Tanpa dapat dicegah Jill menatap Revel dalam-dalam, pria berwajah tampan yang tidak dikenalnya. Tapi benarkah pria yang ada di hadapannya ini adalah pria asing? Kenapa Jill merasa begitu familiar dengan wajah dan namanya? Apa mereka pernah bertemu sebelum ini? Tapi dimana? Dan kapan? Kenapa Jill tidak bisa mengingatnya sama sekali?
Apa memori otaknya mulai bermasalah?“Udah puas liatin wajah tampan gue?” ejek Revel membuat Jill tersentak dengan wajah merona, malu karena tertangkap basah sedang memandang wajah Revel! Bagaimana bisa Jill ceroboh dan mempermalukan dirinya seperti ini sih?Bagus mereka sedang berada di bar dimana cahayanya begitu temaram hingga Revel tidak bisa melihat wajah Jill yang pasti sudah semerah kepiting rebus! Jika tidak, pria itu pasti akan mengejeknya lagi! Syukurlah!“Geer banget sih!” dengus Jill untuk menutupi rasa malunya, membuat Revel terkekeh, tidak ingin membahasnya lagi dan malah menanyakan hal yang menjadi topik pembicaraan mereka sejak tadi.“Jadi apa lo yakin dan nggak bakal nyesal?” tanya Revel, mengembalikan pikiran Jill yang sempat berkelana sejenak.“Of course!”“Lepas segel bukan keputusan yang bisa dibuat dalam sekejap, apalagi dalam keadaan emosi hanya karena lo kecewa sama kelakuan mantan lo itu. Gue nggak mau lo nyesal,” ujar Revel memperingatkan.Tak urung ucapan Revel membuat Jill terpana. Bagaimana bisa pria di hadapannya ini menebak kalau Jill masih perawan? Padahal sejak tadi Jill hanya berkata ingin mencari partner one night stand tanpa mengatakan kalau dirinya masih virgin!Apa Revel memiliki kemampuan yang tidak Jill pahami? Atau mungkin saking seringnya meniduri wanita hingga membuat Revel bisa membedakan mana gadis perawan dan mana yang tidak dalam sekali pandang? Begitukah?“Kenapa?” tanya Revel saat melihat kekagetan Jill.“Darimana lo tau kalau gue……”Pertanyaan Jill menggantung di udara, merasa canggung jika harus bertanya pada pria yang bisa dibilang belum dikenalnya.“Masih virgin?” lanjut Revel menyelesaikan pertanyaan Jill.Anggukan pelan Jill membuat Revel tersenyum tipis.“Well, gue sebenarnya nggak mau bilang ini, tapi karena lo tanya jadi gue akan jawab. Menjawab pertanyaan lo tadi, maka jawaban gue adalah karena tampang lo keliatan nggak berpengalaman! That’s why gue yakin lo masih virgin dan belum pernah melakukannya dengan siapapun!” jawab Revel separuh mengejek membuat Jill hanya bisa mengumpat pelan.Jawaban Revel yang bercampur ejekan membuat Jill hanya bisa memaki-maki pria itu dalam hati. Sepertinya pria itu terlahir untuk membuat Jill kesal!Revel terkekeh melihat wajah Jill yang begitu emosi akibat ejekannya, meski sebenarnya itu bukanlah jawaban Revel yang sebenarnya, namun Revel tidak ingin membuat Jill besar kepala dan curiga.‘Gue tau karena gue selalu mencari tau apapun informasi mengenai lo, Jill!’ batin Revel, menjawab pertanyaan Jill yang sebenarnya meski hanya dalam hati.“Lo emang cowok kurang ajar!” dengus Jill dongkol. Revel hanya mengangkat bahu dengan cuek, tidak mempermasalahkan ucapan Jill.“Apapun itu terserah, jadi apa lo udah beneran yakin mau lepas segel sama gue?”Jill tidak berpikir dua kali. Ejekan Revel tadi membuat Jill ingin segera membuktikan kalau dirinya tidak bisa diremehkan!“Yes! Jawaban gue masih tetap sama seperti tadi!”“Okay. Lo bisa ikut kalo emang berani lepas segel sama gue! Gue lagi butuh cewek biar malam ini gue nggak kesepian. Gimana?” tantang Revel lagi membuat Jill geram!Geram dan merasa tertantang sebenarnya.Jill tidak pernah mau kalah, dalam hal apapun, jadi tantangan Revel kali ini benar-benar membuat ego, harga diri dan gengsinya tersulut!‘Nggak ada ruginya gue lepas segel sama nih cowok. Ganteng. Tinggi. Dan pasti tajir!’Jill menggeleng pelan, merasa heran sendiri dengan pemikirannya barusan. Jill menatap Revel yang masih menunggu jawabannya.“Okay, siapa takut! Gue bakal ikut lo malam ini! Gue akan buktiin kalau gue bukan pengecut!” jawab Jill angkuh.Sepertinya hinaan Alvaro pada dirinya ditambah dengan ejekan Revel membuat Jill begitu kesal jika ada orang lain yang menganggapnya pengecut!Revel tersenyum smirk mendengar ucapan Jill yang terdengar begitu berapi-api. Pandangan mereka beradu sekian detik hingga suara ponsel Revel memutuskan kontak mata diantara mereka. Suara musik yang begitu berisik tidak membuat Revel mengabaikan ponselnya.“Ya?”“Kamu dimana, Sayang?”“Terserah gue mau dimana, bukan urusan lo,” ketus Revel pada wanita di ujung telepon, wanita yang selalu silih berganti menghubunginya. Revel sudah muak!“Aku kangen, Sayang. Malam ini bisa ketemu kamu nggak?” manja sang wanita tanpa tau malu, entah siapa namanya, Revel tidak ingat.“Malam ini gue bakalan sibuk!” balas Revel sambil melirik penuh arti ke arah Jill, meski samar, tapi terlihat kalau Jill cukup gugup saat mendengar ucapannya barusan!Entah apa jawaban wanita di seberang sana, yang langsung dijawab ketus oleh Revel,“Jangan pernah telepon gue lagi!” ketus Revel dan langsung memutuskan sambungan telepon begitu saja. Seolah enggan membuang waktu, takut Jill berubah pikiran!Tanpa sadar Jill menggigit bibir, tampak gelisah.“Kenapa? Apa lo takut? Berubah pikiran?” ledek Revel.“Kurang ajar! Gue nggak pernah takut!” balas Jill sengit, menormalkan raut wajahnya agar tetap terlihat angkuh.“Kalo gitu kita berangkat sekarang! Gue mau liat apa lo beneran serius atau nggak!” ucap Revel tidak ingin lagi membuang waktu.“Okay!”Jill mengikuti langkah kaki Revel dengan angkuh, terlihat percaya diri, tidak ingin dianggap pengecut oleh pria itu. Revel memesan satu kamar presidential suite, Jill hanya terus mengikuti langkahnya tanpa berkata apapun. Wajah Jill tampak datar meski pada kenyataannya hatinya berdebar kencang.Ini adalah keputusan tergila yang pernah Jill ambil di seumur hidupnya. Melepas keperawanan pada pria yang tidak ia kenal dan baru ditemuinya sebanyak 2x, tanpa sengaja pula! Tapi Jill tidak bisa mundur lagi. Harga dirinya melarang untuk mundur!Revel menoleh sekilas ke arah Jill sebelum membuka pintu kamar. Dan lagi, pertanyaan yang seolah mengejek kembali terdengar oleh telinga Jill!“Yakin nggak mau kabur? Gue kasih lo satu kesempatan terakhir. Silakan kalau lo berubah pikiran. Gue nggak mau lo merasa terpaksa!” ucap Revel, memastikan keputusan Jill. Bagaimanapun juga Revel tidak ingin memaksa seorang gadis! Revel bukan pemerko-sa!“Sialan! Gue bukan pengecut!” ulang Jill ketus, merasa tidak terima karena Revel terus menerus meragukan keputusannya!“Okay, tapi satu hal yang harus lo ingat, kita cuma partner one night stand. Nggak lebih dari itu, dan lo nggak akan menuntut pertanggung jawaban apapun dari gue, paham?” ucap Revel menegaskan batasan di antara mereka.“Of course! Gue juga nggak akan mau berharap lebih sama lo!” balas Jill ketus.“Okay, deal! Masuklah!”Jill melangkah masuk dan saat itu juga dirinya sadar kalau mahkota yang telah dijaganya selama 20 tahun ini akan hilang sebentar lagi! Dan pria beruntung yang bisa melakukan hal itu pertama kali dengan Jill adalah Revel! Pria dari masa lalu yang belum diingatnya!Jill melangkah memasuki kamar, tidak ada keraguan dalam setiap langkahnya namun berbeda dengan hatinya. Jujur saja hati Jill begitu berdebar seolah jantungnya hendak melompat keluar! Terlebih saat pintu di belakangnya tertutup rapat, menandakan kalau dirinya hanya berdua saja dengan Revel. Tidak ada siapapun lagi. Hanya mereka.‘Tenang, Jill! Buktiin kalau lo bukan cewek pengecut! Lagipula setiap cewek akan ada waktunya untuk lepas segel dan kali ini giliran lo!’ batin Jill.Jill duduk di sofa, sedangkan Revel membuka wine yang ada di dalam kamar, menuangnya ke dalam wine glass dan menyodorkannya kepada Jill.“Minumlah, gue mau lo lebih rileks sebelum kita melakukannya.”Jill menerima wine yang disodorkan oleh Revel, menghirupnya perlahan seolah meresapi aroma dan juga rasanya. Suasana canggung di antara mereka begitu terasa, Jill merogoh ponselnya dan mengetik pesan untuk mama Lea. Tidak ingin membuat orangtuanya khawatir lagi seperti kemarin.‘Ma, malam ini aku
Dengan hati berdebar Jill membaringkan diri. Sumpah, Jill grogi campur takut! Terlebih lagi saat Revel mendorongnya perlahan agar telentang dan berbisik lirih,“Karena ini pertama kalinya buat lo, gue janji akan melakukannya dengan lembut,” ujar Revel dengan tatapan mata yang membuat Jill terhipnotis. Pria itu seolah menatapnya dengan pandangan lapar. Lapar akan tubuh Jill, tapi tatapan Revel juga didominasi oleh kelembutan membuat ketakutan Jill perlahan memudar. Entah kenapa pandangan mata Revel membuat Jill yakin kalau pria itu tidak akan menyakitinya.Well, mungkin tetap akan sakit mengingat ini pertama kalinya Jill melakukan hal ini, tapi Jill yakin kalau Revel tidak akan melakukan hal itu secara kasar! Meski belum mengenal Revel, tapi Jill yakin dengan feelingnya. Tidak heran kalau Jill memasrahkan diri dan tubuhnya pada Revel! Berharap feelingnya tidak meleset dan berharap pria itu menepati janjinya untuk melakukannya dengan lembut agar tidak terlalu menyakitkan
Seorang pria berusia pertengahan 30an menatap jam di pergelangan tangannya. Menunggu dan mengintai memang membosankan, tapi pekerjaan membosankan itulah tugasnya! Apalagi ini sudah tengah malam, tapi orang yang diawasinya masih belum terlihat lagi! Padahal rasa kantuk sudah menderanya sedari tadi! Adrian, pria yang sedang menjalankan tugasnya itu kembali menguap, berharap dirinya tidak sampai ketiduran! Karena jika hal itu sampai terjadi dan dirinya kehilangan target, habislah dirinya diomeli oleh si boss! Alamat bonusnya dipotong! Adrian menggeleng sambil menampar pipinya pelan, berharap dengan begitu rasa kantuknya lenyap. Tangan kanannya meraih gelas kertas berisi kopi hitam yang dibelinya tadi. Sudah dingin, tapi tidak masalah asalkan bisa mengusir rasa kantuk yang menggelayut di kedua matanya! Tapi percuma, sekuat apapun Adrian mencoba, tapi rasa kantuknya justru semakin kuat membuat matanya terpejam! *** Revel tersenyum tipis saat mendengar jawaban Jill dan
Sementara itu, Claire menatap gemas pada jam di ponselnya. Waktu sudah menunjukkan jam 1 pagi, tapi putranya belum pulang juga! Dan tidak memberi kabar pula! Biasanya Revel tidak pernah seperti ini, membuat Claire khawatir saja.Levin yang awalnya sedang tertidur pulas menjadi terbangun karena Claire tidak bisa berhenti bergerak dengan gelisah diatas ranjang. Meski masih mengantuk, tapi Levin menyalakan lampu kecil di samping nakas dan bertanya heran pada sang istri yang sudah menemaninya selama belasan tahun.“Kamu kenapa, Claire? Kenapa gelisah seperti itu? Ada masalah?”“Revel belum pulang!” sentak Claire gemas.Levin menghela nafas, heran dengan sikap istrinya yang masih begitu protektif dan mengkhawatirkan Revel yang sudah beranjak dewasa, seolah Revel masih seperti anak kecil yang berusia 5 tahun saja!“Biarin aja, Claire. Paling juga lagi kumpul sama temannya kok.”“Tapi aku kan khawatir! Apalagi Revel nggak kasih kabar sama sekali! Gimana kalau dia ke
Jill mengerang saat tubuhnya terasa begitu remuk dan pegal. Belum lagi area sensitifnya yang terasa nyeri. Hingga satu ingatan mampir ke otaknya yang masih berkabut. Jill menoleh kesamping tubuhnya dan menemukan seorang pria sedang berbaring telungkup di sampingnya. Masih tertidur pulas, tampak damai. Seperti anak kecil, tidak terlihat seperti pria dewasa yang baru saja merenggut keperawanan seorang gadis! Berarti semalam bukan mimpi. Semalam adalah nyata. Jill benar-benar melakukan hal gila itu dengan pria yang baru ia kenal! Jill benar-benar melepas keperawanannya dengan Revel! Jill sungguh merealisasikan keputusan gila yang diambilnya karena terbawa emosi! Dan parahnya lagi, Revel melakukan hal gila itu berulang kali padanya tanpa kenal lelah! Pria disampingnya memang gila! Revel tidak bohong saat mengatakan sanggup melakukan hal itu berulang kali karena pada kenyataannya semalam pria itu memang tidak kenal lelah menggempurnya terus menerus! Padahal tubuh Jill
Matahari baru terbit, tapi Claire sudah turun dari ranjang dan bergegas menuju kamar Revel, ingin melihat apakah putranya sudah pulang atau belum, tapi ternyata belum! Terlihat jelas dari kamar Revel yang masih tampak rapi, tidak terlihat bekas ditiduri sama sekali! Hah! Ternyata putranya memang semalaman tidak pulang! Keterlaluan! Tergesa, Claire mencari nomor Revel dan langsung menghubunginya tanpa ragu. Nada dering terdengar. Satu kali. Dua kali, tapi belum diangkat, beruntung pada dering ketiga Revel mengangkatnya! “Ya, Ma?”“Revel, kamu dimana? Kenapa semalam nggak pulang? Kamu nginap dimana? Sama siapa? Kenapa nggak kasih tau Mama?” cerocos mama Claire bagai rem blong membuat Revel yang diseberang telepon hanya bisa meringis. “Sorry, Ma. Aku lupa, kemarin keasyikan ngobrol sama temen.”“Kamu jangan bohongin Mama, Revel. Apa kamu lagi sama temen wanita kamu? Kamu bermalam sama dia? Ngapain?”“Mama jangan berpikir macam-macam deh!” sungut Revel an
Tiga puluh menit kemudian, baik Revel maupun Jill sudah berada di dalam mobil masing-masing. Jill sempat termenung beberapa saat waktu teringat ucapannya pada Revel barusan. Ucapan yang sejujurnya langsung disesali oleh Jill! “Setelah hari ini jangan pernah hubungin nomor gue lagi. Ingat, kita partner one night stand only, jadi gue harap kita nggak usah ketemu lagi.”“Lo yakin? Gimana kalo lo lagi pengen?” ejek Revel.Ejekan yang membuat wajah Jill merona. Sialan! Pria ini kenapa begitu senang menggodanya sih? Memangnya dia pikir Jill wanita macam apa? Lagipula memangnya pria di dunia ini cuma Revel doank? Maka untuk menutupi rasa malu dan kesalnya, Jill hanya mendengus sinis dan menjawab santai, berusaha santai lebih tepatnya meski hatinya terasa panas!“Gampang, gue bisa cari cowok lain. Cowok yang pastinya jauh lebih hebat daripada lo! Cowok yang bisa bikin gue jauh lebih puas daripada semalam!” jawab Jill, pelan tapi menusuk hingga terlihat perubahan p
Claire menghela nafas, sadar kalau putranya yang sudah beranjak dewasa ini tidak bisa lagi terlalu diatur. Yang saat ini harus Claire lakukan adalah memastikan kalau Revel tidak bermain dengan sembarang wanita seperti suaminya dulu!“Tapi selain dengan dia, kamu pernah melakukannya dengan siapa lagi?”“Astaga, Ma! Aku hanya pernah melakukannya dengan dia. Itupun baru semalam! Mama pikir aku pria brengsek yang sering bermain wanita?” sungut Revel tidak terima.Jawaban Revel membuat mama Claire mendesah lega meski masih sambil menggerutu, “Siapa tau sifat Papa kamu menurun!”“Nggak mungkin, Ma. Sejak kecil Papa selalu mengajarkanku untuk menghargai wanita meski Papa sendiri sempat gagal melakukannya sebelum bertemu dengan Mama,” balas Revel menampilkan cengiran khasnya. Mama Claire hanya memberengut mendengar ucapan putranya yang memang benar adanya.“Baguslah kalau Papa kamu itu masih tau diri dan bisa menasehati anaknya dengan baik meski dia sendiri sempat m
Satu tahun kemudian…Di salah satu hotel bintang lima terlihat dekorasi yang begitu mewah namun terkesan elegan, tidak norak. Jill memasuki ballroom sambil menggandeng lengan Revel yang sedang menggendong baby Luiz. Di umur yang hampir menginjak tiga tahun, baby Luiz terlihat semakin tampan, mengikuti wajah Revel.Di belakang mereka ada seorang baby sitter sambil mendorong stroller kosong, untuk jaga-jaga jika Luiz mengantuk di tengah acara pesta. Sejak beberapa bulan yang lalu, Jill akhirnya menyerah pada bujukan Revel dan mengikuti keinginan suaminya yang tidak tega melihatnya kelelahan jika harus mengurus Luiz sendirian.‘Aku nggak mau kamu terlalu capek dan jatuh sakit, Baby. Apalagi selain mengurus Luiz, kamu juga masih harus mengurusku.’Ya, sejak menikah dengan Revel, Jill memang ingin mengurus keperluan suami dan anaknya sendiri, bahkan dirinya sampai rela berhenti kerja hanya untuk mengurus rumah tangganya. Jill lebih memilih menjadi ibu rumah tangga daripad
Beberapa bulan kemudian….Revel menatap bangga pada putranya yang semakin pintar, lucu dan menggemaskan. Disela-sela kesibukannya sebagai seorang pengusaha, bermain dengan buah hatinya merupakan kebahagiaan tersendiri untuk Revel. Dan sekarang di waktu santai, itulah yang dirinya lakukan.Bermain dengan Luiz sepuasnya sekalian menggantikan tugas Jill menjaga anak meski hanya sementara. Perhatian Revel beralih dari Luiz kepada Jill yang baru saja memasuki ruang keluarga dengan piring buah di tangannya. Hal yang memang biasa dilakukan setiap hari. Makan buah agar sehat.Senyum lebar mengembang di wajah cantik Jill yang tampak polos, tanpa adanya jejak make up sama sekali, namun tidak menutupi kecantikan alami yang terpancar jelas. Kecantikan yang membuat Revel tidak bisa mengalihkan pandangan barang sedetik pun dari istrinya. Dari dulu.“Hei, kamu lagi main apa sama Papa? Kok senang banget sih?” tanya Jill sambil menggoyangkan tangan kecil Luiz. Tidak ada jawaban
“Jadi siapa nama cowok yang kemarin, Jill?” cecar Jessie tidak sabar saat datang ke rumah Jill pagi-pagi, persis dengan gaya ibu-ibu komplek yang begitu penasaran akan gossip terbaru! Tidak ingin ketinggalan berita! “Cowok? Oh yang itu! Masa lo nggak kenal sih? Bukannya udah pernah ketemu ya pas pergi sama gue?” tanya Jill masih tidak percaya kalau Jessie tidak mengenal pria yang kemarin membuat gadis itu sampai ternganga takjub!“Mana ada? Belom lah! Kalau udah gue nggak mungkin lupa sama cowok ganteng begitu!” sanggah Jessie yakin, mengulang ucapannya kemarin.“Masa iya sih?” tanya Jill sambil mengusap dagunya pelan, berpikir keras.“Jangan kebanyakan mikir! Cepet kasih tau gue siapa namanya? Gue udah penasaran dari kemarin tau!” cecar Jessie lagi membuat Jill berdecak sebal karena seperti sedang dikejar oleh debt collector!“Tuh cowok namanya Jayden! Dia temen gue yang kerja sebagai bartender!”“Bartender?” ulang Jessie lemas. Seolah harapannya untuk
Matthew menatap Gwen yang baru saja selesai mandi. Akhirnya malam ini mereka resmi menjadi sepasang suami istri. Hal yang tidak berani Matthew bayangkan sebelumnya, terlebih saat mengingat waktu Gwen menjauhinya dulu, begitu membuatnya frustasi. Apalagi istrinya itu sangat sulit dibujuk!Hati Matthew menghangat saat melafalkan kata ‘istri’ meski hanya dalam hati. Dadanya bergemuruh dipenuhi euphoria yang bernama kebahagiaan. Matthew masih asyik dengan pikirannya saat Gwen bertanya dengan nada heran,“Kamu belum mau mandi?”“Ini aku baru mau mandi,” jawab Matthew agak kikuk, belum terbiasa berada berduaan dengan wanita yang telah resmi menjadi istrinya hari ini dalam satu kamar. Gwen mengambil hairdryer dan mengeringkan rambut, tidak ingin tidur dalam keadaan rambut basah karena bisa bikin kepalanya sakit nanti. Gwen sedang fokus dengan rambut dan hairdryer di tangannya saat tangan Matthew memeluk pinggangnya dari belakang. Refleks wanita itu memekik kaget!“Asta
Lamunan Revel mengenai perusahaan pupus saat melihat Jill menggeliat dan membuka matanya perlahan, berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya matahari sore yang menerpa indera penglihatannya. “Hei, kamu udah pulang dari tadi?”“Nggak kok, baru aja. Kamu pasti capek banget sampe ketiduran gini.”“Nggak juga kok, cuma anginnya enak aja bikin aku ngantuk dan ketiduran,” kilah Jill tidak ingin membuat Revel khawatir dan malah menambah beban pikiran sang suami yang pasti sudah begitu banyak, apalagi dengan masalah perusahaan yang pasti tidak akan pernah ada habisnya.Revel hanya mengangguk, sadar kalau Jill tidak ingin membuatnya khawatir.“Jadi gimana kantor hari ini? Banyak kerjaan?”“Ya begitulah, setiap hari pasti ada aja.”“Tapi nggak ada masalah kan?”“Nggak kok, semuanya aman. Kamu tenang aja, okay?”Jill mengangguk, menggendong baby Luiz perlahan agar tidak membuatnya terbangun dan membaringkannya di baby box.Beberapa bulan kemudian…
Dokter dan suster yang melihat kejadian itu tidak urung menatap Revel dengan raut kasihan tapi juga geli. Revel yang menyadari kalau mereka hampir terbahak melihat apa yang terjadi barusan hanya bisa menunduk, karena lagi-lagi harus menahan malu akibat ulah istrinya! Nasib!Sejak dulu Jill memang sudah menjadi titik kelemahannya. Begitu juga kali ini, Revel harus rela menurunkan wibawanya di depan dokter dan suster yang bertugas. Revel sadar kalau sebentar lagi cerita mengenai dirinya yang dianiaya oleh Jill pasti akan tersebar luas! Tapi ya sudahlah, terima nasib aja! Siapa yang menyangka kalau Revel akan cinta mati pada wanita sebar-bar ini? Iya kan?“Selamat ya, Pak. Bayinya laki-laki dan terlahir sehat,” ucap dokter.Dengan penuh haru Revel menatap bayinya. Bayi yang merupakan perpaduan antara dirinya dengan Jill! Astaga! Bagaimana bisa Tuhan menciptakan bayi setampan ini? Memang sih, Revel sadar kalau dirinya tampan dan Jill juga cantik, tapi tetap saja dirinya
Revel berdecak gemas karena pertanyaannya malah dijawab asal-asalan oleh Jill! Padahal dirinya sedang bertanya serius! Sangat amat serius! Revel ingin segera tau hasil testnya! Revel ingin tau apakah usahanya hampir setiap malam sudah membuahkan hasil atau belum! Jika belum, Revel tidak akan bosan untuk terus berusaha sampai Jill positif hamil! Usaha yang akan Revel lakukan dengan senang hati karena sama-sama dapat enak! “Aku serius, Jill!” sergah Revel menahan sabar. Jill meringis saat Revel sudah memanggil namanya dengan nada seperti itu, tanda kalau pria itu sudah tidak bisa lagi menahan kesabarannya. “Itu kan yang muncul garis dua, yang artinya aku positif. Dan karena ini testpack kehamilan, berarti tandanya aku positif hamil, Revel. Bukan positif covid,” jelas Jill, tidak ingin diomeli oleh suaminya yang terkadang bisa bersikap menyebalkan juga. “Serius?” lirih Revel dengan suara tercekat, tidak percaya kalau akhirnya Tuhan ke
“Hmm…. Matthew kemarin ngajakin gue merit,” aku Gwen dengan suara lirih. Jill ternganga sejenak sebelum akhirnya memekik kaget.“What?! Lo serius?!” “Seriuslah!”“Brengsek juga tuh cowok!” omel Jill membuat Gwen mengernyit bingung. “Kenapa jadi brengsek, Jill?”“Ya brengsek lah! Masa ngomong soal pernikahan melalui video call sih? Itu kan hal serius, Gwen! Harusnya Matthew bahas soal itu face to face sama lo!” sungut Jill tidak terima. Untung Revel tidak melakukan hal itu, jika tidak, Jill pasti akan kesal!“Tapi lo tau sendiri kalau Matthew kan nggak mungkin datang ke Jakarta cuma buat ngajakin gue merit!” bantah Gwen membela kekasihnya. Gwen tidak terima waktu Jill mengatai Matthew brengsek. Enak aja!“Cuma lo bilang? Ngajakin lo merit bukan sekedar ‘cuma’, Gwen! Itu hal serius! Mana ada sih cowok yang ngelamar ceweknya melalui video call? Lagian dia bisa aja bahas soal itu langsung pas datang ke acara resepsi pernikahan gue sama Revel! Padahal dia ka
Dua bulan kemudian…..Revel memijat keningnya yang terasa pusing, sudah dua minggu terakhir ini pekerjaannya begitu menumpuk. Siapa yang mengira kalau mengurus perusahaan akan jauh lebih melelahkan dan memusingkan daripada kuliah? Tidak heran kalau papanya ingin pensiun dini dan memilih menikmati hari tua bersama mamanya!Tentunya saat Revel sudah bisa mengurus perusahaan sendiri nantinya! Bukan sekarang! Untung sampai saat ini papanya dan uncle Nick selalu membantunya, tidak membiarkan Revel melangkah seperti anak hilang sendirian! Revel berhenti memijat keningnya saat mendengar pintu ruangannya diketuk dan muncul wajah papanya.“Kamu kenapa, Revel? Kok keliatannya pusing banget?” “Emang aku lagi pusing, Pa!”“Kenapa? Ada masalah pekerjaan?”“Nggak sih, cuma kayaknya aku kebanyakan lembur jadinya agak drop,” jelas Revel.“Ya udah, malam ini jangan lembur dulu. Maksud Papa jangan lembur di kantor ataupun di rumah. Paham maksud Papa kan?” tanya Levin