus begitu saja dari mulutku, kepalaku mulai berpikir keras tentang kejadian aneh ini. Aku pun kembali mengangkat ponselku, memastikan apa yang aku lihat ini benar. Aku tidak percaya akan apa yang aku lihat."Kenapa semuanya menghilang begitu saja?" Tanyaku bingung.Aku membuka selimutku turun dari tempat tidur cepat, menghampiri Ha Na yang tidur di sofa depan. Aku menggoyang tubuh Ha Na cepat membangunka
Aku terdiam menatap ponselku lurus, rasa cemas dalam hatiku semakin menghantuiku seiring usahaku untuk menahannya. Ponselku yang tiba - tiba bergetar, membuat mataku melebar dan harapanku bangkit. Aku langsung menatap ponselku lurus - lurus, namun harpan itu terasa hancur dalam hitungan detik.[Apa kau baik - baik saja?]Pesan itu terlihat hangat, hanya saja pesan itu datang bukan dari orang yang aku harapkan saat ini. Aku terdiam menatap nama Eugene sebagai pengirim pesan itu, aku pun menghembuskan nafas pelan "apa yang kau harapkan Sophie," keluhku tersadar.Aku menggerakkan jariku cepat, membalas pesan itu lalu mengirimkannya dengan rasa kecewa di hatiku. Aku menyisir rambutku ke belakang, menunduk dalam berusaha menenangkan diriku sendiri. Mi Do dan Ha Na yang melihat kegelisahanku pun menghembuskan nafas besra kompak, Ha Na menutup ponselnya cepat sambil membuka mulutnya"sebaiknya kau tidak berusaha untuk mencari tahu keadaan di luar sana lebih dulu
Eugene duduk menatap Eun Kyung yang tersenyum penuh kemenangan tajam. Wanita di hadapanya terdiam menatapnya lurus dengan tangan terlipat di depan dada anguh, sambil menyandarkan tubuhnya nyaman di kursi."Aku tahu cepat atau lambat kau akan mencariku," buka Eun Kyung percaya diri.Eugene memalingkan wajahnya dengan air muka kesal, sambil menghembuskan nafas besar dari mulutnya keras. Ia menelan berat air liurnya sebelum akhirnya membuka mulutnya"kau yang melakukan semua ini bukan?" Tanyanya menuduh.Eun Kyung melepaskan tawa keras mendengar nada kesal Eugene yang semakin memuaskan hatinya, wanita itu melepaskan nafas lega berusaha mengendalikan tawanya "aku tidak menyangka membuatmu marah akan semudah ini, sangat menarik..." timpalnya.Eugene mengepalkan tangannya perlahan mendengar perkataan Eun Kyung itu, ia menunduk sambil menjilat kecil bibirnya berusaha menahan emosinya yang semakin mendidih. Matanya berputar tajam menatap Eun Kyung lurus, m
Kerutan terlihat samar di keningku saat aku mengetahui ponselku yang mati sejak tadi, aku meghembuskan nafas teringat bahwa aku belum sempat menyalakan ponselku sejak dari Bandara tadi.Mataku melebar kecil merasakan getaran berturut - turut dari ponselku, pemberitahuan pesan masuk bergantian, nomor - nomor yang tidak di kenal pun terlihat menghubungiku. Keningku langsung berkerut dalam seiring rasa curiga yang memenuhi hatiku. Aku langsung menggerakkan jariku cepat mengetuk layar ponselku, membuka ruang obrolanku dengan teman - temanku yang meninggalkan banyak pemberitahuan.[Hey, Sophie dimana kau? Kau sudah melihat berita ini?][Sophie, apa kau baik - baik saja?][Hey, kau membuat kami takut... hubungi kami secepatnya!]Aku pun mengetuk tautan yang Mi Do kirimkan, membaca semua isi berita yang terpajang di layar ponselku cepat, mataku mulai melebar dan aku membekap mulutku yang terbuka hampa kaget melihat berita itu. Aku tidak percaya apa
Mobil Ni El yang melanju cepat menuyusi jalan raya membuatku cemas akan keselamatan kami, aku menoleh kesal sambil terus menggenggam erat sabuk pengamanku."Hey, pelan - pelan saja! Kita bisa celaka kalau begini terus!" Protesku kesal.Ni El menginjak gasnya semakin dalam, mengabaikan perkataanku hanyut dalam emosinya sendiri. Aku yang semakin kesal dengan sikap itu pun kembali membuka mulutku "HEY!" Teriakku. Ni El langsung memutar roda kemudinya, menepikan mobil yang kami tumpangi, memindahkan kakinya cepat, menginjak dalam rem mobilnya.Tubuhku yang terbanting keras ke sandaran kursi membuat amarahku semakin tersulut, aku menyampirkan poniku yang berantakan, menatap Ni El sinis "HEY! APA KAU SUDAH GILA?" Amukku kesal."KAU SENDIRI APA MASIH WARAS?" Bentaknya menatapku dengan maa melotot kesal.Ni El memalingkan wajahnya sambil melepaskan nafas besar, berusaha mengendalikan emosinya. Ia kembali menoleh menatapku lurus, membuatku mencengkram sabuk
Ni El mengusap darah segar yang mengalir dari luka di ujung bibirnya, ia melepaskan nafas besar lalu menoleh menatap Eugene lurus "maafkan aku," sahutnya canggung.Eugene hanya diam tertunduk dalam dengan tatapan kosong, mengabaikan permintaan maaf Ni El itu. Ia melepaskan nafas besar, membalikkan badannya hendak meninggalkan ruangan Ni El, namun Ni El menahan langkahnya."Sophie belum mengetahui apapun yang terjadi!"Tangan Eugene mengepal kuat mendengar kata - kata itu, ia menoleh kecil menatap Ni El sinis "lalu? Apa maumu sekarang?" Tanyanya menantang.Ni El kembali menghembuskan nafas besar dari mulutnya, ia menundukkan kepalanya sambil menggeleng kecil "aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang, tapi aku ingin meminta bantuanmu..." jawabnya meninggalkan harga dirinya.Amarah Eugene yang semakin tersulut, membuatnya melepaskan nafas kecil sambil menggeleng heran "apa aku terlihat seperti akan memberimu bantuan?" Tanyanya menghina. Euge
Dae Gil menghembuskan nafas panjang dari mulutnya, kembali mengarahkan pandangannya lurus padaku. Ia memaksakan senyum kecil sebelum kembali membuka mulutnya "aku menyesalinya..." sahutnya. Dae Gil meremas erat kedua tangannya sambil menunduk dalam, nafas berat kembali terdengar dari mulut Dae Gil. Ia menggelengkan kepalanya pelan "aku tidak seharusnya membohongi Ni El saat kami bercerai," lanjutnya penuh penyesalan.Mataku melebar kecil mendengar kejujuran itu, mulutku terbuka kecil hampa, aku terdiam tidak tahu harus mengatakan apa menanggapi perkataan itu.Dae Gil pun kembali mengeluarkan suaranya "aku tidak ingin ia terluka jika semua orang tahu bahwa kami bercerai karena ia memilih pria itu," bukanya. Dae Gil melepaskan nafas pelan "jadi aku berbohong pada wartawan, aku mengatakan kami bercerai karena perebutan ahli waris," lanjutnya terdengar berat."Tapi anda tidak menyangka bahwa itu akan sangat menyakiti HongDaepyo (CEO)?" Timpalku begitu
Waktu berlalu dengan senyuman, membuat Dae Gil semakin yakin bahwa semuanya kini baik - baik saja.Segalanya terasa seperti sebagaimana harusnya, seperti apa yang Dae Gil harapkan. Kebahagiaan Dae Gil semakin memuncak setelah mendengar kabar kehamilan Seo Hwa, sukacita yang tidak terbilang dengan kata - kata semkin memenuhi hati Dae Gil.Kelahiran Ni El, menjadi awal perjalanan baru mereka menuju kebahagiaan yang lebih dari sebelumnya.000Dae Gil terdiam menatap kosong keluar jendela teringat akan kebahagiaan mereka saat menggendong Ni El di hari kelahirannya. Senyumnya mengembang kecil meskipun sorot matanya sangat sayu.Aku hanya terdiam hanyut dalam keheningan, hatiku tiba - tiba ikut merasakan kesedihan yang Dae Gil simpan di dalam hatinya saat ini."Saat Ni El lahir dulu, aku sangat bahagia..." bukanya. Dae Gil memalingkan wajahnya menatapku lurus "hari itu aku berjanji akan membuatnya bahagia, aku berjanji akan memberikannya keluarga