Revel menatap penuh minat pada ponsel di tangan kanannya, seulas senyum sinis tersungging di wajah tampannya yang tampak jelas sedang merencanakan sesuatu. Entah apa. Hanya pria itu sendiri dan Tuhan yang tau. Yang pasti sesuatu itu dapat membuat hati Revel senang. Tak heran senyum terulas di wajah yang biasanya dingin dan datar!
“Dasar cowok bodoh! Gue akan bikin cewek lo ngeliat sendiri gimana kelakuan busuk lo itu malam ini!” gumam Revel lirih, hanya pada dirinya sendiri.Dengan wajah puas, Revel mengantongi ponselnya serta turun menuju ruang makan dan menemukan keluarganya sudah berkumpul. Lengkap, tanpa kurang satu orangpun. Selalu seperti itu dari dulu, lebih tepatnya sejak orangtuanya resmi menikah di saat usianya sudah beranjak 5 tahun.Revel menggeleng, mengingat masa dimana dirinya sempat merasa kesepian karena tidak mengetahui keberadaan sang papa, sejak lahir, hanya ada mama di samping Revel.Tidak heran kalau Revel selalu menatap iri pada teman-temannya yang bisa bermain dengan ayah masing-masing, terlihat gembira. Bermain bola bersama. Diangkat tinggi-tinggi seperti sedang melayang di udara. Dan masih banyak hal lainnya.Hal yang hanya bisa dilakukan oleh seorang ayah.Tidak heran kalau Revel sering berdoa, meminta pada Tuhan agar dirinya juga memiliki seorang ayah! Dan ternyata Tuhan berkenan mengabulkan doanya!Setelah orangtuanya resmi menikah, Revel akhirnya bisa tumbuh dalam keluarga yang utuh dan harmonis. Dan sesibuk apapun papanya dalam mengurus perusahaan, tapi sang papa tidak pernah melupakan keluarga.Begitu juga dengan mamanya yang selalu memberi perhatian penuh pada suami dan anak-anaknya. Termasuk Revel tentunya.Hal itulah yang membuat Revel sangat menghormati kedua orangtuanya, bahkan boleh dibilang Revel begitu memuja mereka. Bagi Revel, kedua orangtuanya adalah panutan meski tidak sempurna, tapi banyak hal yang dapat Revel pelajari dari mereka, tentu hal yang baik saja.Apa yang pernah terjadi pada hubungan orangtuanya di masa lalu membuat Revel bisa belajar banyak hal. Hal yang tidak bisa dipelajari di sekolah ataupun kampus. Karena itu adalah bagian dari pelajaran hidup dan hanya bisa dipelajari di UK alias Universitas Kehidupan! Dan pelajaran itu berlangsung seumur hidup!Tepat saat Revel tiba di ruang makan, Claire, mamanya, menoleh dan memanggil nama Revel dengan lantang. Heboh. Ceria. Itulah ciri khasnya. Jika tidak heboh, berarti bukan mamanya! Dan meski berisik, tapi Revel menyukai suara nyaring sang mama!Ibarat kata, suara mamanya bagaikan burung yang tidak pernah berhenti berkicau. Nyaring. Bising. Namun jika tidak ada akan terasa sepi!“Revel! Ayo kita makan malam. Papa kamu udah ribut lapar dari tadi tuh!”“Iya, Ma,” jawab Revel patuh, khas anak penurut.Mereka menikmati santap malam bersama dengan sedikit obrolan ringan.“Bagaimana dengan kuliah kamu, Revel?” tanya papanya, Levin, sambil lalu.“Nothing special, Pa. Tahun depan setelah lulus, aku berencana mengambil kuliah master di Melbourne,” jawab Revel memberitahu keinginannya yang sudah terpendam cukup lama kepada orangtuanya.Dan baru hari inilah Revel mengatakannya secara gamblang, semoga saja papa Levin dan mama Claire tidak menentang rencananya!“Kamu yakin? Apa kamu betah tinggal sendirian disana?” tanya mama Claire.“Ma, aku bukan anak kecil lagi! Dan aku bukan seorang nerd, jadi Mama tidak perlu khawatir karena aku pasti akan memiliki banyak teman disana, tidak sendirian seperti yang Mama takutkan!” balas Revel gemas.Mama Claire selalu seperti itu. Memperlakukan Revel seolah dirinya masih anak kecil! Padahal umurnya sudah 20 tahun! Revel menoleh saat mendengar cekikikan kecil, kedua adik kembarnya itu pasti sedang menertawakannya lagi!Mereka sangat suka jika melihat Revel kesal seperti ini. Terlebih mereka juga tau kalau Revel merasa risih jika mama Claire masih menganggapnya seperti anak kecil! Iyalah! Mana ada pria dewasa yang suka diperlakukan seperti anak kecil? Jika ada, mungkin pria itu punya kelainan!“Kalian kenapa ketawa?” tanya Revel sebal.“Ihh! Jadi cowok kok sensi amat sih?” kekeh Brianna jahil sambil menjulurkan lidah.Revel mendengus, tidak bisa menjawab atau mengomeli adiknya. Semenyebalkan apapun mereka, tetap saja Revel sangat menyayangi kedua adik kembarnya. Brian dan Brianna.Claire memandang ketiga anaknya, memutus perdebatan kecil diantara mereka.“Iya, sorry! Mama kan cuma khawatir. Lagipula apa pacar kamu nggak protes kalau kamu tinggalin dia sendirian disini? Nggak takut dia kecantol sama cowok lain yang lebih ganteng daripada kamu?”“Pacar apa sih, Ma? Aku belum punya pacar!” balas Revel malas, sadar kalau sang mama hanya menggodanya saja atau mungkin ingin sekalian mengorek informasi? Bisa jadi!“Masa? Terus dari kemarin yang sering telepon dan jalan sama kamu siapa kalau bukan pacar?” tanya mama Claire kepo.“Mereka cuma teman kuliahku, Ma.”“Ahh! Teman apanya coba? Anak sama bapak emang sama aja! Sama-sama playboy! Jangan kamu pikir Mama nggak tau ya kalau kamu sering jalan sama banyak cewek!” gerutu Claire jadi kesal sendiri saat mengingat masa lalu suaminya yang adalah mantan playboy sejati yang sering berkencan dengan banyak wanita!Revel melirik ke arah papa Levin dan menahan tawa, tampak jelas wajah papa Levin yang begitu frustasi kalau mama Claire sudah berbicara mengenai masa lalunya. Entah kenapa sifat mamanya begitu ajaib, padahal papanya sudah lama tobat, tapi tetap saja kena omel jika membahas masalah pacar!Mama Claire memang ahli sejarah sejati! Tidak pernah melupakan masa lalu barang sedetikpun! Tidak heran kalau papa Levin tidak berani macam-macam, dosa masa lalu saja masih dibahas, apalagi kalau buat dosa masa kini? Habislah sudah! Tamat riwayatnya! The end! Game over!“Claire, please deh! Kita lagi makan malam. Jangan bikin anak-anak pusing dengan omelan kamu,” pinta Levin.Mama Claire menoleh kepada ketiga anaknya. Revel. Brian. Brianna. Mereka hanya nyengir mendengar ucapan sang papa. Sadar kalau sebenarnya itu hanya akal-akalan papa Levin agar mama Claire tidak lagi berkicau mengenai masa lalu kelam sang papa.Mama Claire mengangkat bahu, tidak lagi membahas masa lalu suaminya yang menyebalkan. Begitulah mama Claire, cepat tersulut tapi cepat reda juga ocehannya.“Pokoknya Mama nggak mau kamu ceroboh atau salah pergaulan ya, Revel! Kalau sampai kamu melanggar, Mama tidak akan tinggal diam!” tegas mama Claire.“Papa juga sama dengan Mama kamu, Revel. Hargailah wanita, jangan pernah mempermainkan mereka,” tambah papa Levin.“Cih! Kayak sendirinya nggak pernah mempermainkan wanita aja!” cibir mama Claire telak membuat papa Levin merengut kesal, tidak bisa menjawab ucapan istrinya.Revel menggigit bibir, menahan tawa yang hampir meledak. Orangtuanya memang lucu.Mereka saling mencintai. Ralat! Mereka berdua udah cinta mati satu sama lain sejak dulu, tapi sering bertengkar juga! Aneh!“Mama Papa tenang aja, okay? Aku akan ingat nasehat kalian berdua,” jawab Revel mencoba menenangkan orangtuanya. Berharap mereka tidak lagi berdebat.“Mama pegang ucapan kamu. Awas kalau ingkar!” ancam mama Claire.“Beres, Ma! Btw abis ini aku mau pergi ke acara pesta temen kampusku ya, Ma, Pa,” lanjut Revel mencoba mengalihkan pembicaraan.“Pulang jam berapa?”“Mungkin tengah malam.”“Tengah malam? Emangnya kamu nemenin mbah kunti?” tanya mama Claire asal.Revel yang mendengar pertanyaan mama Claire hanya bisa mendesah kesal.Mamanya seperti nggak pernah muda aja deh!“Acaranya aja baru mulai jam 9 malam, Ma. Namanya juga pesta anak muda,” balas Revel mencoba sabar dengan kelakuan ajaib sang mama.“Ya udah. Pokoknya jaga diri kamu jangan sampe salah pergaulan. Cuma itu pesan Mama,” ulang mama Claire tegas.“Siap, Ma!”Izin dari sang mama membuat Revel bersorak, semakin tidak sabar ingin segera melesat pergi ke tempat dimana ‘pertunjukkan’ seru akan berlangsung!Jill menatap tampilan wajahnya dari cermin meja rias. Tangannya dengan lincah mengaplikasikan eyeliner tipis, hanya untuk menegaskan garis mata yang sebenarnya memang sudah terlihat cantik. Terakhir, dirinya memoleskan lipstick berwarna peach ke bibirnya. Warna yang menurut Jill paling cocok dengan kulit wajahnya yang putih bersih.‘Perfect! Sekarang waktunya berpesta, Jill!’ batin gadis itu pada dirinya sendiri.Sekali lagi, sebelum keluar kamar, Jill memastikan penampilannya yang sudah sempurna. Cantik. Itulah dirinya. Siapapun pasti akan mengakui kecantikannya. Jill patut berbangga diri karena anugerah yang Tuhan berikan padanya.Dengan tubuh tinggi semampai bagaikan model, wajah oval, alis yang melengkung indah, mata berbentuk almond dengan double eyelid alami, hidung mancung dan bibir tipis berwarna pink cerah. Jill beruntung tidak perlu bersusah payah untuk mempercantik diri karena sudah terlahir cantik alami.“Ma, aku pergi dulu ya.”“Okay! Jangan terlalu banyak minum alkohol d
Jill terdiam saat pria itu tanpa ragu menyebutkan namanya, ia pikir pria itu akan menghindar saat Jill menanyakan namanya, nyatanya tidak! Detik itu juga Jill merasa hatinya terusik, seolah nama Revel memiliki arti tersendiri. Tapi apa? Entahlah! Jill tidak ingat! Padahal Revel bukan nama yang umum di Indonesia kan? “So, apa yang akan lo lakuin sama cowok brengsek lo itu?”Pertanyaan Revel membuat Jill tersentak. Gadis itu seperti baru tersadar akan tujuannya datang kesini dan menoleh sengit ke arah Alvaro yang saat ini malah asyik berciuman dengan wanita selingkuhannya! Ciuman yang begitu bernafsu membuat Jill jijik! Ciuman yang membuat Jill muak! Ciuman yang membuat amarah Jill semakin menggelegak! Tanpa ragu Jill melangkah ke arah Alvaro, kekasihnya yang masih asyik berciuman panas dengan wanita yang tampak jelas penuh dengan kepalsuan! ‘Pasti itu badan isinya silicon semua!’ geram Jill, tidak habis pikir kenapa Alvaro bisa tertarik dengan wanita semacam itu! Tentu saja Jill sa
Dengan hati sedih Jill melangkah cepat menuju mobilnya, tadi Jill masih bisa menahan diri untuk tidak menangis di depan Alvaro, tapi sekarang tidak lagi! Yang ingin Jill lakukan hanya menangis meraung-raung menumpahkan kekesalan, kekecewaan dan sakit hatinya akibat kelakuan brengsek Alvaro!Pria yang sudah dikencaninya selama 3 tahun! Pria yang dipercayainya! Pria yang dicintai tapi ternyata tega mengkhianatinya seperti ini!‘Sialan! Apa yang kurang dari gue sampe bikin Alvaro selingkuh sama wanita silicon macam itu?!’ geram Jill tidak terima. Marah karena telah menghabiskan waktunya yang berharga dengan pria brengsek macam Alvaro!Jill tidak menduga kalau Alvaro akan tega membodohinya seperti ini! Sungguh, Jill merasa dirinya begitu bodoh karena selalu percaya akan ucapan pria brengsek itu! Entah sudah berapa banyak wanita yang rela dijadikan selingkuhan oleh Alvaro di belakang Jill!Lalu pikiran Jill kembali saat Alvaro mencium selingkuhannya dengan begitu bernafsu, tanpa mempedul
Jill mengangguk penuh tekad. Berusaha mengenyahkan masalah Alvaro jauh-jauh dari benaknya. Ya, Jill tidak ingin Gwen curiga dan malah jadi khawatir padanya. Hari ini adalah hari ulang tahun sahabatnya, jadi Jill tidak ingin mengacaukannya hanya karena masalah percintaan Jill dengan pria brengsek macam Alvaro! Tidak penting!Jill melangkah turun di lobby hotel tempat acara pesta ulang tahun Gwen diadakan, hotel bintang lima yang begitu mewah. Jill mengulurkan kunci mobilnya pada petugas valet parking, tidak ingin pusing mengurus masalah parkir!Apalagi Jill sudah terlambat sejak tadi! Dan jika masih harus dipusingkan oleh masalah parkir, itu akan membuat Jill tiba semakin lama. Bisa-bisa acara sudah selesai, tapi Jill baru datang! Bisa habis diomeli oleh sahabat bawelnya nanti!“Jill, akhirnya lo datang juga!” sambut Gwen sambil memeluk sahabatnya dengan sayang. Sahabat yang dijumpainya sejak mereka masih berseragam putih biru. Alias SMP! Sahabat yang bertahan sampai sekarang meski ser
Jill mengerang pelan, kepalanya terasa begitu pusing. Berputar seperti baling-baling bambu doraemon. Dengan malas Jill bergerak mengambil minum di samping nakas. Haus. Itulah yang dirinya rasakan. Alkohol benar-benar bisa membuat orang menjadi dehidrasi!Pandangan Jill tertumbuk pada Gwen, sahabat yang tidur di sampingnya. Hah! Pasti orangtuanya kalang kabut mencarinya lagi karena semalaman tidak pulang! Jill begitu larut ingin melupakan masalahnya hingga lupa mengabari orangtuanya kalau dirinya akan menginap di rumah Gwen.‘Alamat bakal diomelin lagi nih!’ keluh Jill sambil memegang kepalanya yang masih berdenyut pusing akibat alkohol.“Gwen, bangun donk!”“Bentar lagi, Jill. Gue masih ngantuk!” gumam Gwen serak, enggan membuka mata.“Mobil gue ada dimana?” tanya Jill mengacuhkan ucapan Gwen, memaksa gadis itu untuk berpikir meski rasanya sia-sia.“Tanya supir gue aja. Gue juga nggak tau. Udah ngantuk banget semalem!” balas Gwen dengan nada malas, masih enggan membuka mata. Matanya m
“Ngapain lagi lo datang kesini? Semalam kan gue udah bilang kalau kita putus! Emang lo budek ya? Jadi lo nggak perlu lagi datang ke rumah gue! Urus aja selingkuhan lo itu! Dan satu hal lagi, jangan pernah panggil gue sayang. Gue muak dengarnya! Paham?!” murka Jill, menumpahkan emosinya akibat pengkhianatan Alvaro. “Sayang, kamu salah sangka. Itu bukan selingkuhan aku, dia cuma….”“Cuma apa? Jangan coba-coba bohongin gue! Lo pikir gue buta?! Semalam gue liat semuanya! Gue liat waktu lo meluk dan nyium cewek sialan itu! Sumpah, sangat amat menjijikkan dan bikin gue mual! Gue nggak nyangka kalau lo bisa bertingkah semenjijikkan itu di tempat umum!” hina Jill berapi-api.“Sayang, itu…..”Jill mengangkat tangan, tidak menyangka kalau Alvaro adalah tipikal pria bebal yang tidak memahami ucapannya sama sekali dan masih bersikeras memanggilnya sayang! Dasar pria kurang ajar tidak tau malu! Heran, bagaimana bisa Jill sebegitu butanya dulu hingga tidak menyadari kalau Alvaro adalah pria brengs
Revel memperhatikan Jill tanpa gadis itu sadari. Senyum tipis muncul di wajah pria itu. Entah kebetulan atau memang takdir, karena tanpa direncanakan Revel kembali bertemu dengan gadis angkuh itu. Revel menghabiskan minumannya dalam sekali teguk dan berjalan mendekati Jill yang masih tampak kesal. Revel ingin tau apa yang sedang Jill pikirkan hingga wajah cantiknya tampak begitu menakutkan, persis seperti singa betina yang baru saja melahirkan dan tidak ingin diganggu oleh siapapun! Namun bukan Revel namanya jika tidak berani mendekati Jill, jadi meski sadar kalau gadis yang menjadi incarannya sedang berada dalam suasana hati yang buruk, tapi tidak menggoyahkan niat Revel untuk tetap mendekatinya. Cari mati mungkin istilah tepatnya. Atau mungkin Revel malah sengaja ingin memancing emosi Jill? Karena pertanyaan pertama yang Revel ajukan membuat Jill langsung mendelik kesal!Pertanyaan yang bernada mengejek! “Gimana rasanya jadi jomblo karena diselingkuhin?” tanya Revel mendadak mem
Tanpa dapat dicegah Jill menatap Revel dalam-dalam, pria berwajah tampan yang tidak dikenalnya. Tapi benarkah pria yang ada di hadapannya ini adalah pria asing? Kenapa Jill merasa begitu familiar dengan wajah dan namanya? Apa mereka pernah bertemu sebelum ini? Tapi dimana? Dan kapan? Kenapa Jill tidak bisa mengingatnya sama sekali?Apa memori otaknya mulai bermasalah? “Udah puas liatin wajah tampan gue?” ejek Revel membuat Jill tersentak dengan wajah merona, malu karena tertangkap basah sedang memandang wajah Revel! Bagaimana bisa Jill ceroboh dan mempermalukan dirinya seperti ini sih?Bagus mereka sedang berada di bar dimana cahayanya begitu temaram hingga Revel tidak bisa melihat wajah Jill yang pasti sudah semerah kepiting rebus! Jika tidak, pria itu pasti akan mengejeknya lagi! Syukurlah! “Geer banget sih!” dengus Jill untuk menutupi rasa malunya, membuat Revel terkekeh, tidak ingin membahasnya lagi dan malah menanyakan hal yang menjadi topik pembicaraan mereka
Satu tahun kemudian…Di salah satu hotel bintang lima terlihat dekorasi yang begitu mewah namun terkesan elegan, tidak norak. Jill memasuki ballroom sambil menggandeng lengan Revel yang sedang menggendong baby Luiz. Di umur yang hampir menginjak tiga tahun, baby Luiz terlihat semakin tampan, mengikuti wajah Revel.Di belakang mereka ada seorang baby sitter sambil mendorong stroller kosong, untuk jaga-jaga jika Luiz mengantuk di tengah acara pesta. Sejak beberapa bulan yang lalu, Jill akhirnya menyerah pada bujukan Revel dan mengikuti keinginan suaminya yang tidak tega melihatnya kelelahan jika harus mengurus Luiz sendirian.‘Aku nggak mau kamu terlalu capek dan jatuh sakit, Baby. Apalagi selain mengurus Luiz, kamu juga masih harus mengurusku.’Ya, sejak menikah dengan Revel, Jill memang ingin mengurus keperluan suami dan anaknya sendiri, bahkan dirinya sampai rela berhenti kerja hanya untuk mengurus rumah tangganya. Jill lebih memilih menjadi ibu rumah tangga daripad
Beberapa bulan kemudian….Revel menatap bangga pada putranya yang semakin pintar, lucu dan menggemaskan. Disela-sela kesibukannya sebagai seorang pengusaha, bermain dengan buah hatinya merupakan kebahagiaan tersendiri untuk Revel. Dan sekarang di waktu santai, itulah yang dirinya lakukan.Bermain dengan Luiz sepuasnya sekalian menggantikan tugas Jill menjaga anak meski hanya sementara. Perhatian Revel beralih dari Luiz kepada Jill yang baru saja memasuki ruang keluarga dengan piring buah di tangannya. Hal yang memang biasa dilakukan setiap hari. Makan buah agar sehat.Senyum lebar mengembang di wajah cantik Jill yang tampak polos, tanpa adanya jejak make up sama sekali, namun tidak menutupi kecantikan alami yang terpancar jelas. Kecantikan yang membuat Revel tidak bisa mengalihkan pandangan barang sedetik pun dari istrinya. Dari dulu.“Hei, kamu lagi main apa sama Papa? Kok senang banget sih?” tanya Jill sambil menggoyangkan tangan kecil Luiz. Tidak ada jawaban
“Jadi siapa nama cowok yang kemarin, Jill?” cecar Jessie tidak sabar saat datang ke rumah Jill pagi-pagi, persis dengan gaya ibu-ibu komplek yang begitu penasaran akan gossip terbaru! Tidak ingin ketinggalan berita! “Cowok? Oh yang itu! Masa lo nggak kenal sih? Bukannya udah pernah ketemu ya pas pergi sama gue?” tanya Jill masih tidak percaya kalau Jessie tidak mengenal pria yang kemarin membuat gadis itu sampai ternganga takjub!“Mana ada? Belom lah! Kalau udah gue nggak mungkin lupa sama cowok ganteng begitu!” sanggah Jessie yakin, mengulang ucapannya kemarin.“Masa iya sih?” tanya Jill sambil mengusap dagunya pelan, berpikir keras.“Jangan kebanyakan mikir! Cepet kasih tau gue siapa namanya? Gue udah penasaran dari kemarin tau!” cecar Jessie lagi membuat Jill berdecak sebal karena seperti sedang dikejar oleh debt collector!“Tuh cowok namanya Jayden! Dia temen gue yang kerja sebagai bartender!”“Bartender?” ulang Jessie lemas. Seolah harapannya untuk
Matthew menatap Gwen yang baru saja selesai mandi. Akhirnya malam ini mereka resmi menjadi sepasang suami istri. Hal yang tidak berani Matthew bayangkan sebelumnya, terlebih saat mengingat waktu Gwen menjauhinya dulu, begitu membuatnya frustasi. Apalagi istrinya itu sangat sulit dibujuk!Hati Matthew menghangat saat melafalkan kata ‘istri’ meski hanya dalam hati. Dadanya bergemuruh dipenuhi euphoria yang bernama kebahagiaan. Matthew masih asyik dengan pikirannya saat Gwen bertanya dengan nada heran,“Kamu belum mau mandi?”“Ini aku baru mau mandi,” jawab Matthew agak kikuk, belum terbiasa berada berduaan dengan wanita yang telah resmi menjadi istrinya hari ini dalam satu kamar. Gwen mengambil hairdryer dan mengeringkan rambut, tidak ingin tidur dalam keadaan rambut basah karena bisa bikin kepalanya sakit nanti. Gwen sedang fokus dengan rambut dan hairdryer di tangannya saat tangan Matthew memeluk pinggangnya dari belakang. Refleks wanita itu memekik kaget!“Asta
Lamunan Revel mengenai perusahaan pupus saat melihat Jill menggeliat dan membuka matanya perlahan, berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya matahari sore yang menerpa indera penglihatannya. “Hei, kamu udah pulang dari tadi?”“Nggak kok, baru aja. Kamu pasti capek banget sampe ketiduran gini.”“Nggak juga kok, cuma anginnya enak aja bikin aku ngantuk dan ketiduran,” kilah Jill tidak ingin membuat Revel khawatir dan malah menambah beban pikiran sang suami yang pasti sudah begitu banyak, apalagi dengan masalah perusahaan yang pasti tidak akan pernah ada habisnya.Revel hanya mengangguk, sadar kalau Jill tidak ingin membuatnya khawatir.“Jadi gimana kantor hari ini? Banyak kerjaan?”“Ya begitulah, setiap hari pasti ada aja.”“Tapi nggak ada masalah kan?”“Nggak kok, semuanya aman. Kamu tenang aja, okay?”Jill mengangguk, menggendong baby Luiz perlahan agar tidak membuatnya terbangun dan membaringkannya di baby box.Beberapa bulan kemudian…
Dokter dan suster yang melihat kejadian itu tidak urung menatap Revel dengan raut kasihan tapi juga geli. Revel yang menyadari kalau mereka hampir terbahak melihat apa yang terjadi barusan hanya bisa menunduk, karena lagi-lagi harus menahan malu akibat ulah istrinya! Nasib!Sejak dulu Jill memang sudah menjadi titik kelemahannya. Begitu juga kali ini, Revel harus rela menurunkan wibawanya di depan dokter dan suster yang bertugas. Revel sadar kalau sebentar lagi cerita mengenai dirinya yang dianiaya oleh Jill pasti akan tersebar luas! Tapi ya sudahlah, terima nasib aja! Siapa yang menyangka kalau Revel akan cinta mati pada wanita sebar-bar ini? Iya kan?“Selamat ya, Pak. Bayinya laki-laki dan terlahir sehat,” ucap dokter.Dengan penuh haru Revel menatap bayinya. Bayi yang merupakan perpaduan antara dirinya dengan Jill! Astaga! Bagaimana bisa Tuhan menciptakan bayi setampan ini? Memang sih, Revel sadar kalau dirinya tampan dan Jill juga cantik, tapi tetap saja dirinya
Revel berdecak gemas karena pertanyaannya malah dijawab asal-asalan oleh Jill! Padahal dirinya sedang bertanya serius! Sangat amat serius! Revel ingin segera tau hasil testnya! Revel ingin tau apakah usahanya hampir setiap malam sudah membuahkan hasil atau belum! Jika belum, Revel tidak akan bosan untuk terus berusaha sampai Jill positif hamil! Usaha yang akan Revel lakukan dengan senang hati karena sama-sama dapat enak! “Aku serius, Jill!” sergah Revel menahan sabar. Jill meringis saat Revel sudah memanggil namanya dengan nada seperti itu, tanda kalau pria itu sudah tidak bisa lagi menahan kesabarannya. “Itu kan yang muncul garis dua, yang artinya aku positif. Dan karena ini testpack kehamilan, berarti tandanya aku positif hamil, Revel. Bukan positif covid,” jelas Jill, tidak ingin diomeli oleh suaminya yang terkadang bisa bersikap menyebalkan juga. “Serius?” lirih Revel dengan suara tercekat, tidak percaya kalau akhirnya Tuhan ke
“Hmm…. Matthew kemarin ngajakin gue merit,” aku Gwen dengan suara lirih. Jill ternganga sejenak sebelum akhirnya memekik kaget.“What?! Lo serius?!” “Seriuslah!”“Brengsek juga tuh cowok!” omel Jill membuat Gwen mengernyit bingung. “Kenapa jadi brengsek, Jill?”“Ya brengsek lah! Masa ngomong soal pernikahan melalui video call sih? Itu kan hal serius, Gwen! Harusnya Matthew bahas soal itu face to face sama lo!” sungut Jill tidak terima. Untung Revel tidak melakukan hal itu, jika tidak, Jill pasti akan kesal!“Tapi lo tau sendiri kalau Matthew kan nggak mungkin datang ke Jakarta cuma buat ngajakin gue merit!” bantah Gwen membela kekasihnya. Gwen tidak terima waktu Jill mengatai Matthew brengsek. Enak aja!“Cuma lo bilang? Ngajakin lo merit bukan sekedar ‘cuma’, Gwen! Itu hal serius! Mana ada sih cowok yang ngelamar ceweknya melalui video call? Lagian dia bisa aja bahas soal itu langsung pas datang ke acara resepsi pernikahan gue sama Revel! Padahal dia ka
Dua bulan kemudian…..Revel memijat keningnya yang terasa pusing, sudah dua minggu terakhir ini pekerjaannya begitu menumpuk. Siapa yang mengira kalau mengurus perusahaan akan jauh lebih melelahkan dan memusingkan daripada kuliah? Tidak heran kalau papanya ingin pensiun dini dan memilih menikmati hari tua bersama mamanya!Tentunya saat Revel sudah bisa mengurus perusahaan sendiri nantinya! Bukan sekarang! Untung sampai saat ini papanya dan uncle Nick selalu membantunya, tidak membiarkan Revel melangkah seperti anak hilang sendirian! Revel berhenti memijat keningnya saat mendengar pintu ruangannya diketuk dan muncul wajah papanya.“Kamu kenapa, Revel? Kok keliatannya pusing banget?” “Emang aku lagi pusing, Pa!”“Kenapa? Ada masalah pekerjaan?”“Nggak sih, cuma kayaknya aku kebanyakan lembur jadinya agak drop,” jelas Revel.“Ya udah, malam ini jangan lembur dulu. Maksud Papa jangan lembur di kantor ataupun di rumah. Paham maksud Papa kan?” tanya Levin