Revel menoleh bingung pada papanya yang malah ikut masuk ke dalam mobilnya, padahal tadi mereka bawa mobil masing-masing!
“Kenapa Papa masuk ke mobilku? Papa kan bawa mobil sendiri,” protes Revel.“Banyak yang harus kita bicarakan, Revel!”“Apa Papa nggak bisa kasih aku waktu sebentar untuk menenangkan diri? Aku baru aja diputusin, Pa!” sungut Revel.“Tidak! Kita harus bahas masalah ini secepatnya!” desak Levin.“Mobil Papa gimana?” elak Revel masih mencari cara untuk melepaskan diri dari sang papa yang begitu gigih ingin mengorek informasi darinya.“Gampang, nanti tinggal suruh supir ambil!”Revel mendengus kesal, tidak bisa menghindar lagi. Terpaksa ia mengemudikan mobilnya, bergabung dengan kepadatan mobil lainnya di jalan raya Jakarta yang selalu tampak macet setiap harinya. Apalagi di jam sibuk seperti ini.“Jangan di rumah! Ke kantor Papa aja,” sela Levin saat Revel hampir mengambil jalur kiri menuju ke arah rumahnya.“Okay!” pasrah Revel, s“Akhirnya kamu menerima pernikahan ini juga, Jill!” ucap Alvaro dengan senyum yang membuat Jill muak seketika. Saat ini mereka sedang berbincang berdua, meski awalnya enggan tapi Jill mengiyakannya juga, tidak ingin kembali berdebat dengan papanya hanya karena Alvaro. Tidak penting!“Percuma aku membantah karena Papa tidak akan mengubah keputusannya,” jawab Jill asal. Biarkan saja Alvaro berpikir sesuka hatinya, Jill tidak peduli! Mengalah untuk menang, itulah yang sedang Jill lakukan sekarang.“Syukurlah, aku pikir kamu akan terus menolak.”Jill tidak menjawab dan Alvaro pun tidak berusaha mendesak lagi.“Baiklah, aku tidak ingin mengganggu kamu lebih lama lagi. Lebih baik sekarang kamu istirahat lebih awal. Aku tidak ingin kamu kelelahan besok di hari pernikahan kita!” ucap Alvaro sok perhatian membuat rasa muak Jill berubah menjadi mual!Jill berusaha keras menahan diri untuk tidak menyerang Alvaro secara membabi buta, jika boleh, ingin rasanya Jill mencabik-c
Jill menatap rumah Alvaro, entah bagaimana pria itu bisa membeli rumah sendiri atas namanya atau ini hadiah pernikahan dari om Yosua? Bisa saja kan? Sudahlah, rumah siapapun ini Jill tidak peduli. Dirinya berharap tidak perlu terlalu lama tinggal disini. Dengan pemikiran itu, Jill masuk ke dalam kamar, mengabaikan Alvaro begitu saja. Alvaro menatap geram pada Jill yang sudah berjalan mendahuluinya, seolah dirinya tidak kasat mata. Wanita sialan!‘Aku pastikan kalau malam ini kamu akan menjadi milikku seutuhnya, Jill!’ geram Alvaro menahan amarah yang menggelegak di dalam dadanya.Malam hari…..Jill terkesiap kaget saat merasa ada tangan yang sedang menjamah bahkan meraba-raba tubuhnya! Dengan kesadaran yang masih terpecah karena rasa kantuk yang teramat sangat, Jill melihat sekeliling dan tersentak kaget saat Alvaro sudah berada di atas tubuhnya, dengan tubuh polos pula!Ya Tuhan! Jill tidak akan mau melakukan hubungan itu dengan Alvaro. Tidak akan mau sampai ka
Jawaban Jill yang begitu gampang memberikan persetujuan membuat Alvaro menyipitkan mata, tidak percaya kalau istrinya akan merespon secuek dan sesantai itu.“Kamu tidak keberatan melihat suamimu bermain dengan jalang?”“Of course! Karena gue nggak punya perasaan apapun lagi sama lo. Ah ralat! Yang gue rasain sama lo cuma benci dan jijik. Bahkan dengan melihat kelakuan bejat lo bakal bikin rasa benci dan jijik gue sama lo semakin menjadi-jadi!” jawab Jill sinis dan berapi-api, mengabaikan raut murka di wajah Alvaro.Tangan Alvaro terkepal erat, jika bisa, ingin rasanya mencekik Jill saat itu juga! Namun itu akan terlalu enak bagi wanita sialan yang sudah menghinanya berulang kali. Alvaro lebih suka melihatnya menderita lebih dulu!“Okay. Aku akan tanda tangani surat sialan itu!”Dan kini, Jill menatap puas pada kertas yang sudah ditanda tangani oleh Alvaro, lengkap di atas materai! Sekarang tinggal ke langkah selanjutnya!Keesokan paginya…Jill datang ke r
Awalnya Jill tidak ingin membuka kaca jendela mobilnya, namun setelah dipikir berulang kali, tidak dibuka pun dirinya tidak bisa kabur kemana-mana! Mobilnya dikepung hingga tidak bisa bergerak! Jadi lebih baik bersikap kooperatif daripada membuat mereka marah kan? Akan jauh lebih bahaya!“Nona Jill?” tanya seorang pria dengan suara yang terdengar begitu dalam. “Anda mau apa?”“Tuan saya ingin bertemu dengan anda, Nona.”“Tuan kamu? Siapa?” tanya Jill semakin was-was. “Anda akan tau jika sudah bertemu langsung dengan beliau,” jawab sang pria diplomatis, tidak berkenan memberitahu Jill.Pikiran Jill berkecamuk. Apakah ini kelakuan Alvaro yang marah dengan tindakannya? Bukankah kemarin, sesaat setelah mereka resmi menikah, Alvaro bilang kalau Jill akan menyesalinya? Bisa saja itu bukan hanya sekedar ancaman kan? Dan sekarang Jill harus bagaimana? Kabur aja? Tapi kabur kemana? Tidak ada jalan keluar!Di depannya ada 4 orang pria bertubuh tinggi besar, khas
Levin mendesah kesal, heran kenapa Claire bisa bersikap posesif seperti ini pada Revel! Padahal yang menjadi suaminya adalah Levin, tapi kenapa Revel yang selalu dikhawatirkan oleh istrinya? Bisa gawat kan jika ada yang salah sangka?“Claire! Daripada mengurus Revel lebih baik mengurus diri kita sendiri, okay?” bujuk Levin, tidak ingin lagi dicecar oleh istrinya.“Urusan kita? Maksudnya apa?”“Si junior udah kangen sama kamu, Sayang. Lebih baik malam ini kita cari enak yuk!” ajak Levin dengan senyum mesum. Claire memutar bola matanya dengan gemas, bisa-bisanya suaminya itu minta jatah di saat seperti ini! Di saat Claire sedang pusing memikirkan masalah putranya!“Nggak mau! Permasalahan Revel jauh lebih penting! Aku nggak akan kasih jatah ke kamu selama masalah Revel belum selesai!” tolak Claire membuat Levin meradang karena usahanya ditolak mentah-mentah! Alamat puasa lagi malam ini! Nasib!‘Pokoknya nanti kalau masalah Revel udah kelar, aku akan minta jata
“Kenapa kamu memutuskan menikah dengan Alvaro? Apa rencana kamu yang sebenarnya, Jill?” tanya Revel tanpa basa basi, mengabaikan kebohongan yang baru saja Jill lontarkan. Revel bukan orang bodoh, dirinya tidak akan percaya dengan ucapan Jill semudah itu! Ucapan yang jelas penuh dengan kebohongan!Jill tidak pandai berdusta dan Revel sudah terlalu memahami wanitanya sendiri! “Rencana apa sih maksud kamu? Aku nggak ngerti!” elak Jill.“Aku bukan orang bodoh, Jill! Dan aku sudah kenal kamu sejak lama! Kamu nggak bisa bohongin aku semudah itu!” “Jangan bersikap kalau kamu benar-benar mengenalku!”“Aku memang sudah mengenal kamu, Baby! Luar dalam!” bantah Revel dengan senyum smirk membuat wajah Jill merona seketika saat menyadari arti dari ucapan pria di hadapannya! Sial! Tak urung ucapan Revel membuat pikiran Jill berkelana kemana-mana!Ya, memang benar hanya Revel yang benar-benar memahaminya. Bukan hanya dari segi sifat tapi juga dari segala hal, termasuk keb
Revel tersenyum lebar saat mendengar pekik kepuasan yang keluar dari bibir Jill. Bahkan hanya dengan permainan bibir dan tangannya saja Jill sudah dapat mencapai puncak kenikmatan! Dirinya memang lihay memuaskan wanitanya! “Apa kamu puas, Baby?” tanya Revel sensual sambil menyusuri leher jenjang wanitanya yang berpeluh, tapi tidak masalah, justru Revel menyukainya. Jill tampak begitu seksi jika sedang berkeringat seperti ini. Membuat gairah Revel semakin meningkat drastis. Menggebu-gebu.Jill menggigit bibir, belum sanggup merespon, masih sibuk meresapi rasa nikmat yang dirasakannya akibat pelepasan barusan. Apalagi bibir dan tangan Revel tidak berhenti menggodanya! Astaga, pria itu benar-benar ingin membuat Jill K.O!“Kamu selalu membuatku puas, Revel. Hal itu tidak akan pernah berubah sampai kapanpun,” jawab Jill pada akhirnya setelah kenikmatan itu berangsur hilang, berganti dengan rasa lemas bagai tak bertulang! Revel tersenyum saat mendengar jawaban Jill. Mera
Keesokan paginya….“Apa kamu yakin nggak mau aku antar pulang?” tanya Revel sekali lagi setelah mereka selesai melakukan aktivitas ranjang yang menguras tenaga di pagi hari.Ya, semalam suntuk mereka berulang kali melakukan hubungan itu, seolah ingin memuaskan diri sebelum kembali beraktivitas hari ini. Bahkan sekarang saja Jill masih berada di dalam pelukan Revel yang begitu nyaman membuat dirinya enggan melepaskan diri. Enggan pergi jauh-jauh dari Revel.“Yakin. Aku nggak mau Alvaro jadi curiga.”“Baiklah, tapi aku ingin kita bertemu seperti ini setiap hari sebelum aku harus kembali ke Melbourne. Bagaimana?” pinta Revel.“Kapan kamu kembali ke Melbourne?”“Senin depan.”“Itu berarti tinggal empat hari lagi,” desah Jill, hatinya langsung merasa sedih saat teringat akan ditinggalkan oleh kekasihnya meski hanya untuk sementara waktu, padahal Jill masih merindukan Revel!Jill tidak peduli meski secara status sudah memiliki suami, tapi yang ada di dalam
Satu tahun kemudian…Di salah satu hotel bintang lima terlihat dekorasi yang begitu mewah namun terkesan elegan, tidak norak. Jill memasuki ballroom sambil menggandeng lengan Revel yang sedang menggendong baby Luiz. Di umur yang hampir menginjak tiga tahun, baby Luiz terlihat semakin tampan, mengikuti wajah Revel.Di belakang mereka ada seorang baby sitter sambil mendorong stroller kosong, untuk jaga-jaga jika Luiz mengantuk di tengah acara pesta. Sejak beberapa bulan yang lalu, Jill akhirnya menyerah pada bujukan Revel dan mengikuti keinginan suaminya yang tidak tega melihatnya kelelahan jika harus mengurus Luiz sendirian.‘Aku nggak mau kamu terlalu capek dan jatuh sakit, Baby. Apalagi selain mengurus Luiz, kamu juga masih harus mengurusku.’Ya, sejak menikah dengan Revel, Jill memang ingin mengurus keperluan suami dan anaknya sendiri, bahkan dirinya sampai rela berhenti kerja hanya untuk mengurus rumah tangganya. Jill lebih memilih menjadi ibu rumah tangga daripad
Beberapa bulan kemudian….Revel menatap bangga pada putranya yang semakin pintar, lucu dan menggemaskan. Disela-sela kesibukannya sebagai seorang pengusaha, bermain dengan buah hatinya merupakan kebahagiaan tersendiri untuk Revel. Dan sekarang di waktu santai, itulah yang dirinya lakukan.Bermain dengan Luiz sepuasnya sekalian menggantikan tugas Jill menjaga anak meski hanya sementara. Perhatian Revel beralih dari Luiz kepada Jill yang baru saja memasuki ruang keluarga dengan piring buah di tangannya. Hal yang memang biasa dilakukan setiap hari. Makan buah agar sehat.Senyum lebar mengembang di wajah cantik Jill yang tampak polos, tanpa adanya jejak make up sama sekali, namun tidak menutupi kecantikan alami yang terpancar jelas. Kecantikan yang membuat Revel tidak bisa mengalihkan pandangan barang sedetik pun dari istrinya. Dari dulu.“Hei, kamu lagi main apa sama Papa? Kok senang banget sih?” tanya Jill sambil menggoyangkan tangan kecil Luiz. Tidak ada jawaban
“Jadi siapa nama cowok yang kemarin, Jill?” cecar Jessie tidak sabar saat datang ke rumah Jill pagi-pagi, persis dengan gaya ibu-ibu komplek yang begitu penasaran akan gossip terbaru! Tidak ingin ketinggalan berita! “Cowok? Oh yang itu! Masa lo nggak kenal sih? Bukannya udah pernah ketemu ya pas pergi sama gue?” tanya Jill masih tidak percaya kalau Jessie tidak mengenal pria yang kemarin membuat gadis itu sampai ternganga takjub!“Mana ada? Belom lah! Kalau udah gue nggak mungkin lupa sama cowok ganteng begitu!” sanggah Jessie yakin, mengulang ucapannya kemarin.“Masa iya sih?” tanya Jill sambil mengusap dagunya pelan, berpikir keras.“Jangan kebanyakan mikir! Cepet kasih tau gue siapa namanya? Gue udah penasaran dari kemarin tau!” cecar Jessie lagi membuat Jill berdecak sebal karena seperti sedang dikejar oleh debt collector!“Tuh cowok namanya Jayden! Dia temen gue yang kerja sebagai bartender!”“Bartender?” ulang Jessie lemas. Seolah harapannya untuk
Matthew menatap Gwen yang baru saja selesai mandi. Akhirnya malam ini mereka resmi menjadi sepasang suami istri. Hal yang tidak berani Matthew bayangkan sebelumnya, terlebih saat mengingat waktu Gwen menjauhinya dulu, begitu membuatnya frustasi. Apalagi istrinya itu sangat sulit dibujuk!Hati Matthew menghangat saat melafalkan kata ‘istri’ meski hanya dalam hati. Dadanya bergemuruh dipenuhi euphoria yang bernama kebahagiaan. Matthew masih asyik dengan pikirannya saat Gwen bertanya dengan nada heran,“Kamu belum mau mandi?”“Ini aku baru mau mandi,” jawab Matthew agak kikuk, belum terbiasa berada berduaan dengan wanita yang telah resmi menjadi istrinya hari ini dalam satu kamar. Gwen mengambil hairdryer dan mengeringkan rambut, tidak ingin tidur dalam keadaan rambut basah karena bisa bikin kepalanya sakit nanti. Gwen sedang fokus dengan rambut dan hairdryer di tangannya saat tangan Matthew memeluk pinggangnya dari belakang. Refleks wanita itu memekik kaget!“Asta
Lamunan Revel mengenai perusahaan pupus saat melihat Jill menggeliat dan membuka matanya perlahan, berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya matahari sore yang menerpa indera penglihatannya. “Hei, kamu udah pulang dari tadi?”“Nggak kok, baru aja. Kamu pasti capek banget sampe ketiduran gini.”“Nggak juga kok, cuma anginnya enak aja bikin aku ngantuk dan ketiduran,” kilah Jill tidak ingin membuat Revel khawatir dan malah menambah beban pikiran sang suami yang pasti sudah begitu banyak, apalagi dengan masalah perusahaan yang pasti tidak akan pernah ada habisnya.Revel hanya mengangguk, sadar kalau Jill tidak ingin membuatnya khawatir.“Jadi gimana kantor hari ini? Banyak kerjaan?”“Ya begitulah, setiap hari pasti ada aja.”“Tapi nggak ada masalah kan?”“Nggak kok, semuanya aman. Kamu tenang aja, okay?”Jill mengangguk, menggendong baby Luiz perlahan agar tidak membuatnya terbangun dan membaringkannya di baby box.Beberapa bulan kemudian…
Dokter dan suster yang melihat kejadian itu tidak urung menatap Revel dengan raut kasihan tapi juga geli. Revel yang menyadari kalau mereka hampir terbahak melihat apa yang terjadi barusan hanya bisa menunduk, karena lagi-lagi harus menahan malu akibat ulah istrinya! Nasib!Sejak dulu Jill memang sudah menjadi titik kelemahannya. Begitu juga kali ini, Revel harus rela menurunkan wibawanya di depan dokter dan suster yang bertugas. Revel sadar kalau sebentar lagi cerita mengenai dirinya yang dianiaya oleh Jill pasti akan tersebar luas! Tapi ya sudahlah, terima nasib aja! Siapa yang menyangka kalau Revel akan cinta mati pada wanita sebar-bar ini? Iya kan?“Selamat ya, Pak. Bayinya laki-laki dan terlahir sehat,” ucap dokter.Dengan penuh haru Revel menatap bayinya. Bayi yang merupakan perpaduan antara dirinya dengan Jill! Astaga! Bagaimana bisa Tuhan menciptakan bayi setampan ini? Memang sih, Revel sadar kalau dirinya tampan dan Jill juga cantik, tapi tetap saja dirinya
Revel berdecak gemas karena pertanyaannya malah dijawab asal-asalan oleh Jill! Padahal dirinya sedang bertanya serius! Sangat amat serius! Revel ingin segera tau hasil testnya! Revel ingin tau apakah usahanya hampir setiap malam sudah membuahkan hasil atau belum! Jika belum, Revel tidak akan bosan untuk terus berusaha sampai Jill positif hamil! Usaha yang akan Revel lakukan dengan senang hati karena sama-sama dapat enak! “Aku serius, Jill!” sergah Revel menahan sabar. Jill meringis saat Revel sudah memanggil namanya dengan nada seperti itu, tanda kalau pria itu sudah tidak bisa lagi menahan kesabarannya. “Itu kan yang muncul garis dua, yang artinya aku positif. Dan karena ini testpack kehamilan, berarti tandanya aku positif hamil, Revel. Bukan positif covid,” jelas Jill, tidak ingin diomeli oleh suaminya yang terkadang bisa bersikap menyebalkan juga. “Serius?” lirih Revel dengan suara tercekat, tidak percaya kalau akhirnya Tuhan ke
“Hmm…. Matthew kemarin ngajakin gue merit,” aku Gwen dengan suara lirih. Jill ternganga sejenak sebelum akhirnya memekik kaget.“What?! Lo serius?!” “Seriuslah!”“Brengsek juga tuh cowok!” omel Jill membuat Gwen mengernyit bingung. “Kenapa jadi brengsek, Jill?”“Ya brengsek lah! Masa ngomong soal pernikahan melalui video call sih? Itu kan hal serius, Gwen! Harusnya Matthew bahas soal itu face to face sama lo!” sungut Jill tidak terima. Untung Revel tidak melakukan hal itu, jika tidak, Jill pasti akan kesal!“Tapi lo tau sendiri kalau Matthew kan nggak mungkin datang ke Jakarta cuma buat ngajakin gue merit!” bantah Gwen membela kekasihnya. Gwen tidak terima waktu Jill mengatai Matthew brengsek. Enak aja!“Cuma lo bilang? Ngajakin lo merit bukan sekedar ‘cuma’, Gwen! Itu hal serius! Mana ada sih cowok yang ngelamar ceweknya melalui video call? Lagian dia bisa aja bahas soal itu langsung pas datang ke acara resepsi pernikahan gue sama Revel! Padahal dia ka
Dua bulan kemudian…..Revel memijat keningnya yang terasa pusing, sudah dua minggu terakhir ini pekerjaannya begitu menumpuk. Siapa yang mengira kalau mengurus perusahaan akan jauh lebih melelahkan dan memusingkan daripada kuliah? Tidak heran kalau papanya ingin pensiun dini dan memilih menikmati hari tua bersama mamanya!Tentunya saat Revel sudah bisa mengurus perusahaan sendiri nantinya! Bukan sekarang! Untung sampai saat ini papanya dan uncle Nick selalu membantunya, tidak membiarkan Revel melangkah seperti anak hilang sendirian! Revel berhenti memijat keningnya saat mendengar pintu ruangannya diketuk dan muncul wajah papanya.“Kamu kenapa, Revel? Kok keliatannya pusing banget?” “Emang aku lagi pusing, Pa!”“Kenapa? Ada masalah pekerjaan?”“Nggak sih, cuma kayaknya aku kebanyakan lembur jadinya agak drop,” jelas Revel.“Ya udah, malam ini jangan lembur dulu. Maksud Papa jangan lembur di kantor ataupun di rumah. Paham maksud Papa kan?” tanya Levin