Jill melangkah memasuki kamar, tidak ada keraguan dalam setiap langkahnya namun berbeda dengan hatinya. Jujur saja hati Jill begitu berdebar seolah jantungnya hendak melompat keluar! Terlebih saat pintu di belakangnya tertutup rapat, menandakan kalau dirinya hanya berdua saja dengan Revel. Tidak ada siapapun lagi. Hanya mereka.
‘Tenang, Jill! Buktiin kalau lo bukan cewek pengecut! Lagipula setiap cewek akan ada waktunya untuk lepas segel dan kali ini giliran lo!’ batin Jill.Jill duduk di sofa, sedangkan Revel membuka wine yang ada di dalam kamar, menuangnya ke dalam wine glass dan menyodorkannya kepada Jill.“Minumlah, gue mau lo lebih rileks sebelum kita melakukannya.”Jill menerima wine yang disodorkan oleh Revel, menghirupnya perlahan seolah meresapi aroma dan juga rasanya. Suasana canggung di antara mereka begitu terasa, Jill merogoh ponselnya dan mengetik pesan untuk mama Lea. Tidak ingin membuat orangtuanya khawatir lagi seperti kemarin.‘Ma, malam ini akuDengan hati berdebar Jill membaringkan diri. Sumpah, Jill grogi campur takut! Terlebih lagi saat Revel mendorongnya perlahan agar telentang dan berbisik lirih,“Karena ini pertama kalinya buat lo, gue janji akan melakukannya dengan lembut,” ujar Revel dengan tatapan mata yang membuat Jill terhipnotis. Pria itu seolah menatapnya dengan pandangan lapar. Lapar akan tubuh Jill, tapi tatapan Revel juga didominasi oleh kelembutan membuat ketakutan Jill perlahan memudar. Entah kenapa pandangan mata Revel membuat Jill yakin kalau pria itu tidak akan menyakitinya.Well, mungkin tetap akan sakit mengingat ini pertama kalinya Jill melakukan hal ini, tapi Jill yakin kalau Revel tidak akan melakukan hal itu secara kasar! Meski belum mengenal Revel, tapi Jill yakin dengan feelingnya. Tidak heran kalau Jill memasrahkan diri dan tubuhnya pada Revel! Berharap feelingnya tidak meleset dan berharap pria itu menepati janjinya untuk melakukannya dengan lembut agar tidak terlalu menyakitkan
Seorang pria berusia pertengahan 30an menatap jam di pergelangan tangannya. Menunggu dan mengintai memang membosankan, tapi pekerjaan membosankan itulah tugasnya! Apalagi ini sudah tengah malam, tapi orang yang diawasinya masih belum terlihat lagi! Padahal rasa kantuk sudah menderanya sedari tadi! Adrian, pria yang sedang menjalankan tugasnya itu kembali menguap, berharap dirinya tidak sampai ketiduran! Karena jika hal itu sampai terjadi dan dirinya kehilangan target, habislah dirinya diomeli oleh si boss! Alamat bonusnya dipotong! Adrian menggeleng sambil menampar pipinya pelan, berharap dengan begitu rasa kantuknya lenyap. Tangan kanannya meraih gelas kertas berisi kopi hitam yang dibelinya tadi. Sudah dingin, tapi tidak masalah asalkan bisa mengusir rasa kantuk yang menggelayut di kedua matanya! Tapi percuma, sekuat apapun Adrian mencoba, tapi rasa kantuknya justru semakin kuat membuat matanya terpejam! *** Revel tersenyum tipis saat mendengar jawaban Jill dan
Sementara itu, Claire menatap gemas pada jam di ponselnya. Waktu sudah menunjukkan jam 1 pagi, tapi putranya belum pulang juga! Dan tidak memberi kabar pula! Biasanya Revel tidak pernah seperti ini, membuat Claire khawatir saja.Levin yang awalnya sedang tertidur pulas menjadi terbangun karena Claire tidak bisa berhenti bergerak dengan gelisah diatas ranjang. Meski masih mengantuk, tapi Levin menyalakan lampu kecil di samping nakas dan bertanya heran pada sang istri yang sudah menemaninya selama belasan tahun.“Kamu kenapa, Claire? Kenapa gelisah seperti itu? Ada masalah?”“Revel belum pulang!” sentak Claire gemas.Levin menghela nafas, heran dengan sikap istrinya yang masih begitu protektif dan mengkhawatirkan Revel yang sudah beranjak dewasa, seolah Revel masih seperti anak kecil yang berusia 5 tahun saja!“Biarin aja, Claire. Paling juga lagi kumpul sama temannya kok.”“Tapi aku kan khawatir! Apalagi Revel nggak kasih kabar sama sekali! Gimana kalau dia ke
Jill mengerang saat tubuhnya terasa begitu remuk dan pegal. Belum lagi area sensitifnya yang terasa nyeri. Hingga satu ingatan mampir ke otaknya yang masih berkabut. Jill menoleh kesamping tubuhnya dan menemukan seorang pria sedang berbaring telungkup di sampingnya. Masih tertidur pulas, tampak damai. Seperti anak kecil, tidak terlihat seperti pria dewasa yang baru saja merenggut keperawanan seorang gadis! Berarti semalam bukan mimpi. Semalam adalah nyata. Jill benar-benar melakukan hal gila itu dengan pria yang baru ia kenal! Jill benar-benar melepas keperawanannya dengan Revel! Jill sungguh merealisasikan keputusan gila yang diambilnya karena terbawa emosi! Dan parahnya lagi, Revel melakukan hal gila itu berulang kali padanya tanpa kenal lelah! Pria disampingnya memang gila! Revel tidak bohong saat mengatakan sanggup melakukan hal itu berulang kali karena pada kenyataannya semalam pria itu memang tidak kenal lelah menggempurnya terus menerus! Padahal tubuh Jill
Matahari baru terbit, tapi Claire sudah turun dari ranjang dan bergegas menuju kamar Revel, ingin melihat apakah putranya sudah pulang atau belum, tapi ternyata belum! Terlihat jelas dari kamar Revel yang masih tampak rapi, tidak terlihat bekas ditiduri sama sekali! Hah! Ternyata putranya memang semalaman tidak pulang! Keterlaluan! Tergesa, Claire mencari nomor Revel dan langsung menghubunginya tanpa ragu. Nada dering terdengar. Satu kali. Dua kali, tapi belum diangkat, beruntung pada dering ketiga Revel mengangkatnya! “Ya, Ma?”“Revel, kamu dimana? Kenapa semalam nggak pulang? Kamu nginap dimana? Sama siapa? Kenapa nggak kasih tau Mama?” cerocos mama Claire bagai rem blong membuat Revel yang diseberang telepon hanya bisa meringis. “Sorry, Ma. Aku lupa, kemarin keasyikan ngobrol sama temen.”“Kamu jangan bohongin Mama, Revel. Apa kamu lagi sama temen wanita kamu? Kamu bermalam sama dia? Ngapain?”“Mama jangan berpikir macam-macam deh!” sungut Revel an
Tiga puluh menit kemudian, baik Revel maupun Jill sudah berada di dalam mobil masing-masing. Jill sempat termenung beberapa saat waktu teringat ucapannya pada Revel barusan. Ucapan yang sejujurnya langsung disesali oleh Jill! “Setelah hari ini jangan pernah hubungin nomor gue lagi. Ingat, kita partner one night stand only, jadi gue harap kita nggak usah ketemu lagi.”“Lo yakin? Gimana kalo lo lagi pengen?” ejek Revel.Ejekan yang membuat wajah Jill merona. Sialan! Pria ini kenapa begitu senang menggodanya sih? Memangnya dia pikir Jill wanita macam apa? Lagipula memangnya pria di dunia ini cuma Revel doank? Maka untuk menutupi rasa malu dan kesalnya, Jill hanya mendengus sinis dan menjawab santai, berusaha santai lebih tepatnya meski hatinya terasa panas!“Gampang, gue bisa cari cowok lain. Cowok yang pastinya jauh lebih hebat daripada lo! Cowok yang bisa bikin gue jauh lebih puas daripada semalam!” jawab Jill, pelan tapi menusuk hingga terlihat perubahan p
Claire menghela nafas, sadar kalau putranya yang sudah beranjak dewasa ini tidak bisa lagi terlalu diatur. Yang saat ini harus Claire lakukan adalah memastikan kalau Revel tidak bermain dengan sembarang wanita seperti suaminya dulu!“Tapi selain dengan dia, kamu pernah melakukannya dengan siapa lagi?”“Astaga, Ma! Aku hanya pernah melakukannya dengan dia. Itupun baru semalam! Mama pikir aku pria brengsek yang sering bermain wanita?” sungut Revel tidak terima.Jawaban Revel membuat mama Claire mendesah lega meski masih sambil menggerutu, “Siapa tau sifat Papa kamu menurun!”“Nggak mungkin, Ma. Sejak kecil Papa selalu mengajarkanku untuk menghargai wanita meski Papa sendiri sempat gagal melakukannya sebelum bertemu dengan Mama,” balas Revel menampilkan cengiran khasnya. Mama Claire hanya memberengut mendengar ucapan putranya yang memang benar adanya.“Baguslah kalau Papa kamu itu masih tau diri dan bisa menasehati anaknya dengan baik meski dia sendiri sempat m
Revel juga tidak menyangka kalau ucapan Jill bisa membuat dirinya menjadi seberani itu. Bagaimana bisa? Bahkan sampai sekarang Revel tidak habis pikir, tidak mengerti kenapa omongan Jill begitu berpengaruh padanya. Padahal Jill sendiri masih bocah!Dan yang tidak Revel sangka adalah ternyata di hari itu juga dirinya bertemu dengan papanya. Papa kandungnya. Levin. Pria yang sudah pernah beberapa kali ditemuinya namun tidak pernah mengatakan kebenarannya. Jujur Revel tidak menyangka kalau ternyata Levin adalah papa kandungnya. Siapa yang akan menyangka? Terlebih lagi dulu otak polosnya masih belum bisa mencerna permasalahan orang dewasa yang begitu rumit dan memusingkan!Hingga akhirnya di usia 15 tahun, Revel mengetahui semua kisah lengkap antara papa dan mamanya. Mama Claire menceritakannya secara langsung dengan ditemani papa Levin. Tanpa ada satu hal pun yang ditutupi. Penjelasan yang membuat Revel termangu saat mendengar kisah orangtuanya yang bagaikan sinetron!