Beranda / Rumah Tangga / Gairah di Balik Tirai Kehidupan / Bab 49: Kejadian yang Membuka Mata

Share

Bab 49: Kejadian yang Membuka Mata

Penulis: perdy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-13 23:30:50

Hari itu, Reno merasa semakin gelisah. Sudah beberapa hari terakhir ia merasakan ada yang aneh dalam sikap Alena. Meskipun Alena selalu berusaha menjelaskan bahwa itu hanya pekerjaan, ada sesuatu yang tidak bisa ia pahami. Ia tidak bisa membohongi perasaannya—ada jarak yang semakin besar antara mereka, sesuatu yang mulai terasa seperti celah yang tak bisa lagi ia abaikan.

Reno, yang mulai curiga, memutuskan untuk mengejutkan Alena. Ia tidak memberi tahu Alena, memilih untuk datang ke kantor dan menjemputnya secara tiba-tiba. Setibanya di parkiran gedung kantor, ia memarkirkan mobilnya dan berjalan ke arah pintu masuk dengan perasaan yang campur aduk—cemas, tapi juga bertekad untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Saat ia berjalan menuju pintu kaca, tiba-tiba ia melihat sesuatu yang membuat langkahnya terhenti. Di luar ruangan kerja yang terbuka, di teras kecil yang menghadap ke kota, ia melihat Alena sedang berdiri bersama Adrian. Mereka tampak sedan

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 50: Puncak Ketegangan

    Malam itu terasa sangat berbeda. Setelah pertemuan singkat mereka sebelumnya di ruang tamu, Reno tampak lebih tenang, tetapi tatapan matanya mengandung sesuatu yang lebih dalam—kekecewaan yang tak terucapkan. Alena merasakannya, tetapi ia tidak tahu bagaimana harus memulai pembicaraan yang begitu berat ini.Reno, yang biasanya penyabar dan pengertian, kini terlihat lebih serius dari biasanya. Ia duduk di ujung sofa, matanya terfokus pada Alena, yang merasa seolah-olah ada jurang besar antara mereka yang belum pernah ada sebelumnya. Suasana semakin berat, seiring dengan waktu yang berlalu tanpa satu kata pun keluar dari mulut mereka.Akhirnya, Reno membuka mulut. "Aku tidak bisa berpura-pura lagi, Alena," katanya, suara yang lebih rendah, namun tegas. "Aku melihatmu tadi, bersama Adrian. Aku tidak tahu harus bagaimana, tapi aku merasa seperti ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku."Alena terdiam, seluruh tubuhnya terasa kaku. Ia tahu bahwa ia harus berkata juj

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 51: Gairah yang Tersembunyi

    Adrian duduk di pinggir jendela, menatap langit yang perlahan memudar menjadi biru keabu-abuan. Hembusan angin malam menyapu rambutnya yang tergerai panjang, namun pikirannya jauh lebih berat daripada angin itu. Setiap detik yang berlalu semakin memperjelas satu hal: dia tidak bisa terus bersembunyi dari perasaannya sendiri. Ia tak bisa terus bertahan dalam kebingungan dan keraguan. Perasaan yang selama ini dipendam, yang selalu ia coba ingkari, kini meresap dalam setiap napasnya. Ia tahu, malam ini adalah malam yang tak bisa ditunda lagi.Alena, wanita yang telah menorehkan begitu banyak luka dan cinta di hatinya, sedang berada di ruang sebelah, sibuk dengan pekerjaannya. Suara ketukan penanya di atas kertas tidak mampu menghapus perasaan yang menguasai diri Adrian. Cinta. Cinta yang tumbuh diam-diam, namun kini telah meruntuhkan benteng pertahanannya. Tapi apakah ia siap menghadapinya? Dan apakah Alena, dengan segala keteguhannya, akan menerima perasaan itu?Malam te

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 52: Keheningan yang Memisahkan

    Setelah pertengkaran hebat dengan Reno, Alena merasa jiwanya kosong, seolah ada yang hilang dari dirinya. Keputusan yang terpaksa ia buat untuk menjaga jarak dari Adrian bukan karena perasaan hatinya yang berubah, tetapi karena rasa takut yang semakin besar menguasai dirinya. Ia tidak tahu bagaimana harus bersikap setelah mengungkapkan ketakutannya, dan ia merasa cemas setiap kali bertemu Adrian, khawatir jika perasaan itu akan semakin berkembang dan mengguncang dunia yang sudah ia bangun. Keheningan yang tercipta antara mereka semakin membekas di dalam hati Alena.Malam itu, setelah percakapan yang menegangkan, Alena berusaha untuk tidur dengan tenang. Namun, pikirannya terus berputar. Setiap kali ia memejamkan mata, bayangan wajah Adrian, dengan matanya yang penuh harap, terlintas dalam pikirannya. Ia tak bisa menyingkirkannya, tak bisa mengabaikannya. Namun, ia juga tak tahu bagaimana menghadapi kenyataan bahwa perasaan itu ternyata ada, bahkan lebih besar dari yang ia kir

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 53: Di Balik Alasan Profesional

    Hari demi hari berlalu, dan meskipun Alena berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaannya, perasaan yang mengganggu itu tetap menghantuinya. Adrian, dengan cara yang halus namun pasti, terus mencari cara untuk mendekatinya. Setiap kesempatan yang ada, dia selalu menemukan alasan profesional untuk berada di dekat Alena. Ia meminta pendapat Alena tentang berbagai keputusan kecil, mengundangnya untuk ikut dalam rapat yang sebenarnya bisa ia jalani sendirian, bahkan menawarkan proyek-proyek baru yang hanya bisa dikerjakan jika mereka bekerja sama. Semua itu dilakukan dengan tujuan yang sangat jelas: untuk mengembalikan kedekatan yang mereka miliki sebelum perasaan rumit itu muncul.Namun, meskipun Alena tahu bahwa tindakan Adrian lebih dari sekadar pekerjaan, ia berusaha keras untuk tetap bersikap profesional. Ia menahan dirinya untuk tidak terlarut dalam perasaan yang seharusnya tidak ada di tempat kerja. Alena mencoba menjaga jarak dengan cara yang paling sederhana, meskipun hatinya terus

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 54: Hujan yang Membawa Kepercayaan

    Malam itu, hujan turun dengan deras, meneteskan air ke trotoar dan menciptakan genangan di jalan-jalan kota. Suasana di luar terasa gelap, namun di dalam kafe kecil yang terletak di sudut jalan, cahaya lampu temaram memberikan kehangatan yang nyaman. Alena duduk di salah satu meja di dekat jendela, menatap hujan yang mengguyur dengan wajah kosong. Ia menyeduh kopi hitamnya, menikmati keheningan yang menyelimuti dirinya saat ia mencoba menenangkan pikirannya.Alena tidak ingin kembali ke rumah dalam hujan. Ia lebih memilih menunggu hingga hujan reda. Meski demikian, ia tahu bahwa keputusan itu akan membuatnya terlambat sampai rumah. Akhir-akhir ini, ia merasa ada terlalu banyak hal yang harus dipikirkan, terlalu banyak perasaan yang sulit untuk dihadapi. Ketegangan yang ada antara dirinya dan Adrian semakin menyulitkan, dan ia membutuhkan waktu untuk merenung.Saat ia meneguk kopinya, pintu kafe terbuka, dan seorang pria masuk, mengguncang tubuhnya dari hujan yang turun

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 55: Keputusan yang Sulit

    Setelah malam itu, semuanya terasa berbeda bagi Alena. Hujan yang turun deras seakan membawa sesuatu yang tak terungkapkan dalam dirinya. Pertemuan itu, dengan semua percakapan yang tak terduga dan sisi lain Adrian yang ia lihat, mulai menghantui pikirannya. Meskipun ia berusaha mengabaikan perasaan itu, kenyataan bahwa Adrian kini tidak hanya sekadar bosnya mulai semakin sulit untuk dipungkiri. Ada ketegangan yang muncul setiap kali ia berada di dekatnya, dan meskipun ia berusaha sekeras mungkin untuk tetap profesional, perasaan yang berkembang dalam dirinya mulai mengganggu pikiran dan konsentrasinya.Hari-hari setelah pertemuan malam itu terasa berbeda. Alena menyadari bahwa ia mulai mencari alasan untuk berinteraksi lebih banyak dengan Adrian. Setiap kali mereka bertemu di kantor, ia merasa seolah ada ikatan yang lebih kuat daripada sebelumnya, meskipun keduanya mencoba menjaga jarak secara profesional. Terkadang, dalam keramaian kantor, ia menangkap pandangan Adrian yang penuh pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 56: Perasaan yang Tak Terelakkan

    Alena berusaha keras untuk mengabaikan perasaannya terhadap Adrian. Setiap kali ia merasa ketertarikan itu mulai menguat, ia berusaha memadamkannya dengan berbagai cara. Ia mencoba fokus pada pekerjaannya, memusatkan perhatian pada tugas-tugas yang ada, berharap itu bisa mengalihkan pikirannya dari perasaan yang semakin sulit untuk dikelola. Namun, semakin ia mencoba menghindar, semakin terasa berat baginya. Adrian, yang selama ini tampak begitu tegas dan profesional, mulai menunjukkan perhatian yang lebih terang-terangan, membuat perasaan Alena semakin terperangkap dalam ketegangan yang tak terungkapkan.Semakin banyak waktu yang mereka habiskan bersama, semakin ia merasa bahwa ada sesuatu yang berkembang di antara mereka, meskipun mereka berusaha untuk tidak menunjukkannya. Adrian tidak lagi hanya memberikan instruksi atau masukan profesional, tetapi juga memperhatikan hal-hal kecil. Ia mulai menanyakan tentang kesejahteraan Alena, tentang apa yang ia suka, bahkan apa yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 57: Pengakuan yang Membingungkan

    Perjalanan malam itu terasa lebih lama dari biasanya, meskipun jarak antara kantor dan rumah Alena tidak begitu jauh. Mobil yang meluncur pelan di jalanan basah menyisakan percikan air yang terpantul dari lampu jalan. Di dalam mobil, suasana di antara Adrian dan Alena semakin terasa penuh ketegangan. Tidak ada lagi pembicaraan ringan atau basa-basi. Hanya suara hujan yang terdengar di luar dan desah napas mereka yang halus, menciptakan suasana yang semakin intim.Adrian, yang biasanya tegas dan terkontrol, kini tampak lebih rileks, meskipun ada ketegangan yang tak bisa disembunyikan di wajahnya. Ia melirik Alena sekilas sebelum akhirnya membuka percakapan dengan suara yang lebih lembut dari biasanya. “Alena,” katanya, memecah keheningan yang telah mengisi ruang mobil, “aku tahu kita sudah banyak berbicara tentang pekerjaan, tetapi… ada hal lain yang ingin aku bicarakan. Sesuatu yang lebih pribadi.”Alena menoleh ke arah Adrian, sedikit terkejut dengan perubahan dalam nada suaranya. Ia

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19

Bab terbaru

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 84: Simpang Siur Perasaan

    Malam itu, udara di sekitar restoran Italia klasik terasa begitu berat. Alena menggenggam gelas wine-nya, mencoba meredakan getaran halus pada tangannya. Cahaya lilin di meja menyinari wajahnya yang tampak lelah, bayangan keraguan terpantul di antara bayangan api yang bergoyang.Sebenarnya, sudah berpekan-pekan ia hidup dalam ketegangan yang mencekam. Setiap gerak-gerik Reno yang mencoba menyelidiki masa lalunya, setiap pertanyaan Adrian yang menusuk ke dalam lapisan terdalam perasaannya, semua terasa seperti jaring yang perlahan-lahan menciutkan ruang geraknya.Adrian duduk di hadapannya, tampan dengan kemeja abu-abu yang rapi. Tatapannya tajam namun lembut, seolah-olah ia bisa membaca setiap pikiran tersembunyi di balik topeng yang Alena kenakan selama ini."Kamu sudah memesan risotto jamur?" tanya Adrian, memecah keheningan yang mencekam.Alena tersenyum tipis. "Sudah. Kamu tahu aku selalu suka masakan Italia."Mereka berbincang tentang pekerjaan awalnya. Proyek besar yang tengah m

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 84: Terpojok

    Alena menatap layar laptop dengan pandangan kosong. Presentasi yang seharusnya dia selesaikan sejak dua jam lalu masih terbuka pada slide yang sama. Pikirannya tak bisa fokus; bayang-bayang wajah Reno yang curiga dan tatapan Adrian yang penuh harap silih berganti memenuhi benaknya."Alena?"Suara Mira, rekan kerjanya, menyadarkan Alena dari lamunan."Ya? Maaf, aku sedang—""Melamun," potong Mira sambil tersenyum. "Aku memanggilmu tiga kali."Alena menghela napas, menutup laptopnya. "Hari yang panjang.""Kau oke? Belakangan ini kau sering terlihat... tidak di sini.""Aku baik-baik saja," Alena memaksakan senyum, jawaban otomatis yang belakangan ini terlalu sering dia ucapkan.Mira melirik jam dinding. "Sudah jam enam. Pulang?""Kau duluan saja. Aku masih harus menyelesaikan slide presentasi."Setelah Mira pergi, Alena memeriksa ponselnya. Dua pesa

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 83: Penyelidikan

    Reno menatap layar komputernya tanpa benar-benar melihat. Pikirannya melayang jauh, kembali pada percakapan dengan Alena semalam. Bagaimana air mata wanita itu mengalir saat dia mengungkapkan rencananya untuk melamar. Bagaimana Alena tidak mampu menjawab pertanyaan sederhana tentang perasaannya."Reno? Reno!"Suara keras menyadarkannya. Bayu, rekan kerjanya, berdiri di depan mejanya dengan tumpukan dokumen."Maaf, Bay. Ada apa?" Reno mengusap wajahnya, berusaha kembali fokus."Ini laporan untuk meeting besok. Kau oke? Wajahmu seperti orang yang tidak tidur seminggu."Reno tersenyum lemah. "Hampir benar. Ada... masalah pribadi."Bayu menarik kursi, duduk di hadapan Reno. "Alena?"Reno mengangguk pelan. "Bagaimana kau tahu?""Kawan, wajahmu seperti buku terbuka," Bayu tertawa kecil. "Ada apa? Kalian bertengkar?"Reno terdiam sejenak, menimbang apakah sebaiknya dia membicarakan hal ini. Tapi beban di dadanya terasa terlalu

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 82: Pengakuan yang Tertahan

    Cahaya temaram restoran menyinari wajah Reno yang terlihat lebih kaku dari biasanya. Suasana restoran Italia yang biasanya menjadi favorit mereka kini terasa mencekam. Alunan musik klasik yang lembut di latar belakang bahkan tidak mampu melunakkan ketegangan yang menggantung di antara mereka.Alena mengaduk pasta di hadapannya tanpa minat. Sudah hampir lima belas menit mereka duduk dalam diam. Reno sesekali melirik Alena, sementara wanita itu terus menghindari tatapannya."Kamu tidak menyentuh makananmu," ucap Reno akhirnya, memecah keheningan.Alena mengangkat wajahnya, mencoba tersenyum. "Aku tidak terlalu lapar.""Kamu yang memilih restoran ini." Reno meletakkan garpunya perlahan. "Kamu yang bilang ingin pasta carbonara mereka. Tapi sekarang kamu bahkan tidak menyentuhnya."Alena menghela napas. "Maaf. Hari ini melelahkan.""Sudah berapa lama kita seperti ini, Len?" tanya Reno tiba-tiba. Matanya menatap Alena dalam-dalam. "Berapa lama kit

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 81: Kecurigaan

    Reno mengaduk kopinya tanpa semangat. Matanya tak lepas dari pemandangan di sudut kantin kantor. Alena dan Adrian. Mereka duduk berhadapan, terlalu dekat untuk sekadar rekan kerja. Tawa Alena terdengar renyah—tawa yang sudah jarang Reno dengar belakangan ini. "Mereka cuma rekan kerja," gumam Reno pada dirinya sendiri, berusaha menenangkan pikiran yang mulai liar. Namun, matanya menangkap sesuatu yang berbeda. Cara Alena menatap Adrian, cara jemarinya gugup memainkan sedotan minumannya, cara dia menunduk saat Adrian membisikkan sesuatu. Reno tahu gelagat itu. Lima tahun bersama Alena membuatnya hafal setiap bahasa tubuhnya. Ponsel Reno bergetar. Pesan dari klien yang harus segera ditanggapi. Dengan enggan, dia beranjak dari kantin, melemparkan pandangan terakhir ke arah meja Alena. Tepat saat itu, mata mereka bertemu. Alena tersentak, seolah tertangkap basah. Waj

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 80: Puncaknya

    "Salah paham? Semua orang di kantormu membicarakan hubunganmu dengan Adrian, dan kau bilang aku salah paham?""Mereka hanya iri karena karirku maju dengan cepat!""Karena bosmu memberikan perhatian khusus, tentu saja!" balas Reno sarkastik.Alena menggelengkan kepala, air matanya mulai jatuh. "Aku tidak percaya kau mempertanyakan integritas profesionalku. Kau pikir aku tidur dengan bosku untuk naik jabatan?"Kata-kata itu menggantung di udara, berat dengan implikasi yang tidak pernah Reno ucapkan tapi jelas terpikir olehnya. Ia terdiam, terkejut dengan arah pembicaraan mereka."Lena, aku tidak—""Tidak usah disangkal. Itu yang kau pikirkan, kan?" Alena menyeka air matanya dengan kasar. "Itu sebabnya kau menyelidikiku seperti detektif. Itu sebabnya kau bertanya pada orang-orang di kantorku tentang aku. Kau tidak percaya padaku!""Bagaimana aku bisa percaya jika kau terus menyembunyikan hal-hal dariku?" Reno berusaha mengendalikan

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 79: Investigasi Hati

    Reno memandangi layar ponselnya, jemarinya mengetuk-ngetuk meja kafe dengan gelisah. Ia telah menunggu selama lima belas menit, dan kesabarannya mulai menipis. Hujan rintik-rintik di luar menambah kegelisahan yang sudah menggerogoti pikirannya selama berminggu-minggu."Maaf, aku terlambat," ucap Bima, teman kuliahnya dulu yang kini bekerja di departemen IT di perusahaan tempat Alena bekerja. Pria berkacamata itu melepas jaket yang basah oleh air hujan dan duduk di hadapan Reno."Tidak masalah," jawab Reno, meski nadanya kontradiktif dengan kata-katanya. "Terima kasih sudah mau bertemu."Bima memesan kopi pada pelayan yang lewat, lalu menatap Reno dengan sorot mata penasaran. "Jadi, ada apa sampai harus bertemu mendadak begini? Tidak biasanya kau menghubungiku."Reno menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberanian. "Ini tentang Alena.""Pacarmu? Ada apa dengannya?""Kau bekerja di perusahaan yang sama, kan? Aku ingin tanya... apa kau mende

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 78: Batasan yang Memudar

    Alena menatap email di layar komputernya dengan jantung berdebar. Pesan singkat dari Adrian, memintanya datang ke ruangan direktur pukul dua siang. Tidak ada penjelasan, tidak ada agenda meeting yang terlampir. Hanya permintaan untuk bertemu empat mata.Sejak insiden Reno datang ke kantor minggu lalu, Alena sengaja mengurangi interaksi dengan Adrian. Pertemuan langsung dibatasi pada rapat tim, diskusi pekerjaan selalu dilakukan dengan kehadiran orang lain. Strategi yang bisa mengurangi gosip, sekaligus menjaga jarak profesional dengan Adrian—setidaknya itu yang ia katakan pada dirinya sendiri.Namun kini, saat jarum jam menunjukkan pukul dua kurang lima menit, Alena tidak bisa mengabaikan kegugupan yang melandanya. Ia merapikan dokumen di mejanya, mengambil notes kecil—setidaknya untuk memberi kesan ini adalah pertemuan formal—lalu berjalan menuju ruangan Adrian di ujung koridor."Masuk," suara Adrian terdenga

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 77: Bisikan-bisikan

    Alena merasakan tatapan-tatapan itu bahkan sebelum ia melangkahkan kaki ke ruang pantry. Pembicaraan yang tiba-tiba terhenti ketika ia masuk, lalu dilanjutkan dengan bisikan-bisikan pelan—semua itu menjadi rutinitas barunya selama seminggu terakhir."Pagi," sapanya pada sekelompok kecil staf yang sedang berkumpul di meja. Beberapa hanya tersenyum tipis, sementara yang lain mengangguk singkat. Sari, staf bagian keuangan yang biasanya ramah, kini hanya melirik sekilas sebelum kembali sibuk dengan kopinya.Alena mengambil cangkir dan menyeduh kopi dalam diam. Telinganya menangkap potongan percakapan yang sengaja dipelankan."...kemarin mereka makan malam berdua lagi...""...katanya sampai jam sebelas malam masih di restoran itu...""...jelas dia naik jabatan karena itu..."Tangannya sedikit gemetar saat menuangkan kopi, membuat beberapa tetes tumpah di meja. Ia cepat-cepat membersihkannya dengan tisu."Hai, butuh bantuan?"

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status