Jessie melangkah riang sambil mengeluarkan ponsel. Mengetik beberapa kata pada Gwen yang pasti sedang menanti kabarnya dengan harap-harap cemas.
‘MISSION COMPLETED. SEDANG MENJEMPUT TARGET KE SARANG!’ tulis Jessie.Gwen tersenyum senang saat membaca pesan yang dikirimkan oleh Jessie, tanpa sadar tangannya terkepal dan berteriak girang,“Yesss!”Akhirnya Jessie berhasil, sumpah Gwen pasti akan mentraktirnya makan enak nanti. Coba kalau tidak ada gadis bawel itu, bisa jadi Jill masih mati kebosanan dan frustasi seorang diri tanpa ada teman untuk berbagi cerita!Padahal masalah yang dihadapi Jill tidaklah mudah. Gwen tidak menyangka kalau Jessie bagaikan dewi penolong bagi Jill di saat terdesak seperti ini!Jessie berdiri di depan pintu kamar Jill dan mengetuknya perlahan. Tidak terdengar suara apapun membuatnya bingung.‘Langsung masuk aja apa nunggu jawaban ya?’Jessie masih tampak begitu galau saat pintu kamar dibuka dari dalam hingga Jessie terlonJill menoleh, penasaran hendak melihat siapa yang mengetuk pintu kamarnya. Padahal dirinya sedang berbincang dengan mamanya. Dan rasa penasaran Jill berganti dengan kekagetan saat melihat siapa yang datang. Jessie! Kenapa gadis itu bisa datang ke rumahnya? Siapa yang akan menyangka kalau Jessie bisa masuk ke kamarnya? Sejak kapan papanya mengizinkan Jill bertemu dengan temannya semenjak dikurung? Bahkan Gwen pun dilarang bertemu dengannya! Jill bagaikan seorang narapidana yang tidak diperbolehkan bertemu dengan siapapun! Tapi kali ini adalah pengecualian! Apakah Jessie adalah bala bantuan yang sengaja dikirim Tuhan untuk Jill? Bisa saja kan? Apa itu artinya doa Jill terjawab? Semoga saja iya! “Hei, apa kabar lo, Sister?” tanya Jessie santai, tanpa beban. Berbanding terbalik dengan keadaan Jill yang sudah kusam saking frustasinya.“Kenapa lo bisa datang ke rumah gue? Ada perlu apa?” tanya Jill dengan rasa penasaran yang memuncak.“Mau ajak lo keluar lah!”“
Melbourne…..“Fucking shittt!” maki Revel marah.Revel tidak menyangka kalau orangtuanya akan menyembunyikan masalah sepenting ini darinya. Bagaimana bisa dirinya sebagai kekasih Jill tidak tau kalau wanitanya akan menikah dengan pria lain? Revel memang tau kalau Jill dijodohkan dengan Alvaro, tapi Revel tidak tau kalau Jill akan dipaksa menikah dalam waktu dekat ini! Sialll! Revel membuka aplikasi, memilih jadwal penerbangan paling cepat. Namun lagi-lagi hanya umpatan yang keluar dari bibirnya saat menyadari kalau jadwal penerbangan tercepat hanyalah besok sore! Ya sudahlah tidak apa, semoga saja masih cukup waktu untuk menghalangi pernikahan Jill dengan pria sialan itu! Sampai kapanpun Revel tidak akan pernah rela melihat Jill menikah dengan pria lain! Terlebih dengan pria brengsek seperti Alvaro!*** “Gwen!” pekik Jill.“Jill! Akhirnya gue bisa ketemu sama lo! Gimana keadaan lo?” tanya Gwen prihatin saat melihat keadaan sahabatnya, tampak jelas waja
“Errr… kayaknya bukan kita deh, Gwen. Tapi lo aja, karena gue kan udah mau balik ke Amrik,” potong Jessie dengan raut sedih, teringat akan kebersamaan mereka yang akan berakhir sebentar lagi. Berakhir dalam hitungan jam.Sebenarnya jika boleh memilih, Jessie juga ingin tetap berada di Jakarta. Meski baru mengenal Jill dan Gwen sebentar, tapi rasanya sudah begitu nyaman, namun Jessie bisa apa? Toh dirinya sebagai seorang anak hanya bisa mengikuti keinginan orangtua!Sama seperti Jill! Mereka adalah anak yang tidak memiliki pilihan lain selain menuruti apa kata orangtua! Nasib! “Lo mau balik ke Amrik?” tanya Jill kaget, baru sadar kalau ada maksud terselubung dari acara jalan-jalan ini, selain untuk menghibur dirinya tentu saja.Jessie mengangguk, membenarkan dengan berat hati.“Ini farewell party kita.”“Kapan lo berangkat?”“Minggu depan.”“Padahal gue baru nganggep lo teman, tapi kenapa lo udah mau balik aja sih?”“Berarti dari kemarin lo nggak
“Shittt!” maki Levin lirih saat mendengar ucapan istrinya di seberang sana. Siapa yang menyangka kalau putra sulungnya akan kembali secepat ini? Ternyata dugaan Claire memang tidak pernah meleset! Putranya itu langsung mengambil penerbangan paling awal agar bisa tiba secepatnya di Jakarta! Padahal Levin sedang menghadiri rapat penting di kantor! Tidak heran kalau dirinya kelabakan sekarang! Nick menatap atasan sekaligus sahabatnya yang terlihat jelas begitu gelisah dan berbisik lirih,“Ada apa?”“Revel udah sampe Jakarta dan lagi meluncur ke rumah Jill!”Nick mengangkat alis, dirinya sudah tau mengenai masalah percintaan Revel. Yang Nick tidak sangka adalah kenapa anak dan ayah memiliki kelakuan yang sama? Jika sudah menyangkut wanita pasti akan begitu gigih dan selalu bergerak cepat!Heran! Ternyata memang benar kalau keturunan akan jauh lebih kuat daripada tanjakan! Dalam artian sifat maksudnya. Dan sekarang Nick benar-benar memahami arti dari perkataan i
“Kamu nggak perlu melakukan apapun lagi, Revel. Aku sudah memutuskan untuk menuruti permintaan Papa dan akan menikah dengan Alvaro,” sela Jill membuat senyum smirk muncul di wajah Alvaro. Senyum penuh kemenangan. Akhirnya dirinya yang berhasil mendapatkan Jill! Bukan Revel!Jill sekuat tenaga menahan diri agar tetap terlihat tegar, padahal jauh di dalam lubuk hati, Jill merasa begitu terpuruk. Terlebih saat melihat raut wajah Revel yang begitu terluka serta kecewa meski tertutup oleh kabut amarah! Tapi Jill sadar kalau dirinya memang tidak memiliki jalan lain.Revel menghampiri Jill dengan langkah lebar dan bertanya dengan gigi gemeretak, tanda kalau pria itu sedang berusaha keras menahan emosinya.“Ulangi apa yang kamu bilang barusan, Jill!”“Kamu pasti udah dengar ucapanku tadi, Revel!” elak Jill menolak mengulang kalimat menyakitkan itu.“Aku bilang ulangi!” sentak Revel geram membuat Levin berdoa dalam hati, berharap agar putranya tidak lepas kendali seperti
Revel menoleh bingung pada papanya yang malah ikut masuk ke dalam mobilnya, padahal tadi mereka bawa mobil masing-masing!“Kenapa Papa masuk ke mobilku? Papa kan bawa mobil sendiri,” protes Revel.“Banyak yang harus kita bicarakan, Revel!”“Apa Papa nggak bisa kasih aku waktu sebentar untuk menenangkan diri? Aku baru aja diputusin, Pa!” sungut Revel.“Tidak! Kita harus bahas masalah ini secepatnya!” desak Levin.“Mobil Papa gimana?” elak Revel masih mencari cara untuk melepaskan diri dari sang papa yang begitu gigih ingin mengorek informasi darinya.“Gampang, nanti tinggal suruh supir ambil!”Revel mendengus kesal, tidak bisa menghindar lagi. Terpaksa ia mengemudikan mobilnya, bergabung dengan kepadatan mobil lainnya di jalan raya Jakarta yang selalu tampak macet setiap harinya. Apalagi di jam sibuk seperti ini.“Jangan di rumah! Ke kantor Papa aja,” sela Levin saat Revel hampir mengambil jalur kiri menuju ke arah rumahnya.“Okay!” pasrah Revel, s
“Akhirnya kamu menerima pernikahan ini juga, Jill!” ucap Alvaro dengan senyum yang membuat Jill muak seketika. Saat ini mereka sedang berbincang berdua, meski awalnya enggan tapi Jill mengiyakannya juga, tidak ingin kembali berdebat dengan papanya hanya karena Alvaro. Tidak penting!“Percuma aku membantah karena Papa tidak akan mengubah keputusannya,” jawab Jill asal. Biarkan saja Alvaro berpikir sesuka hatinya, Jill tidak peduli! Mengalah untuk menang, itulah yang sedang Jill lakukan sekarang.“Syukurlah, aku pikir kamu akan terus menolak.”Jill tidak menjawab dan Alvaro pun tidak berusaha mendesak lagi.“Baiklah, aku tidak ingin mengganggu kamu lebih lama lagi. Lebih baik sekarang kamu istirahat lebih awal. Aku tidak ingin kamu kelelahan besok di hari pernikahan kita!” ucap Alvaro sok perhatian membuat rasa muak Jill berubah menjadi mual!Jill berusaha keras menahan diri untuk tidak menyerang Alvaro secara membabi buta, jika boleh, ingin rasanya Jill mencabik-c
Jill menatap rumah Alvaro, entah bagaimana pria itu bisa membeli rumah sendiri atas namanya atau ini hadiah pernikahan dari om Yosua? Bisa saja kan? Sudahlah, rumah siapapun ini Jill tidak peduli. Dirinya berharap tidak perlu terlalu lama tinggal disini. Dengan pemikiran itu, Jill masuk ke dalam kamar, mengabaikan Alvaro begitu saja. Alvaro menatap geram pada Jill yang sudah berjalan mendahuluinya, seolah dirinya tidak kasat mata. Wanita sialan!‘Aku pastikan kalau malam ini kamu akan menjadi milikku seutuhnya, Jill!’ geram Alvaro menahan amarah yang menggelegak di dalam dadanya.Malam hari…..Jill terkesiap kaget saat merasa ada tangan yang sedang menjamah bahkan meraba-raba tubuhnya! Dengan kesadaran yang masih terpecah karena rasa kantuk yang teramat sangat, Jill melihat sekeliling dan tersentak kaget saat Alvaro sudah berada di atas tubuhnya, dengan tubuh polos pula!Ya Tuhan! Jill tidak akan mau melakukan hubungan itu dengan Alvaro. Tidak akan mau sampai ka
Satu tahun kemudian…Di salah satu hotel bintang lima terlihat dekorasi yang begitu mewah namun terkesan elegan, tidak norak. Jill memasuki ballroom sambil menggandeng lengan Revel yang sedang menggendong baby Luiz. Di umur yang hampir menginjak tiga tahun, baby Luiz terlihat semakin tampan, mengikuti wajah Revel.Di belakang mereka ada seorang baby sitter sambil mendorong stroller kosong, untuk jaga-jaga jika Luiz mengantuk di tengah acara pesta. Sejak beberapa bulan yang lalu, Jill akhirnya menyerah pada bujukan Revel dan mengikuti keinginan suaminya yang tidak tega melihatnya kelelahan jika harus mengurus Luiz sendirian.‘Aku nggak mau kamu terlalu capek dan jatuh sakit, Baby. Apalagi selain mengurus Luiz, kamu juga masih harus mengurusku.’Ya, sejak menikah dengan Revel, Jill memang ingin mengurus keperluan suami dan anaknya sendiri, bahkan dirinya sampai rela berhenti kerja hanya untuk mengurus rumah tangganya. Jill lebih memilih menjadi ibu rumah tangga daripad
Beberapa bulan kemudian….Revel menatap bangga pada putranya yang semakin pintar, lucu dan menggemaskan. Disela-sela kesibukannya sebagai seorang pengusaha, bermain dengan buah hatinya merupakan kebahagiaan tersendiri untuk Revel. Dan sekarang di waktu santai, itulah yang dirinya lakukan.Bermain dengan Luiz sepuasnya sekalian menggantikan tugas Jill menjaga anak meski hanya sementara. Perhatian Revel beralih dari Luiz kepada Jill yang baru saja memasuki ruang keluarga dengan piring buah di tangannya. Hal yang memang biasa dilakukan setiap hari. Makan buah agar sehat.Senyum lebar mengembang di wajah cantik Jill yang tampak polos, tanpa adanya jejak make up sama sekali, namun tidak menutupi kecantikan alami yang terpancar jelas. Kecantikan yang membuat Revel tidak bisa mengalihkan pandangan barang sedetik pun dari istrinya. Dari dulu.“Hei, kamu lagi main apa sama Papa? Kok senang banget sih?” tanya Jill sambil menggoyangkan tangan kecil Luiz. Tidak ada jawaban
“Jadi siapa nama cowok yang kemarin, Jill?” cecar Jessie tidak sabar saat datang ke rumah Jill pagi-pagi, persis dengan gaya ibu-ibu komplek yang begitu penasaran akan gossip terbaru! Tidak ingin ketinggalan berita! “Cowok? Oh yang itu! Masa lo nggak kenal sih? Bukannya udah pernah ketemu ya pas pergi sama gue?” tanya Jill masih tidak percaya kalau Jessie tidak mengenal pria yang kemarin membuat gadis itu sampai ternganga takjub!“Mana ada? Belom lah! Kalau udah gue nggak mungkin lupa sama cowok ganteng begitu!” sanggah Jessie yakin, mengulang ucapannya kemarin.“Masa iya sih?” tanya Jill sambil mengusap dagunya pelan, berpikir keras.“Jangan kebanyakan mikir! Cepet kasih tau gue siapa namanya? Gue udah penasaran dari kemarin tau!” cecar Jessie lagi membuat Jill berdecak sebal karena seperti sedang dikejar oleh debt collector!“Tuh cowok namanya Jayden! Dia temen gue yang kerja sebagai bartender!”“Bartender?” ulang Jessie lemas. Seolah harapannya untuk
Matthew menatap Gwen yang baru saja selesai mandi. Akhirnya malam ini mereka resmi menjadi sepasang suami istri. Hal yang tidak berani Matthew bayangkan sebelumnya, terlebih saat mengingat waktu Gwen menjauhinya dulu, begitu membuatnya frustasi. Apalagi istrinya itu sangat sulit dibujuk!Hati Matthew menghangat saat melafalkan kata ‘istri’ meski hanya dalam hati. Dadanya bergemuruh dipenuhi euphoria yang bernama kebahagiaan. Matthew masih asyik dengan pikirannya saat Gwen bertanya dengan nada heran,“Kamu belum mau mandi?”“Ini aku baru mau mandi,” jawab Matthew agak kikuk, belum terbiasa berada berduaan dengan wanita yang telah resmi menjadi istrinya hari ini dalam satu kamar. Gwen mengambil hairdryer dan mengeringkan rambut, tidak ingin tidur dalam keadaan rambut basah karena bisa bikin kepalanya sakit nanti. Gwen sedang fokus dengan rambut dan hairdryer di tangannya saat tangan Matthew memeluk pinggangnya dari belakang. Refleks wanita itu memekik kaget!“Asta
Lamunan Revel mengenai perusahaan pupus saat melihat Jill menggeliat dan membuka matanya perlahan, berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya matahari sore yang menerpa indera penglihatannya. “Hei, kamu udah pulang dari tadi?”“Nggak kok, baru aja. Kamu pasti capek banget sampe ketiduran gini.”“Nggak juga kok, cuma anginnya enak aja bikin aku ngantuk dan ketiduran,” kilah Jill tidak ingin membuat Revel khawatir dan malah menambah beban pikiran sang suami yang pasti sudah begitu banyak, apalagi dengan masalah perusahaan yang pasti tidak akan pernah ada habisnya.Revel hanya mengangguk, sadar kalau Jill tidak ingin membuatnya khawatir.“Jadi gimana kantor hari ini? Banyak kerjaan?”“Ya begitulah, setiap hari pasti ada aja.”“Tapi nggak ada masalah kan?”“Nggak kok, semuanya aman. Kamu tenang aja, okay?”Jill mengangguk, menggendong baby Luiz perlahan agar tidak membuatnya terbangun dan membaringkannya di baby box.Beberapa bulan kemudian…
Dokter dan suster yang melihat kejadian itu tidak urung menatap Revel dengan raut kasihan tapi juga geli. Revel yang menyadari kalau mereka hampir terbahak melihat apa yang terjadi barusan hanya bisa menunduk, karena lagi-lagi harus menahan malu akibat ulah istrinya! Nasib!Sejak dulu Jill memang sudah menjadi titik kelemahannya. Begitu juga kali ini, Revel harus rela menurunkan wibawanya di depan dokter dan suster yang bertugas. Revel sadar kalau sebentar lagi cerita mengenai dirinya yang dianiaya oleh Jill pasti akan tersebar luas! Tapi ya sudahlah, terima nasib aja! Siapa yang menyangka kalau Revel akan cinta mati pada wanita sebar-bar ini? Iya kan?“Selamat ya, Pak. Bayinya laki-laki dan terlahir sehat,” ucap dokter.Dengan penuh haru Revel menatap bayinya. Bayi yang merupakan perpaduan antara dirinya dengan Jill! Astaga! Bagaimana bisa Tuhan menciptakan bayi setampan ini? Memang sih, Revel sadar kalau dirinya tampan dan Jill juga cantik, tapi tetap saja dirinya
Revel berdecak gemas karena pertanyaannya malah dijawab asal-asalan oleh Jill! Padahal dirinya sedang bertanya serius! Sangat amat serius! Revel ingin segera tau hasil testnya! Revel ingin tau apakah usahanya hampir setiap malam sudah membuahkan hasil atau belum! Jika belum, Revel tidak akan bosan untuk terus berusaha sampai Jill positif hamil! Usaha yang akan Revel lakukan dengan senang hati karena sama-sama dapat enak! “Aku serius, Jill!” sergah Revel menahan sabar. Jill meringis saat Revel sudah memanggil namanya dengan nada seperti itu, tanda kalau pria itu sudah tidak bisa lagi menahan kesabarannya. “Itu kan yang muncul garis dua, yang artinya aku positif. Dan karena ini testpack kehamilan, berarti tandanya aku positif hamil, Revel. Bukan positif covid,” jelas Jill, tidak ingin diomeli oleh suaminya yang terkadang bisa bersikap menyebalkan juga. “Serius?” lirih Revel dengan suara tercekat, tidak percaya kalau akhirnya Tuhan ke
“Hmm…. Matthew kemarin ngajakin gue merit,” aku Gwen dengan suara lirih. Jill ternganga sejenak sebelum akhirnya memekik kaget.“What?! Lo serius?!” “Seriuslah!”“Brengsek juga tuh cowok!” omel Jill membuat Gwen mengernyit bingung. “Kenapa jadi brengsek, Jill?”“Ya brengsek lah! Masa ngomong soal pernikahan melalui video call sih? Itu kan hal serius, Gwen! Harusnya Matthew bahas soal itu face to face sama lo!” sungut Jill tidak terima. Untung Revel tidak melakukan hal itu, jika tidak, Jill pasti akan kesal!“Tapi lo tau sendiri kalau Matthew kan nggak mungkin datang ke Jakarta cuma buat ngajakin gue merit!” bantah Gwen membela kekasihnya. Gwen tidak terima waktu Jill mengatai Matthew brengsek. Enak aja!“Cuma lo bilang? Ngajakin lo merit bukan sekedar ‘cuma’, Gwen! Itu hal serius! Mana ada sih cowok yang ngelamar ceweknya melalui video call? Lagian dia bisa aja bahas soal itu langsung pas datang ke acara resepsi pernikahan gue sama Revel! Padahal dia ka
Dua bulan kemudian…..Revel memijat keningnya yang terasa pusing, sudah dua minggu terakhir ini pekerjaannya begitu menumpuk. Siapa yang mengira kalau mengurus perusahaan akan jauh lebih melelahkan dan memusingkan daripada kuliah? Tidak heran kalau papanya ingin pensiun dini dan memilih menikmati hari tua bersama mamanya!Tentunya saat Revel sudah bisa mengurus perusahaan sendiri nantinya! Bukan sekarang! Untung sampai saat ini papanya dan uncle Nick selalu membantunya, tidak membiarkan Revel melangkah seperti anak hilang sendirian! Revel berhenti memijat keningnya saat mendengar pintu ruangannya diketuk dan muncul wajah papanya.“Kamu kenapa, Revel? Kok keliatannya pusing banget?” “Emang aku lagi pusing, Pa!”“Kenapa? Ada masalah pekerjaan?”“Nggak sih, cuma kayaknya aku kebanyakan lembur jadinya agak drop,” jelas Revel.“Ya udah, malam ini jangan lembur dulu. Maksud Papa jangan lembur di kantor ataupun di rumah. Paham maksud Papa kan?” tanya Levin