"Hey, Nando. Segalanya aman terkendali. Ayo kita ke kafetaria rumah sakit saja untuk mengobrol. Jordan belum boleh dijenguk di ICU, kau bisa melihatnya dari kaca pantau di dinding itu saja," sambut Calvin Fremantle. Dia sengaja berbohong tidak ada yang boleh menjenguk puteranya untuk menghindari bahaya yang mungkin muncul.Maka Fernando Alex Guilermo pun berjalan ke kaca pantau yang ditunjukkan oleh papa Jordan. Dia melihat kondisi pemuda itu yang nampaknya masih kritis dan dalam hatinya merasa sedikit puas. Sisi hatinya yang memiliki rasa dendam terpendam itu justru senang melihat Jordan di ambang batas hidup dan mati.Dia tersenyum tipis di depan kaca pantau lalu berpura-pura menghela napas dalam-dalam seraya menoleh ke arah papa Jordan. "Ayo kita ke kafetaria sekarang, Calvin!" ujarnya merangkul bahu pria yang masih sangat gagah di usia kepala 6 tersebut.Sekitar selusin pengawal dari dua kubu mengikuti langkah dua konglomerat berbeda bisnis tersebut menuju ke kafetaria rumah saki
"Pa, pulanglah ke penthouse Jordan. Papa pasti lelah menjaga suamiku semalaman hingga pagi," ujar Chantal yang sudah tiba di rumah sakit pagi-pagi benar.Semalam sudah cukup baginya untuk beristirahat memulihkan tenaga. Dia juga berharap Jordan akan membuka matanya saat dia berjaga di ICU. Mungkin sebentar lagi sesuai perkiraan dokter yang merawatnya.Calvin pun tersenyum letih lalu memeluk menantu kesayangannya itu seraya berkata, "Aku titip puteraku kepadamu, Chantal Darling. Sore nanti Papa akan kembali berjaga menggantikanmu agar kamu tak kelelahan. Sampai ketemu sore oke?" "Hati-hati di jalan, Pa!" sahut Chantal sambil melambaikan tangannya melepas kepergian papa mertuanya yang melangkah menuju ke lift dikawal selusin pengawal berbadan tegap.Andrew Duvall sejak kemarin mengawasi lorong ruang ICU tempat Jordan dirawat. Dia harus memastikan nyawa pria sasarannya melayang dan tak kembali ke raga lagi agar 2 juta dolar menjadi bayarannya. Melihat kepergian selusin pengawal bersenja
"Dokter Vincent Lambert ... jangan pergi dulu! Ada panggilan dari ruang ICU nomor 7," panggil perawat jaga yang baru saja melihat lampu emergency call di meja tugasnya.Dokter berusia paruh baya itu membalik badannya lalu berlari menuju ke arah sebaliknya untuk memeriksa Jordan Fremantle. Ternyata benar pria yang dia operasi kemarin karena tertembak punggungnya itu telah siuman didampingi oleh istrinya."Oke, apa kabar, Mister Fremantle?" sapa Dokter Vincent sembari memasang stetoskop ke telinganya lalu mendengarkan tarikan napas Jordan."Dadaku dan punggungku ... masih nyeri saat bernapas, Dok. Rasanya seperti ... terbakar!" jawab Jordan mencoba menata napasnya saat berbicara dengan dokter.Chantal diam tak mengatakan sepatah kata pun, dia menyimak perkataan Dokter Vincent Lambert mengenai kondisi suaminya dan terapi selanjutnya."Saya akan meminta perawat untuk memberikan antibiotik, pereda nyeri, dan multivitamin nanti. Hanya makanan lunak untuk sementara hingga pemeriksaan MRI sel
"Uhh ... di mana aku?" gumam Chantal sembari menyesuaikan matanya dengan cahaya ruangan yang terang benderang. Dia terbaring di sebuah kursi panjang beralas empuk. Sedikit goncangan kabin private jet itu membuatnya tersadar dan segera duduk menurunkan kakinya ke lantai. Dia mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya dan tersadar dia berada di mana saat ini. Sosok papanya duduk santai terkantuk-kantuk di salah satu kursi pesawat."PAPAA! APA KAU MENCULIKKU LAGI DARI SEI TOWER?!" teriak Chantal kalap seperti guntur di siang bolong. Lawrence Brickman langsung terjaga dari tidur-tiduran karena kantuk. Dia bangkit dari kursinya lalu berpindah duduk ke sebelah puterinya. Jelas sekali Chantal marah besar dan menduga ini adalah rencana pribadinya menculik puterinya seperti saat ke Nevada tempo hari."Ssttt ... bisakah tidak berteriak seperti perempuan gila, Chant?! Telinga Papa masih berfungsi normal," ujar Lawrence terkekeh menampakkan sederet gigi putihnya.Namun, Chantal telah hilang kesa
"Master Jordan, silakan buka aplikasi pesan email Anda. Elvis Newman mengirimkan link video untuk private streaming aktivitas Nyonya Chantal dari Bahama Island, Karibia," ujar Donovan memberi tahu bosnya permintaan mata-mata yang menguntit Chantal Brickman. Dia menahan hasrat untuk tertawa melihat Jordan yang tergesa-gesa mencari ponselnya. Setelah menemukan ponselnya di bawah tumpukan berkas yang berserakan di meja kerjanya, Jordan segera terpaku memandangi layar ponselnya dengan wajah berjuta emosi. "Ohh, Darling! Aku sangat merindukanmu, seandainya saja kau tahu itu," gumam Jordan muram. Dia ingin menemui Chantal, tetapi itu sangatlah berbahaya. Sampai saat ini tak ada pemecahan untuk persoalan ancaman pembunuhan terhadap dirinya.Rekaman video yang terkirim kepada Jordan berisi seorang wanita yang tengah berbadan dua tersebut sedang berenang di kolam renang salah satu resort mewah lalu berjemur dengan bikini biru cerah di bangku kayu panjang. Melihat tubuh istrinya yang selalu m
"Jordan, Jessi, lihat ke mari! Senyum!" seru paparazi pemburu gosip panas selebritis Holywood di trotoar depan restoran Malibu One Star yang terkenal hanya bisa dimasuki oleh orang berkocek tebal atau memiliki status sebagai pesohor.Dengan malas Jordan menyunggingkan senyum tipisnya dengan kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Seorang wanita bergaun sexy berbahan sutera hitam ketat dengan belahan hingga setengah paha kanannya bergelanyut manja di lengan kokohnya. Teman kencannya belakangan ini yang bernama Jessica Carrera tersebut seolah menikmati popularitasnya karena dapat berkencan dengan most wanted bachelor (bujangan paling diminati) di penjuru California.Sepasukan pengawal Jordan mengamankan bos besar mereka dari empat penjuru mata angin dengan penuh kewaspadaan. Donovan dan John Hennesey berbisik satu sama lain karena sedikit kesal, keramaian seperti itu berbahaya untuk Jordan yang masih diburu oleh para pembunuh bayaran di luar sana."Jordan, terima kasih sud
"DORR DORR DORR!" Baku tembak yang sengit dengan tidak sepadan antara seorang pembunuh bayaran yang mengincar Jordan melawan selusin pengawal pribadi pria tersebut menyebabkan para pengunjung restoran elite berkonsep fine dining itu menjerit-jerit ketakutan."Bunuh saja dia, John!" perintah Donovan yang sempat terkena tembakan di perut kirinya dan terjatuh ke lantai.John Hennesey menembak jitu leher pria tersebut yang langsung tumbang tertelungkup menatap lantai. Dia bergegas memeriksa kondisi pembunuh bayaran tadi. "Dia tewas, Don! Bagaimana kondisimu?" ujar John cemas melihat rekannya yang bocor perutnya dan bersimbah darah merah segar."SHIT! Panggil ambulans untuk membawa Donovan, Arthur, dan Ben!" teriak Jordan ke pengawalnya yang tak terkena tembakan.Situasi restoran chaos dan masih tegang dipenuhi adrenalin karena peristiwa teror mendadak bersenjata api barusan. Manager restoran dibantu staff yang ada mengurus bill tamu dan meminta mereka tenang karena polisi harus meminta k
"Baby Girl, sshh ... kumohon jangan menangis lagi! Aku benci saat-saat ini ... seharusnya aku ada di sisimu. Rinduku sangat berat, tapi pembunuh bayaran masih menjadi ancaman berbahaya untukmu dan anak kita kalau kamu ada di sisiku!" tutur Jordan dengan tatapan yang sanggup meluluhkan hati Chantal.Ini memang bukan perkara mudah bagi mereka berdua. Kemudian Chantal pun meminta sesuatu, "Telepon aku seperti ini setiap hari sekali saja, Hubby. Kau pasti tahu bahwa aku pun sangat merindukanmu. Kenapa kau tak pernah mau menghubungiku hingga akhirnya malam ini aku yang meneleponmu duluan?!""Aku tak bisa karena sulit untuk menahan perasaanku bila mendengar suaramu atau melihat wajahmu. Padahal mendatangimu sama saja membuatmu menjadi sasaran tembak berjalan," jawab Jordan dengan berat hati."Harus! Aku yang akan menerormu dengan panggilan video call kalau kau tak mau, Jordan!" ancam Chantal dengan nada merajuk manja.Akhirnya Jordan pun mengiyakan permintaan istrinya, "Besok malam, aku aka
"Hello, Gorgeous!" Perempuan itu tersenyum miring di ambang pintu penthouse Calvin Fremantle yang berada di Queens, New York.Calvin mendengkus geli sembari bersedekap menghadapi Jessica Carrera. Dia sudah sebulan ini menghindari wanita muda yang merengek meminta alamat tempat tinggalnya sekarang."Bagaimana bisa kau mendapatkan alamat tempat tinggalku, Jess?" tanya Calvin menghela napas dalam-dalam lalu mempersilakan wanita yang jauh-jauh terbang dari Los Angeles ke tempatnya itu masuk.Ketika Calvin menutup pintu penthousenya, Jessica segera memeluknya erat dari belakang punggungnya. "Aku mendesak Jordan agar memberi tahukan alamatmu. Kau tega meninggalkanku, Honey!" rajuknya."Hmm ... memang hanya Jordan yang mengetahui tempat tinggalku dan beberapa kolega dekatku yang pastinya tak kau kenal," jawab Calvin dengan perasaan bercampur aduk. Dia lalu bertanya, "Jess, untuk apa kau mencariku? Bukankah banyak pemuda yang berlutut di bawah kakimu untuk mendapatkan perhatian darimu?"Jessi
"Welcome home, Jordan, Chantal!" sambut Calvin di ruangan CEO Sky Eternity Intercontinental Tower. Dia memeluk hangat putera dan menantu kesayangannya bergantian. Kemudian dia menggendong cucu pertamanya sembari menyapa Raphael juga yang menjawab dengan bahasa bayi."Papa, maaf telah merepotkanmu begitu lama!" ujar Jordan sambil terkekeh mengamati kakek dan cucunya yang cepat sekali akrab itu."Hey, it's okay. Duduk dulu di sofa dan mengobrol," ajak Calvin berjalan menuju ke sofa vinyl hitam.Setelah duduk Jordan bertanya, "Apa Papa tertarik untuk menetap di LA? Aku akan suruh bawahanku menyiapkan unit mewah yang kosong di SEI Tower."Penthouse Jordan hanya memiliki sebuah ranjang dan dia telah kembali meninggalinya tak lama lagi. Calvin pun mengerti itu tanpa harus dikatakan secara lugas oleh puteranya. Maka dia pun menjawab, "Lebih baik sore nanti Papa kembali ke Queens, tak perlu repot-repot menyiapkannya, Jordan!""Aku ikut apa yang baik menurut Papa saja. Di SEI Tower banyak unit
Pemberhentian kapal Fortune Marine selanjutnya adalah Norwegia. Negara yang tenang dan sedikit penduduknya itu alamnya masih banyak yang tak tersentuh karena terdiri dari fyord, pegunungan tinggi yang tertutup salju, dan lembah bertebing curam. Julukannya adalah The Land of Midnight Sun karena pada puncak musim panas bulan Mei dan Juni, matahari masih tampak bersinar pada malam hari. Namun, saat itu bulan Oktober.Kapal Jordan mengarungi perairan Laut Norwegia menuju ke Kepulauan Lofoten di malam hari dengan kecepatan yang diperlambat oleh Kapten Andres Fuller. Malam itu Jordan sengaja mengajak Chantal naik ke dek kapal untuk melihat langit menakjubkan yang bertabur bintang dan dapat melihat perubahan cahaya warna-warni di kejauhan di atas daratan."Indah bukan?" tanya Jordan memegangi gelas berisi port wine dengan seringai lebar di wajahnya sembari menemani Chantal yang sedang mengamati langit dengan teleskop tersangga sebuah tripod.Donovan dan John sekali lagi beralih profesi menja
Tiga minggu lamanya Jordan dan Chantal berada di Afrika Selatan. Mereka berpidah-pindah kota dari Johannesburg ke ibu kota Pretoria yang jalanannya dinaungi pohon Jacaranda di tepian kanan kiri hingga nampak rindang. Pada musim semi bunganya yang berwarna ungu penuh mengiasi setiap rantingnya yang subur.Kemudian juga mereka mengunjungi Pantai Nahoon di East London yang berombak dan cocok untuk berselancar. Jordan menyukai surfing, dia menyewa papan selancar di tempat persewaan bersama Donovan serta beberapa rekan pengawalnya yang memang bisa berselancar. Sedangkan, Chantal duduk bersantai di tepi pantai bersama Raphael menikmati sinar hangat matahari sambil minum air kelapa muda asli yang banyak dijual di sana.Setelah itu mereka juga mengunjungi Knysna, sebuah kota di sebelah laguna yang dihiasi hutan-hutan kuno indah dan pegunungan yang mengelilinginya. Di sana mereka berkunjung ke Taman Nasional Tsitsikamma.Upington yang berada di tepi Sungai Orange tak ketinggalan didatangi juga
Mendekati perairan Afrika Selatan gelombang lautan semakin tenang, cuaca cerah dan mataharu bersinar terik di siang hari. Jordan dan seisi kapal Fortune Marine sudah tidak memerlukan pakaian rangkap lagi seperti ketika mereka melintasi perairan Antartika."Sebetulnya apa yang membuatmu ingin mengunjungi Afrika, Jordan?" tanya Chantal yang berdiri bersama suaminya di dek kapal. "Afrika Selatan negara yang unik, percayalah ... perjalanan berat kita akan terbayar saat kau melihat-lihat seperti apa Negeri Pelangi itu. Hanya Afrika Selatan yang memiliki 3 ibu kota di seluruh dunia, Pretoria, Cape Town, dan Bloemfonstein. Namun, kota terbesarnya adalah Johannesburg yang menjadi penghasil emas, berlian, nikel, dan logam lainnya. Selain itu hanya di negara ini kita bisa menemukan satwa the big five yang liar paling sulit diburu; macan tutul, badak, kerbau Cape, gajah Afrika, dan singa. Aku akan mengajakmu ke Kruger National Park, itu salah satu game reserve terbesar di dunia. Kita akan kelil
Kapten Andres Fuller ternyata tidak menemukan kerusakan pada bodi maupun mesin kapal Fortune Marine. Maka Jordan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka dengan bertolak dari dermaga di siang hari usai makan siang di salah satu restoran yang ada di pelabuhan. "Aku senang kita bisa berlayar lagi. Suhu udara yang membekukan hingga ke tulang nampaknya tak cocok denganku, Jordan!" ujar Chantal saat kapal sudah mulai melaju dalam kecepatan stabil 21 knots.Gelombang laut Samudera Selatan masih tenang dan Kapten Andres memanfaatkan waktu di mana matahari masih bersinar sekalipun tidak secerah di daerah tropis. "Nampaknya kita akan menghabiskan waktu agak lama di lautan, semoga bahan bakarnya cukup," jawab Jordan yang tidak terlalu optimis dengan perjalanan mereka. "Mungkin akan membosankan, Jordan. Aku rindu menetap di daratan," ujar Chantal dengan nada lesu. Tidur di atas kapal yang terombang-ambing di tengah lautan terkadang membuatnya cemas.Kapal itu melaju setiap hari di saat
"AAARRGHH!" pekik Chantal mencari keseimbangan pada dinding kabin ketika kapal yacht itu terombang-ambing parah karena gelombang lautan yang ganas disertai angin badai. Dia baru saja buang air kecil di kamar mandi karena suhu udara dingin membuatnya sering berkemih."Baby Girl, apa kau baik-baik saja?!" seru Jordan menghampiri Chantal di tengah kabin sambil mendekap erat puteranya yang tumben agak rewel. Chantal pun menjawab, "Aku baik-baik saja, Jordan. Bagaimana dengan Raphael? Dia masih menangis terus!""Coba kau susui dia, Chant. Dia pasti tidak tenang karena goyangan kapal yang terlalu heboh ini," usul Jordan sembari membantu istrinya kembali ke ranjang. Maka Chantal menuruti ide Jordan yang dia pikir tepat. "Aku akan naik ke kokpit sebentar untuk memeriksa keadaan. Pelayaran ini sedikit membuatku kuatir," pamit Jordan sebelum mengenakan jaket anti air di luar sweaternya. Udara di dalam kabin berpenghangat itu saja terasa dingin, apa lagi di luar ruangan.Jordan mengetok pintu
Tangannya berkelana mulai membuka kancing kemeja putih tuxedo Calvin dan juga sabuk celana pria itu. Akhirnya, Calvin membiarkan Jessica mengambil alih kendali atas tubuhnya yang juga mendambakan petualangan seks kilat dan meledak-ledak dengan daun muda yang molek itu.Ketika kain-kain penghalang di tubuh Calvin terlepas, Jessica membenamkan wajahnya di antara pangkal paha pria itu. Batang berurat Calvin memang masih berfungsi normal terasa sangat keras di dalam mulutnya yang sibuk menjilati dan mengurutnya ketat."Ohh ... luar biasa. Kau membuatku merasa muda kembali, Jess!" desis Calvin menahan sensasi kuat yang membuat dirinya ingin tumpah di bawah sana."Artinya kau setuju dengan permintaanku tadi. Jadi jangan protes lagi!" putus Jessica lalu menarik melepas pantiesnya dari balik gaun merahnya yang berbahan ringan longgar. Dia menduduki paha Calvin untuk menyatukan pusat gairah mereka berdua yang saling menginginkan satu sama lain.Jessica menghentakkan bokongnya dengan lincah nai
"Hai, Calvin. Terima kasih sudah bersedia menghadiri pesta ulang tahunku. Apa Jordan masih belum kembali ke LA?" sambut Fernando Alex Guilermo memeluk hangat Calvin Fremantle usai mendapat ucapan selamat.Pria yang nampak lebih muda dibanding usianya yang sebenarnya itu tersenyum lebar sambil menjawab, "Ini hari istimewamu, Nando. Masa aku tak datang ikut merayakannya? Jordan akan lama keliling dunia, mungkin dia sedang berada di Antartika bermain dengan pinguin. HA-HA-HA!"Jawaban Calvin membuat Fernando menggeleng-gelengkan kepalanya dengan emosi bercampur aduk, antara bingung dan juga kesal. Mungkin ada baiknya dia melupakan dendam mendiang puteranya sepenuhnya, pikir Fernando Guilermo diam-diam."Oke, nikmati pestanya, Calvin. Banyak wanita muda yang menarik bila kau butuh teman!" ujar Fernando Guilermo mendorong punggung kawannya ke lautan manusia yang memadati lantai ballroom salah satu hotel bintang 5 di Los Angeles.Di antara kerumunan tamu undangan yang hadir, sosok cantik it