Saat malam hari setelah selesai makan malam, Sandra langsung masuk ke dalam kamar. Ia duduk sembari memandangi langit malam yang bertabur bintang.
"Kenapa sejak tadi, aku perhatikan, kau hanya diam?" Rayhan menegur sikap Sandra. Namun Sandra tak menghiraukan pertanyaan dari suaminya."Apa kau sudah bicara dengan Ana? Mengenai keluhan gurunya di sekolah?"Kali ini Sandra menyahuti dengan gelengan kepala. Rayhan yang tak suka melihat sikap Sandra, segera meraih bahu Sandra dengan kasar."Sandra! Lihat aku! Aku sedang bicara denganmu! Kenapa sejak tadi, wajahmu tidak menatap ke arahku?" Rayhan melotot."Aku capek Mas. Badanku sakit." Sandra mengeluh."Oh sakit rupanya. Apa mau aku buat lebih sakit?""Mas! Kalau kamu, sudah mulai bosan sama aku, dan kamu sudah temukan wanita lain, kamu ngomong. Kita bisa berpisah dengan cara baik baik!" Sandra menegaskan."Apa barusan kamu bilang?" Berani rupanya kamu ya bilang sepe"Hei! Kenapa hanya berdiri di sana! Ayo cepat buka pintunya!" seru Rayhan karena kakinya terasa pegal, berdiri di depan pintu pagar."Ya! Tunggu sebentar! Aku akan ambil kunci pagarnya lebih dulu!" Arya dengan gugup masuk ke dalam rumah. Ia memberitahu Sandra jika Rayhan ada di depan rumah."Apa kalian berdua memang janjian untuk datang ke sini bersama sama? Rayhan ada di luar, sekarang.""Apa?" Sandra kaget tak percaya."Kau tidak tahu, kalau dia juga akan datang ke sini? Bagaimana ini? Maaf, kau harus bersembunyi." "Dimana?" "Di tempat Ana bermain dengan hamsterku. Jangan bicara ataupun berisik. Kecuali, kalau kau memang sudah siap untuk mengumumkan hubungan kita!" tegas Arya.Sandra dengan patuh mengikuti ucapan Arya. Ia menemani Ana bermain dengan hamster.Sementara itu, Arya mengambil kunci gembok dan berlari ke arah pagar."Lama sekali!" Rayhan memprotes."Aku lupa dimana mena
"Aku sedang bertanya padamu! Jawablah! Kenapa kau jadi lamban, sekarang!" Rayhan membentak Sandra.Suara Rayhan yang kencang, membuat telinga Sandra, berdengung."Karena aku menggunakan parfumku sendiri. Apa menurut Mas, di dunia ini yang memiliki parfum hanya temanmu itu?" "PLAK!"Sebuah tamparan mendarat di pipi Sandra. Ana yang terkejut ketika melihat Ibunya ditampar menjadi shock dan berteriak sambil menangis. Ia berlari menuju ke kamarnya."Papa jahat! Papa jahat! Hiks hiks hiks!" Ana merajuk.Rayhan tak mempedulikan bahwa sikap kasarnya, juga telah melukai hati Putri kecilnya."Tamparan ini adalah sebuah peringatan untukmu! Jangan kau anggap aku ini orang yang bodoh. Aku tahu, wangi parfum siapa yang menempel di bajumu! INI MILIK ARYA!" teriak Rayhan dengan wajah memerah karena marah."Kau ke rumahnya hari ini? Benar kan? JAWAB!!!" teriak Rayhan lagi." Aku, aku hanya mengantar Abel untuk meliha
Sandra turun ke lantai bawah. Ia langsung menuju ke teras rumah. Rayhan menoleh ke arah istrinya. Raut wajahnya nampak mengkerut."Kenapa kau tiba tiba datang ke sini?""Harusnya aku yang bertanya. Kenapa kau berada di sini? Dan dengan siapa kau bicara di telepon?"Rayhan memutus sambungan telepon. Ia membanting handphone miliknya ke lantai."PRak!" Sandra terdiam dengan mulut menganga melihat sikap Rayhan."Kau mencurigai aku? Sedangkan dirimu sendiri berani pergi ke rumah temanku tanpa seizinku."Rayhan berlalu dari hadapan Sandra. Tak ada yang membahas mengenai masalah itu lagi.****Waktu berlalu dengan cepat. Hari ini Kamis, 2 Oktober 2021 adalah ulang tahun seorang teman wanita Rayhan yang bernama Carissa Novianti Putri.Rayhan berdiri dan diam terpaku menatap kalender yang ada di hadapannya.Rayhan dan Novi bertemu secara tak sengaja di depan kantor walikota. Saat itu jalan di
Rayhan mengalihkan pandangannya. Ia enggan menjawab pertanyaan istrinya. Sementara Sandra terus mencecar Rayhan dengan berbagai pertanyaan."Mas! Aku sedang bertanya padamu. Jawablah!" seru Sandra."Apa yang harus aku jawab?""Siapa Novi?""Bukan siapa siapa. Kau itu salah dengar. Aku tidak menyebut soal Novi!" Rayhan menegaskan."Pasti wanita yang ia ajak mengobrol di telepon, waktu itu!" Sandra berpraduga.*****Rayhan pergi ke kantor meninggalkan Sandra yang masih penuh dengan tanda tanya mengenai siapa Novi.Di kantornya, Rayhan duduk melamun mengingat Novi."Kring!" Sebuah panggilan telepon dari nomor tak di kenal membuyarkan lamunannya."Ya hallo, siapa ini?" tanya Rayhan."Hayo tebak, siapa aku?" jawab seorang wanita dari sebrang telepon.Rayhan diam tak menjawab. Wanita diujung telepon bicara lagi."Aku Novi, temanmu. Apa kamu lupa? Oiya siang ini aku akan mer
Tanpa menunggu reaksi dari Rayhan, Sandra pergi meninggalkan Cafe Lorita dengan perasaan kalut. Di dalam mobil, Sandra menelepon Arya."Hallo! Aku ingin bertemu sekarang," ucap Sandra."Sekarang? Baiklah tunggu aku di rumah."Sandra meminta supir mengantarnya ke rumah Arya. Ia tak peduli jikalau sang supir berpikir yang tidak - tidak saat melihat ia sendirian datang menemui sahabat suaminya.Di dalam rumah, Arya sudah siap dengan makanan ringan kesukaan kekasihnya itu. Arya bahkan sudah membuka pintu pagar, agar mobil Sandra bisa masuk ke halaman tanpa butuh waktu lama."Tok! Tok!""Masuklah sayang. Aku sudah menunggumu dengan makanan kesukaanmu," jawab Arya dengan ramah."Maaf aku ke sini bukan untuk makan," ucap Sandra dengan mata berkaca kaca."Ada apa? Kenapa terlihat begitu sedih?""Tidak ada apa apa. Ini semua adalah salahku, yang terlalu banyak ingin tahu." "Maksudnya?" Arya bingung.
Rayhan turun ke lantai bawah dan berjalan ke ruang tamu."Kau datang ke sini?" Rayhan agak heran menatap Arya yang tiba tiba datang ke rumahnya."Apa aku tak boleh datang ke sini?" "Boleh. Kenapa tidak!" Arya memindai ruangan berukuran sepuluh kali sepuluh meter tersebut. Tampak kotor dengan pecahan kaca yang berserakan di atas lantai."Apakah di rumahmu baru saja terjadi gempa?" Arya bertanya sembari menyindir."Akan lebih baik, jika orang luar tidak terlalu ikut campur dengan apa yang terjadi di dalam rumahku." Rayhan menegaskan."Dia dan Sandra pasti bertengkar hebat. Aku harap, Sandra tidak terluka karena amukan Rayhan." Arya bicara dalam hati."Kenapa diam? Duduklah! Dan katakan apa tujuanmu datang ke sini. Aku tak memiliki banyak waktu untuk bicara denganmu!" Arya mengangguk lalu duduk di atas kursi sofa yang dilapisi kain beludru."Aku ke sini untuk mengembalikan korek api ini. Kau me
Sesampainya di dapur, Sandra melongo melihat kondisi dapurnya yang berantakan. "Apa apaan ini!" keluh Sandra.Ternyata di dapur sudah ada Wulan sedang membanting - banting peralatan makan. Bi Inah berdiri di samping Wulan dengan wajah ketakutan."Hentikan Wulan! Apa yang kamu lakukan di dapurku?" teriak Sandra."Hmmm aku kesini sebenarnya ingin mencicipi kue buatanmu. Tapi, cuih! Rasanya tidak enak sekali." Wulan menghina kue buatan Sandra sembari meludah ke lantai."Apa maksud ucapanmu? Kue itu sebelum dikemas, sudah aku cicipi terlebih dahulu untuk memastikan kesegaran rasa dan wangi khasnya!" Sandra bicara sambil menunjuk wajah adik iparnya."Halah! Kamu buat kue nya asal asalan saja." Wulan mencibirWulan mengambil sisa kue di dalam kotak, lalu membuangnya ke lantai dan menginjak injaknya."Lihatlah kuemu! Jelek dan hina sama sepertimu. Tidak layak makan, lebih layak untuk diinjak - injak di bawah kakiku."
"Apa yang kau lakukan Wulan! Apa kau mau menghancurkan rumahku!" pekik Rayhan."Aku mau menghajar istrimu!" ucap Wulan sambil menyeringai."Kau sudah benar benar tidak waras! Kenapa kau menyerang Sandra?" tanya Rayhan sembari memegang erat kedua tangan adiknya."Aku tidak menyukainya, karena dia sudah mendekati lelaki yang kusuka." Wulan menjelaskan."Siapa maksudmu?" tanya Rayhan."Arya!" jawab Sonia singkat."Kau benar benar sudah gila. Kau lupa statusmu sebagai istri dari Johan. Dan tuduhanmu terhadap Sandra itu, tanpa alasan yang jelas. Aku muak dengan pembicaraan konyol ini!" terang Rayhan, tegas.Dodi datang menghampiri Wulan dan langsung menyeretnya keluar dari rumah. Wulan memberontak dan berteriak histeris hingga suaranya terdengar melengking di seluruh penjuru rumah."Lepaskan aku!"Setelah beberapa saat, akhirnya Wulan pergi dari rumah Rayhan. Bi Inah dan Tarjo memindahkan Sandra ke atas kurs
Arya berjalan ke ruang monitoring, seorang karyawan mengantarnya hingga masuk ke dalam ruangan."Tolong perlihatkan rekaman CCTV yang ada di depan ruangan saya!" ucap Arya kepada seorang karyawan."Baik Pak!" "Pak Amri, tolong perlihatkan rekaman sepuluh menit sebelum saya ke sini," titah Arya lagi sembari melihat ID Card yang menempel pada seragam karyawannya tersebut."Siap Pak. Ini Pak," ucap Amri."Mundurkan lima menit lagi." "Siap Pak!" Amri langsung memainkan ketrampilan nya dalam hal monitoring."Cukup Pak Amri!" seru Arya."Ada wanita di depan ruanganku. Sedang membungkuk di depan pintu. Apa yang ia lakukan? Siapa dia?" Arya memicingkan kedua matanya."Ini Pak, wajah wanita itu. Sudah saya perbesar," ucap Amri."Wulan?" Arya kaget. Ia tak percaya dengan apa yang ia lihat."Gani, tolong pergi ke resepsionis tanyakan apa ada tamu untukku bernama Wulan?!" titah Arya kepada sala
Aryo dan Ayahnya saling memandang kemudian masuk bersamaan ke dalam rumah. Ternyata Rayhan sedang marah kepada office boy tersebut."Dasar kau bodoh sekali! Siapa yang kemarin menerimamu bekerja di kantor?!" Rayhan berteriak dengan mata melotot, wajahnya juga tampak menegang."PLaaK!"Rayhan menampar wajah office boy tersebut dengan sangat kencang, hingga yang menyaksikan ikut merasa takut."Ono opo toh?!" tanya Pak Karso, pelan.Rayhan tidak menjawab, dia hanya menatap tajam ke arah office boy."Siapa namamu?" tanya Rayhan."Rudi, Pak. Maaf Pak, saya tidak bermaksud apa - apa." "Cukup! Saya tidak mau mendengar ucapan atau penjelasan apapun darimu! Bereskan itu dan segera pergi dari sini! Atau kamu mau saya pecat mulai besok pagi?!" teriak Rayhan lagi.Suasana menjadi canggung. Rayhan terlihat marah, ia melihat sepintas seluruh rumah Aryo kemudian berpamitan."Pak Karso dan Aryo, saya ke kanto
"Wes lah Pak, sudah jangan di sesali. Saya sudah menikah dengan Wulan. Lagipula Pak Dani sudah banyak membantu keluarga kita," ucap Aryo.Pak Karso membantu Aryo membereskan pakaian dan barang barang pribadi Aryo yang digunakan selama ia dirawat di rumah sakit. Setelah selesai mengemas barang, Aryo dan Pak Karso pergi ke ruang administrasi."Suster, saya Aryo Wasesa yang rawat inap di ruang Anggrek, tolong di chek berapa total yang harus saya bayar ya Sus."Staf administrasi mengangguk singkat. "Maaf Pak, setelah saya chek ternyata semua biaya perawatan sudah terbayar lunas. Jadi bapak, bisa langsung pulang meninggalkan rumah sakit tanpa perlu membayar apapun lagi.""Tapi siapa yang membayar biaya rumah sakit sebanyak itu Sus?""Saya kurang tahu Pak. Sepertinya salah seorang kerabat Bapak." "Pasti Rayhan yang membayar semuanya. Jika nanti Wulan tahu bahwa kakaknya membayar lunas seluruh biaya rumah sakit, aku pasti akan jadi bahan cemoohannya lagi." Aryo bicara dalam hati.Pak Karso
Sandra berhasil melepaskan tangannya dari genggaman security. Sandra memundurkan langkahnya dan berjalan dengan menunduk ke arah pintu keluar. Ia tak melihat ada seorang lelaki yang berdiri di depannya, hingga ia menabrak lelaki tersebut, tanpa disengaja."Maaf," ucap Sandra dengan wajah yang masih menunduk.Lelaki yang ada di hadapannya tidak menjawab permintaan maaf Sandra, ia malah langsung memegang tangan Sandra dan menariknya ke arah lain."Eh siapa kau! Kenapa menarik ku seperti ini? Lepaskan aku! Aku tahu dimana pintu keluarnya!" Sandra berteriak.Semua karyawan yang ada di sana, terlihat menunduk dan memberikan salam kepada lelaki yang menggandeng tangan Sandra.Sandra melepaskan tangannya dari genggaman lelaki tersebut. Lelaki itu membalikkan badannya dan bertanya, " Kenapa sayang? Bukankah kau ingin menemuiku?""Arya!" Sandra melongo."Ayo ke ruanganku.""Tidak. Aku mau pulang," ucap Sandra."Kenapa begitu?" tanya Arya."Kata resepsionismu, penampilanku yang seperti ini tid
Sandra memilih keluar dari kamar dan menghentikan semua perdebatan yang terjadi. Meski sebenarnya, masih banyak hal yang ingin ia lontarkan pada sang suami.Setelah pertengkaran hebat yang terjadi, Sandra dan Rayhan menjadi diam tak saling menyapa. Bahkan saat makan malam, mereka hanya makan lalu pergi tidur.Sandra pun memilih tidur di dalam kamar Ana dibandingkan dengan kamarnya sendiri.Keesokan paginya, Sandra bangun lebih pagi. Untuk mengusir rasa kesalnya terhadap sang suami, Sandra memasak di dapur, membantu Bi Inah."Ddrrrttt!" Suara pesan teks singkat dari ponsel pribadi milik Sandra, berbunyi.Sandra buru buru membuka dan membacanya."I love You. Pagi ini aku mulai memikirkanmu lagi. Apakah ini cinta? Atau rasa rinduku yang sedang menggebu untukmu?" Sebuah pesan teks berisi kalimat romantis dari Arya, seakan menjadi obat mujarab bagi Sandra yang sampai saat ini masih merasa dongkol terhadap Rayhan."Arya! Romantis sekali dia. Aku akan mengantar Ana pagi ini ke sekolah lalu m
Sandra memindahkan lingrie itu ke dalam kotak kecil. Ia kemudian melanjutkan acara mencuci bajunya. Setelah semuanya selesai dicuci, ia datang ke kamar membawa kotak kecil berisi lingrie tersebut."Mas! Bukalah!" ucap Sandra sembari menyodorkan kotak tersebut."Apa ini?" tanya Rayhan bingung."Coba bukalah. Lalu jelaskan, siapa pemilik aslinya," jawab Sandra.Rayhan membuka kotak tersebut dan melihat lingrie yang dikenakan Novi semalam, ada di dalam sana."Aku bingung bagaimana menjelaskan ini. Apakah penjelasanku nanti akan dipercaya olehmu atau tidak?" ucap Rayhan."Jawab saja. Kenapa harus bingung? Dengan siapa kau semalam di hotel? Apa perlu, aku juga bertanya hal ini kepada anak - anak kita?" tanya Sandra, tegas."A...a...aku tidak bisa menjelaskan. Intinya percayalah kepadaku. Aku tidak melakukan seperti apa yang sedang kau pikirkan," jawab Rayhan dengan suara terbata - bata.Sandra menatap dalam ke arah netra Rayhan. Meski ada perasaan curiga ia mencoba menepisnya."Mengenai pe
"Tolong!" Rayhan berteriak histeris karena panik. Kedua anaknya juga tampak cemas melihat kondisi Kakek mereka yang tergeletak tak berdaya di lantai."Kakek! Bangun Kek!" seru Ana dengan mata berkaca."Kalian tunggu di sini, Papa akan meminta bantuan." Rayhan bicara serius kepada kedua anaknya."Cepat Pa! Kasihan Kakek!" seru Levin.Tepat saat Rayhan hendak bangkit berdiri, sang Ayah perlahan lahan membuka matanya."Pa, Kakek bangun." Levin bersuara pelan.Rayhan berjongkok di depan Dani. Ia memegang erat tangan Dani."Bagaimana keadaan Papa. Aku sangat khawatir," ucap Rayhan."Papa baik Ray. Hanya sedikit sakit di bagian dada." Dani bicara sembari menarik nafas dalam dalam. Tarikan nafasnya juga terlihat menyakitkan."Kita ke Dokter terdekat lebih dulu sebelum pulang!" Rayhan menegaskan.Rayhan menelepon petugas hotel menggunakan telepon kamar. Tak perlu waktu lama, petugas hotel datang. Mereka membantu Rayhan untuk menurunkan barang bawaan dan menaruhnya ke dalam mobil.Sementara it
"Apa yang baru saja kau lakukan Ray? Kenapa kamar ini tampak seperti kandang domba dibandingkan dengan kamar manusia?" Dani mengerutkan kening.Dani memicingkan mata ketika melihat pakaian dalam milik Novi tergeletak di pojokan tempat tidur. Dani menoleh ke arah Rayhan dan menatap tajam. Ia merasa geram dengan sikap amoral yang dilakukan oleh putra sulungnya tersebut."Kau dan adik perempuanmu ternyata sama saja. Kalian tidak bisa diandalkan." Dani mengkritik sikap Rayhan."Ini hanya soal kecil. Aku hanya bersenang senang sedikit." Rayhan berusaha menjelaskan. Tapi Dani nampak enggan mendengar penjelasan dari anaknya."Tadinya aku ingin membahas mengenai Wulan denganmu. Tapi aku rasa, kau juga tak bisa menyelesaikan apa apa. Kau juga bermasalah. Ingat Ray, jika sampai terjadi hal buruk pada Sandra, karena ulahmu, Papa tidak akan melepaskanmu!" Dani mengancam. Baginya, Sandra adalah menantu terbaik yang tak bisa ia dapatkan dimana pun.
Novi mulai melepas pengait dan melepaskan celana dari pemiliknya. Ia tanpa diminta berjongkok di lantai. Lalu memasukkan tongkat kebanggaan milik Rayhan ke dalam mulutnya. Gerakannya yang cepat membuat si pemilik tongkat tak mampu lagi menahan diri. Rayhan menarik Novi ke atas tempat tidur.Novi menyeringai puas. Tongkat kebanggaan menembus masuk ke dalam goa hangat. Novi mulai merintih. "Ouh!" Novi mencengkeram bahu Rayhan. Rayhan mempercepat durasi gerakan tongkatnya. Si pemilik goa hanya bisa menceracau sembari menikmati permainan tongkat sakti yang menggelitik sampai bagian terdalam goa."Apa kau benar benar menginginkan hal ini?" bisik Rayhan dengan nafas tersengal sengal."Kau menyukainya kan?" Novi menggoda.Rayhan tak menjawab. Ia sibuk memakan dua gundukan bulat empuk dengan ujung merah muda. Puas bermain dengan gundukan tersebut, tongkat sakti menyemburkan cairan. Mereka mencapai puncak kenikmatan bersama sa