"Dokter Vincent Lambert ... jangan pergi dulu! Ada panggilan dari ruang ICU nomor 7," panggil perawat jaga yang baru saja melihat lampu emergency call di meja tugasnya.Dokter berusia paruh baya itu membalik badannya lalu berlari menuju ke arah sebaliknya untuk memeriksa Jordan Fremantle. Ternyata benar pria yang dia operasi kemarin karena tertembak punggungnya itu telah siuman didampingi oleh istrinya."Oke, apa kabar, Mister Fremantle?" sapa Dokter Vincent sembari memasang stetoskop ke telinganya lalu mendengarkan tarikan napas Jordan."Dadaku dan punggungku ... masih nyeri saat bernapas, Dok. Rasanya seperti ... terbakar!" jawab Jordan mencoba menata napasnya saat berbicara dengan dokter.Chantal diam tak mengatakan sepatah kata pun, dia menyimak perkataan Dokter Vincent Lambert mengenai kondisi suaminya dan terapi selanjutnya."Saya akan meminta perawat untuk memberikan antibiotik, pereda nyeri, dan multivitamin nanti. Hanya makanan lunak untuk sementara hingga pemeriksaan MRI sel
"Uhh ... di mana aku?" gumam Chantal sembari menyesuaikan matanya dengan cahaya ruangan yang terang benderang. Dia terbaring di sebuah kursi panjang beralas empuk. Sedikit goncangan kabin private jet itu membuatnya tersadar dan segera duduk menurunkan kakinya ke lantai. Dia mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya dan tersadar dia berada di mana saat ini. Sosok papanya duduk santai terkantuk-kantuk di salah satu kursi pesawat."PAPAA! APA KAU MENCULIKKU LAGI DARI SEI TOWER?!" teriak Chantal kalap seperti guntur di siang bolong. Lawrence Brickman langsung terjaga dari tidur-tiduran karena kantuk. Dia bangkit dari kursinya lalu berpindah duduk ke sebelah puterinya. Jelas sekali Chantal marah besar dan menduga ini adalah rencana pribadinya menculik puterinya seperti saat ke Nevada tempo hari."Ssttt ... bisakah tidak berteriak seperti perempuan gila, Chant?! Telinga Papa masih berfungsi normal," ujar Lawrence terkekeh menampakkan sederet gigi putihnya.Namun, Chantal telah hilang kesa
"Master Jordan, silakan buka aplikasi pesan email Anda. Elvis Newman mengirimkan link video untuk private streaming aktivitas Nyonya Chantal dari Bahama Island, Karibia," ujar Donovan memberi tahu bosnya permintaan mata-mata yang menguntit Chantal Brickman. Dia menahan hasrat untuk tertawa melihat Jordan yang tergesa-gesa mencari ponselnya. Setelah menemukan ponselnya di bawah tumpukan berkas yang berserakan di meja kerjanya, Jordan segera terpaku memandangi layar ponselnya dengan wajah berjuta emosi. "Ohh, Darling! Aku sangat merindukanmu, seandainya saja kau tahu itu," gumam Jordan muram. Dia ingin menemui Chantal, tetapi itu sangatlah berbahaya. Sampai saat ini tak ada pemecahan untuk persoalan ancaman pembunuhan terhadap dirinya.Rekaman video yang terkirim kepada Jordan berisi seorang wanita yang tengah berbadan dua tersebut sedang berenang di kolam renang salah satu resort mewah lalu berjemur dengan bikini biru cerah di bangku kayu panjang. Melihat tubuh istrinya yang selalu m
"Jordan, Jessi, lihat ke mari! Senyum!" seru paparazi pemburu gosip panas selebritis Holywood di trotoar depan restoran Malibu One Star yang terkenal hanya bisa dimasuki oleh orang berkocek tebal atau memiliki status sebagai pesohor.Dengan malas Jordan menyunggingkan senyum tipisnya dengan kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Seorang wanita bergaun sexy berbahan sutera hitam ketat dengan belahan hingga setengah paha kanannya bergelanyut manja di lengan kokohnya. Teman kencannya belakangan ini yang bernama Jessica Carrera tersebut seolah menikmati popularitasnya karena dapat berkencan dengan most wanted bachelor (bujangan paling diminati) di penjuru California.Sepasukan pengawal Jordan mengamankan bos besar mereka dari empat penjuru mata angin dengan penuh kewaspadaan. Donovan dan John Hennesey berbisik satu sama lain karena sedikit kesal, keramaian seperti itu berbahaya untuk Jordan yang masih diburu oleh para pembunuh bayaran di luar sana."Jordan, terima kasih sud
"DORR DORR DORR!" Baku tembak yang sengit dengan tidak sepadan antara seorang pembunuh bayaran yang mengincar Jordan melawan selusin pengawal pribadi pria tersebut menyebabkan para pengunjung restoran elite berkonsep fine dining itu menjerit-jerit ketakutan."Bunuh saja dia, John!" perintah Donovan yang sempat terkena tembakan di perut kirinya dan terjatuh ke lantai.John Hennesey menembak jitu leher pria tersebut yang langsung tumbang tertelungkup menatap lantai. Dia bergegas memeriksa kondisi pembunuh bayaran tadi. "Dia tewas, Don! Bagaimana kondisimu?" ujar John cemas melihat rekannya yang bocor perutnya dan bersimbah darah merah segar."SHIT! Panggil ambulans untuk membawa Donovan, Arthur, dan Ben!" teriak Jordan ke pengawalnya yang tak terkena tembakan.Situasi restoran chaos dan masih tegang dipenuhi adrenalin karena peristiwa teror mendadak bersenjata api barusan. Manager restoran dibantu staff yang ada mengurus bill tamu dan meminta mereka tenang karena polisi harus meminta k
"Baby Girl, sshh ... kumohon jangan menangis lagi! Aku benci saat-saat ini ... seharusnya aku ada di sisimu. Rinduku sangat berat, tapi pembunuh bayaran masih menjadi ancaman berbahaya untukmu dan anak kita kalau kamu ada di sisiku!" tutur Jordan dengan tatapan yang sanggup meluluhkan hati Chantal.Ini memang bukan perkara mudah bagi mereka berdua. Kemudian Chantal pun meminta sesuatu, "Telepon aku seperti ini setiap hari sekali saja, Hubby. Kau pasti tahu bahwa aku pun sangat merindukanmu. Kenapa kau tak pernah mau menghubungiku hingga akhirnya malam ini aku yang meneleponmu duluan?!""Aku tak bisa karena sulit untuk menahan perasaanku bila mendengar suaramu atau melihat wajahmu. Padahal mendatangimu sama saja membuatmu menjadi sasaran tembak berjalan," jawab Jordan dengan berat hati."Harus! Aku yang akan menerormu dengan panggilan video call kalau kau tak mau, Jordan!" ancam Chantal dengan nada merajuk manja.Akhirnya Jordan pun mengiyakan permintaan istrinya, "Besok malam, aku aka
"Segera evakuasi korban tembak segera ke rumah sakit terdekat!" titah Letnan Ryan Dornan sembari bertolak pinggang. Dia segera menyambangi TKP baku tembak di lantai 65 gedung SEI Tower milik Jordan Fremantle sesaat setelah petugas 911 menghubungi kantor LAPD. Baru saja semalam Jordan mendapat ancaman pembunuhan di restoran fine dining yang berlokasi di tengah kota, pagi ini pria kaya raya itu sekali lagi nyaris terbunuh dalam baku tembak.Korban tertembak jumlahnya lebih banyak, 4 orang pembunuh bayaran dan 6 orang pengawal Jordan. Sepertinya akan lebih baik bila Jordan menghindari bepergian ke tempat publik untuk sementara waktu hingga penyelidikan pelaku yang membuat sayembara pembunuhan itu terungkap."Jordan, aku akan mengirim petugas kepolisian Los Angeles untuk memperketat keamanan SEI Tower di pintu-pintu masuk gedung ini. Kumohon jangan lakukan aktivitas di luar SEI Tower untuk sementara waktu. Kita sudah dekat dengan jejak sang penjahat, bersabarlah!" tutur Letnan Ryan Dorna
"Calvin, tolong bujuk puteramu untuk menarik laporan hukum atas Pablo, keponakanku!" ujar Fernando Alex Guilermo di telepon.Papa Jordan yang sedang berada di Queens, New York pun berdecak kesal seraya menjawab, "Hahh! Nyawa puteraku seperti berada dalam arena permainan karambol saja. Dia diburu nyawanya ke mana pun bergerak selama berbulan-bulan. Entah kau yang menyuruh Pablo atau inisiatifnya sendiri, tapi segalanya terlalu membuat Jordan marah. Bicaralah sendiri kepada puteraku, Nando!""Ohh God. Tak mungkin Jordan mau mendengarkanku, Calvin. Keponakanku juga memiliki keluarga yang menantikan kepulangannya," ujar Fernando mengiba. Dia tak menyangka bahwa sayembara itu akan terbongkar oleh pihak kepolisian LAPD."Apa sayembara bodoh itu sudah dihentikan?" tanya Calvin dengan tegas."Ya, sudah dihentikan. Pablo telah mengakhirinya. Maka dari itu ... ayolah lepaskan dia!" desak Fernando lagi."Urus saja dengan pengacaramu, Nando. Kami tak akan mempersulit dan menyerahkan mekanisme nor