“Apa kita culik Jill aja?” usul Jessie gila hingga Gwen mendelik kaget.
“Lo kalo kasih usul nggak bisa yang beneran dikit apa? Lagian gimana mau nyulik kalau ketemu aja nggak bakal boleh?!”Jessie menggaruk rambut panjangnya sambil nyengir bersalah saat disemprot oleh Gwen. Disemprot dengan omelan maksudnya, bukan sama air! Emang Jessie kucing!“Terus gimana donk? Kasian juga, dia pasti lagi stress banget sekarang dan perlu temen buat cerita. Apalagi kata lo tadi Jill nggak bisa dihubungi sama sekali kan karena dipingit dadakan?” gumam Jessie.“Gue tau, cuma ya gimana? Om Edbert pasti nggak akan ngebolehin gue pergi sama Jill, secara dia tau kalau gue akrab banget sama Jill, takutnya dikira gue kongkalikong (kerjasama) nanti. Om Edbert bisa aja mikir kalau gue mau bawa kabur Jill,” keluh Gwen dengan pandangan menerawang. Sibuk dengan pikirannya sendiri.“Gue punya ide!” teriak Jessie sambil menepuk kedua tangannya dengan semangat membuat Gwen mengumpat karena tJessie melangkah riang sambil mengeluarkan ponsel. Mengetik beberapa kata pada Gwen yang pasti sedang menanti kabarnya dengan harap-harap cemas.‘MISSION COMPLETED. SEDANG MENJEMPUT TARGET KE SARANG!’ tulis Jessie.Gwen tersenyum senang saat membaca pesan yang dikirimkan oleh Jessie, tanpa sadar tangannya terkepal dan berteriak girang,“Yesss!”Akhirnya Jessie berhasil, sumpah Gwen pasti akan mentraktirnya makan enak nanti. Coba kalau tidak ada gadis bawel itu, bisa jadi Jill masih mati kebosanan dan frustasi seorang diri tanpa ada teman untuk berbagi cerita! Padahal masalah yang dihadapi Jill tidaklah mudah. Gwen tidak menyangka kalau Jessie bagaikan dewi penolong bagi Jill di saat terdesak seperti ini! Jessie berdiri di depan pintu kamar Jill dan mengetuknya perlahan. Tidak terdengar suara apapun membuatnya bingung.‘Langsung masuk aja apa nunggu jawaban ya?’ Jessie masih tampak begitu galau saat pintu kamar dibuka dari dalam hingga Jessie terlon
Jill menoleh, penasaran hendak melihat siapa yang mengetuk pintu kamarnya. Padahal dirinya sedang berbincang dengan mamanya. Dan rasa penasaran Jill berganti dengan kekagetan saat melihat siapa yang datang. Jessie! Kenapa gadis itu bisa datang ke rumahnya? Siapa yang akan menyangka kalau Jessie bisa masuk ke kamarnya? Sejak kapan papanya mengizinkan Jill bertemu dengan temannya semenjak dikurung? Bahkan Gwen pun dilarang bertemu dengannya! Jill bagaikan seorang narapidana yang tidak diperbolehkan bertemu dengan siapapun! Tapi kali ini adalah pengecualian! Apakah Jessie adalah bala bantuan yang sengaja dikirim Tuhan untuk Jill? Bisa saja kan? Apa itu artinya doa Jill terjawab? Semoga saja iya! “Hei, apa kabar lo, Sister?” tanya Jessie santai, tanpa beban. Berbanding terbalik dengan keadaan Jill yang sudah kusam saking frustasinya.“Kenapa lo bisa datang ke rumah gue? Ada perlu apa?” tanya Jill dengan rasa penasaran yang memuncak.“Mau ajak lo keluar lah!”“
Melbourne…..“Fucking shittt!” maki Revel marah.Revel tidak menyangka kalau orangtuanya akan menyembunyikan masalah sepenting ini darinya. Bagaimana bisa dirinya sebagai kekasih Jill tidak tau kalau wanitanya akan menikah dengan pria lain? Revel memang tau kalau Jill dijodohkan dengan Alvaro, tapi Revel tidak tau kalau Jill akan dipaksa menikah dalam waktu dekat ini! Sialll! Revel membuka aplikasi, memilih jadwal penerbangan paling cepat. Namun lagi-lagi hanya umpatan yang keluar dari bibirnya saat menyadari kalau jadwal penerbangan tercepat hanyalah besok sore! Ya sudahlah tidak apa, semoga saja masih cukup waktu untuk menghalangi pernikahan Jill dengan pria sialan itu! Sampai kapanpun Revel tidak akan pernah rela melihat Jill menikah dengan pria lain! Terlebih dengan pria brengsek seperti Alvaro!*** “Gwen!” pekik Jill.“Jill! Akhirnya gue bisa ketemu sama lo! Gimana keadaan lo?” tanya Gwen prihatin saat melihat keadaan sahabatnya, tampak jelas waja
“Errr… kayaknya bukan kita deh, Gwen. Tapi lo aja, karena gue kan udah mau balik ke Amrik,” potong Jessie dengan raut sedih, teringat akan kebersamaan mereka yang akan berakhir sebentar lagi. Berakhir dalam hitungan jam.Sebenarnya jika boleh memilih, Jessie juga ingin tetap berada di Jakarta. Meski baru mengenal Jill dan Gwen sebentar, tapi rasanya sudah begitu nyaman, namun Jessie bisa apa? Toh dirinya sebagai seorang anak hanya bisa mengikuti keinginan orangtua!Sama seperti Jill! Mereka adalah anak yang tidak memiliki pilihan lain selain menuruti apa kata orangtua! Nasib! “Lo mau balik ke Amrik?” tanya Jill kaget, baru sadar kalau ada maksud terselubung dari acara jalan-jalan ini, selain untuk menghibur dirinya tentu saja.Jessie mengangguk, membenarkan dengan berat hati.“Ini farewell party kita.”“Kapan lo berangkat?”“Minggu depan.”“Padahal gue baru nganggep lo teman, tapi kenapa lo udah mau balik aja sih?”“Berarti dari kemarin lo nggak
“Shittt!” maki Levin lirih saat mendengar ucapan istrinya di seberang sana. Siapa yang menyangka kalau putra sulungnya akan kembali secepat ini? Ternyata dugaan Claire memang tidak pernah meleset! Putranya itu langsung mengambil penerbangan paling awal agar bisa tiba secepatnya di Jakarta! Padahal Levin sedang menghadiri rapat penting di kantor! Tidak heran kalau dirinya kelabakan sekarang! Nick menatap atasan sekaligus sahabatnya yang terlihat jelas begitu gelisah dan berbisik lirih,“Ada apa?”“Revel udah sampe Jakarta dan lagi meluncur ke rumah Jill!”Nick mengangkat alis, dirinya sudah tau mengenai masalah percintaan Revel. Yang Nick tidak sangka adalah kenapa anak dan ayah memiliki kelakuan yang sama? Jika sudah menyangkut wanita pasti akan begitu gigih dan selalu bergerak cepat!Heran! Ternyata memang benar kalau keturunan akan jauh lebih kuat daripada tanjakan! Dalam artian sifat maksudnya. Dan sekarang Nick benar-benar memahami arti dari perkataan i
“Kamu nggak perlu melakukan apapun lagi, Revel. Aku sudah memutuskan untuk menuruti permintaan Papa dan akan menikah dengan Alvaro,” sela Jill membuat senyum smirk muncul di wajah Alvaro. Senyum penuh kemenangan. Akhirnya dirinya yang berhasil mendapatkan Jill! Bukan Revel!Jill sekuat tenaga menahan diri agar tetap terlihat tegar, padahal jauh di dalam lubuk hati, Jill merasa begitu terpuruk. Terlebih saat melihat raut wajah Revel yang begitu terluka serta kecewa meski tertutup oleh kabut amarah! Tapi Jill sadar kalau dirinya memang tidak memiliki jalan lain.Revel menghampiri Jill dengan langkah lebar dan bertanya dengan gigi gemeretak, tanda kalau pria itu sedang berusaha keras menahan emosinya.“Ulangi apa yang kamu bilang barusan, Jill!”“Kamu pasti udah dengar ucapanku tadi, Revel!” elak Jill menolak mengulang kalimat menyakitkan itu.“Aku bilang ulangi!” sentak Revel geram membuat Levin berdoa dalam hati, berharap agar putranya tidak lepas kendali seperti
Revel menoleh bingung pada papanya yang malah ikut masuk ke dalam mobilnya, padahal tadi mereka bawa mobil masing-masing!“Kenapa Papa masuk ke mobilku? Papa kan bawa mobil sendiri,” protes Revel.“Banyak yang harus kita bicarakan, Revel!”“Apa Papa nggak bisa kasih aku waktu sebentar untuk menenangkan diri? Aku baru aja diputusin, Pa!” sungut Revel.“Tidak! Kita harus bahas masalah ini secepatnya!” desak Levin.“Mobil Papa gimana?” elak Revel masih mencari cara untuk melepaskan diri dari sang papa yang begitu gigih ingin mengorek informasi darinya.“Gampang, nanti tinggal suruh supir ambil!”Revel mendengus kesal, tidak bisa menghindar lagi. Terpaksa ia mengemudikan mobilnya, bergabung dengan kepadatan mobil lainnya di jalan raya Jakarta yang selalu tampak macet setiap harinya. Apalagi di jam sibuk seperti ini.“Jangan di rumah! Ke kantor Papa aja,” sela Levin saat Revel hampir mengambil jalur kiri menuju ke arah rumahnya.“Okay!” pasrah Revel, s
“Akhirnya kamu menerima pernikahan ini juga, Jill!” ucap Alvaro dengan senyum yang membuat Jill muak seketika. Saat ini mereka sedang berbincang berdua, meski awalnya enggan tapi Jill mengiyakannya juga, tidak ingin kembali berdebat dengan papanya hanya karena Alvaro. Tidak penting!“Percuma aku membantah karena Papa tidak akan mengubah keputusannya,” jawab Jill asal. Biarkan saja Alvaro berpikir sesuka hatinya, Jill tidak peduli! Mengalah untuk menang, itulah yang sedang Jill lakukan sekarang.“Syukurlah, aku pikir kamu akan terus menolak.”Jill tidak menjawab dan Alvaro pun tidak berusaha mendesak lagi.“Baiklah, aku tidak ingin mengganggu kamu lebih lama lagi. Lebih baik sekarang kamu istirahat lebih awal. Aku tidak ingin kamu kelelahan besok di hari pernikahan kita!” ucap Alvaro sok perhatian membuat rasa muak Jill berubah menjadi mual!Jill berusaha keras menahan diri untuk tidak menyerang Alvaro secara membabi buta, jika boleh, ingin rasanya Jill mencabik-c