Zie masih menyimpan dongkol terhadap Meylan, gadis itu pergi entah kemana selepas mengobrak abrik kontrakanya. Dia hanya mengatakan punya janji dengan seseorang selagi masih di Jakarta. Kebangetan memang, monolog hati Zievana.Zie hanya bisa menggerutu dengan paginya yang buruk. kadang-kadang jadi sasaran omelan, meski tanpa respon. Sikap kejemawaan pria itu terlalu kental.Rena pun sedari pagi sudah melesat pergi bersama sang kekasih tanpa sepengetahuan Zie. Untuk urusan sahabat yang satu itu, hal aneh memang, setiap minggu dan pasti pergi kencan.Lengkaplah hari ini Zie gundah gulana sendiri. Rasanya ingin melumat satu per satu orang didekatnya. Namun, semua rasa itu menguap tiba-tiba, netra seindah senja mulai apartemen yang kilat melihat ruang begitu begitu dengan seleranya.Lengkung tipis merah jambu tercetak di kedua sudut bibir Zie. Ucapan terima kasih untuk Andra tersemat tanpa suara, cukup di hati saja. Jika dicapkan lelaki itu bakal tambah besar kepala. Bangunan yang memili
Wanita itu adalah, 'Zievana!'Syahra hanya bertanya-tanya untuk mencari tahu, gerangan apa yang membuat sang tunangan mulai mencari-cari beda. Selain kabar lisan, berbagai foto yang dikirim melalui gawai.Syahara benar-benar tidak percaya dengan fakta yang didapatinya. Zievana, wanita yang selamatkan nyawa maupun nasibnya, menikamkan candrasa kasat mata ke dalam dada.Di saat Syahra ingin membuktikan perubahan sikap yang terjadi pada Andra, bukan hanya menunjukkan foto dan kabar, di saat itu pula bukti nyata diperlihatkan, tepat di depan mata.Suatu hari Syahra ingin menemui salah seorang teman yang berprofesi sebagai dokter tidak boleh menuangkan keluh kesah di sebuah rumah sakit. Namun, di perempatan koridor, dia melihat sosok si pemantik cinta ada di tempat yang sama dengannya.Andra tengah menebus obat di sebuah apotik rumah, Syahra tidak akan langsung datang, tapi mengamati sambil merangkai duga, melakukan itu untuk siapa.Wanita berhijab itu mengikuti ke mana langkah Andra usai
Sore sepulang kerja Derry sudah berjibaku dengan debu jalanan dan padatnya kendaraan. Berkali-kali menekan klakson sambil mengumpat kesal. Ketidaksabaran kentara sekali dari tingkah lakunya saat menyalip setiap kendaraan.Kuda besi roda dua itu akhirnya tiba di tempat tujuan. Setelah melepaskan motor di area parkir yang tersedia, Derry melirik jam tangan, lima menit lagi wanita yang akan ditemuinya keluar dari gedung pencakar langit di langit-langit.Embusan napas lelah disertai kesal terdengar menderu dari mulut dan hidung Derry. Sepasang netra legam sang pria tak lepas memandang pintu utama gedung Perusahaan Pranajaya. Zievana, Zievana, dan Zievana, nama itu yang terus mengusik pikiran Derry. Dia ingin menemui gadis itu untuk memberinya penjelasan.Sementara itu di ruang kerja, Zie sedang bersiap pulang. Di tengah kesibukannya peralatan kerja, dilempar canda dengan Rena. "Ayuk, Zie, aku dah gak sabar pengen cepet pulang. Rasanya tulang-tulangku butuh pijitan ayang," celoteh Rena s
Kala netra bertemu netra, melahirkan keterkejutan di wajah Zie dan lelaki yang ditubruknya. "K-kak Vano!" Nyaris tidak percaya sang kakak yang mencekal lengannya. "Zie!" tanpa menunggu Zie tersadar dari keterkejutannya, Vano menarik tubuh sang adik ke dalam pelukan."Be--benarkah ini Kak Vano?""Iya, Zie, ini aku, kakakmu. Kakak naik taksi dan terkena macet, jadi terlambat datang ke sini," jawab Vano."Gimana Kak Vano bisa ada di sini?" Bergetar suara yang Zie dengungkan. Netra bening mulai digenangi cairan jernih tidak berwarna. Membalas erat pelukan sang kakak dengan kerinduan yang membuncah."Sekian lama kakak mencarimu, dan selama itu pula kamu berada di Jakarta. Kamu tau, bagaimana kalutnya perasaan kakak?" Pelukan merenggang. Vano membingkai wajah yang memiliki dagu sedikit belah milik Zie."Maafkan aku. Dari mana Kakak tau aku ada di sini?" Mengamati Zevano dari kepala hingga kaki, Zie merasa sang kakak terlihat kurus mengurangi kesan tegap dan gagah.Ketampanan sang kakak sed
"Itulah kenyataan yang sebenarnya, Zie. Semua adalah salah kakak yang tidak menjadi kepala rumah tangga. Tidak menjadi suami yang baik di mata Andin.""Tidak! Aku sangat mengenal kakak. Kak Vano sudah sempurna berjuang jadi suami dan ayah yang baik untuk Mbak Andin dan Ziedan." Zie menggenggam tangan Vano, seperti membagi kebahagiaan lewat sentuhan.Tawa hampa mengudara. "Buktinya Andin meninggalkan kakak. Jika kakak sudah sempurna menjalankan peran dalam rumah tangga, Andin memilih pria lain.""Terserah apa kata Kakak, yang menjelaskan Kak Vano adalah pria yang sempurna dalam menjaga keutuhan tangga, ayah yang baik bagi rumah anaknya, dan suami yang perhatian serta pengertian bagi istri yang memahaminya. Mbak Andin bukan wanita yang beruntung, dia buta terhadap kenyataan, bahwa ada pria sebaik Zevano Alkateri. Dia lebih memilih dunianya yang penuh kepalsuan. Aku yakin sekali, Tuhan sedang mempersiapkan pengganti Mbak Andin, yang jauh lebih baik segalanya."Kemandirian mampu mendewasa
Zie tidak salah menduga, jika Syahra mengetahui kedekatannya dengan Andra. Dia mencoba membela diri bahwa dirinya jauh lebih dulu mengenal pria itu. "Aku mengenal Pak Andra sudah cukup lama.""Aku tau. Aku tau Affandra mencintaimu, begitupun sebaliknya, semenjak kalian melakukan kesalahan yang cukup fatal di malam terlarang. Cinta itu hadir dari sebuah kemudharatan, bukan ketulusan seperti yang kupunya. Sekeras apapun Andra membuktikan perhatiannya padamu dengan bentuk materi ini ...." Ucapan sengaja dipangkas, mata Syahra mengedar seraya kedua tangan terangkat sampai dada dengan telapak terbuka. "Tetap saja faktanya kami akan segera menikah. Dan sebuah hubungan yang diawali kemudharatan itu tidak akan berjalan dengan baik." Dia melanjutkan kata dengan nada penekanan.Lagi dan lagi hati Zie mencelos. Di balik sikap lemah lembutnya Syahra, terdapat kejemawaan disertai tikaman, sehingga mengkaramkan rasa empati. Sejenak Zie membungkam. Beberapa menit berlalu, sampai akhirnya dia bertan
"Nathan?" Andra mengulang nama asing itu sambil menikmati tangan membalasnya."Mungkin Tuan lupa pernah kita bertemu beberapa hari lalu di malam acara ulang tahun perusahaan Pranajaya," ucap pria yang mengaku bernama Nathan setelah memperkenalkan diri.Tercenung untuk beberapa jenak sambil mengingat-ingat. Tidak berapa lama melintas bayangan Meylan sedang berbincang di lobi hotel dengan seseorang yang wajahnya mirip dengan pria yang saat ini bersamanya. Andra mengangguk-angguk sebagai tanda mulai panen."Kau yang bersama Meylan malam itu?" tanya Andra memastikan."Iya, itu saya." Nathan menghadirkan senyum yang cukup manis."Oh, baiklah. Apa yang ingin kau sampaikan?""Saya ingin bicara tentang Syara." Ekspresi Nathan berubah serius.Mengernyitkan dahi seraya mencondongkan tubuh ke depan, Andra memandang Nathan dengan sorot heran. Pikirannya dihinggapi pertanyaan darimana pria berambut pirang dan tebal itu mengenal calon istri.Melihat raut Andra yang kentara dengan rasa penasaran dan
Mobil Syahra memacu menuju kantor Andra. Ia ingin menyampaikan kabar secara langsung melalui tatap muka, bahwa persiapan pernikahan mereka 75 persen.Senyum mengembang indah di lengkung tipis merah delima menandakan cerah suasana hati Syahra saat ini. Ketidaksabaran mencapai masa depan bersama pria dicinta membuat kewarasannya terampas, terkadang geli sendiri.Sang wanita tiba di depan gedung pencakar langit yang menunjukkan keangkuhan sempurna. Semua itu adalah bukti, bahwa pemiliknya sangat diakui dunia.Syahra bangga terhadap Andra, memiliki segalanya, baik fisik maupun materi. Wajar saja jika banyak godaan dari segala arah. Ia harus mengumpulkan banyak lagi ketabahan, untuk menghadapi segala konsekuensi sebagai pasangan pria yang menjadi sorotan dunia.Sapaan ramah penuh hormat penghuni gedung dilayangkan siapa saja yang berpapasan dengan Syahara. sebagian banyak orang mengenal wanita berwajah cantik khas wanita India, calon istri pemilik perusahaan besar Pranajaya."Selamat siang