Pria itu kaget saat menemukan Chacha tak menggunakan apapun di balik pintu. Mata pria itu langsung saja berubah dan Elang tak bisa pungkiri bahwa ia sangat bergairah melihat Chacha saat ini. Namun saat melihat tubuh telanjang Chacha, kening pria itu mengernyitkan.
“Kamu kenapa bisa sampai kayak gini? Ini semua kenapa?” tanya Elang khawatir sambil menyentuh setiap bercak merah bahkan luka yang ada di tubuh Chacha.
“Menurut kamu aja kenapa?” tanya Chacha balik. “Kamu kenapa berani datang ke sini? Gimana kalau Andrew sampai tahu? Lebih baik kamu keluar sekarang.” Chacha saat ini lebih takut Andrew datang dan tahu keberadaan Elang saat ini. Sudah cukup Andrew menghukumnya tadi malam dan lukanya masih ada sampai sekarang.
“Kamu tenang aja, Andrew masih lama di rumah sakit. Tadi aku yang lihat sendiri dia baru pergi ke sana. Apa ini semua perbuatan Andrew?” tanya Elang memastikan.
“Menurutmu siapa yang bisa
“Kau yakin tak ada lagi barangmu yang tertinggal?” tanya Andrew memastikan pada Chacha.Wanita itu hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Kini keduanya sudah dalam perjalanan menuju bandara, Chacha melihat keluar jendela dan mengabaikan Andrew. Pria itu tahu jika Chacha masih saja kesal padanya karena memaksanya untuk pulang bersamanya.“Aku bisa mengirimkan Bryan ke Paris nanti untuk bersama kita, jika kau mau. Kalau kau merindukan mereka, kita bisa meminta mereka untuk datang. Kita juga bisa datang membawa anak-anak, bukankah kita sudah janji kepada mereka untuk membawa mereka pada keluargamu?” Andrew berusaha membujuk Chacha saat ini agar tak marah padanya.“Ya terserahmu saja, aku tak bisa memberikan pendapat karena semua keputusan ada padamu bukan?” Chacha hanya menatap Andrew sekilas membuat pria itu menghela napasnya panjang. Andrew menarik Chacha ke dalam pelukannya dan wanita itu hanya bisa pasrah saat Andrew
Perjalanan yang sangat melelahkan bagi Chacha karena harus berada di pesawat dalam dua puluh satu jam lebih. Begitu sampai di rumah wanita itu langsung saja masuk ke dalam kamar untuk tidur. Untung saja Andrew tidak mengganggunya. Begitu sampai rumah pria itu langsung saja masuk ke dalam ruangan kerjanya untuk langsung bekerja.Setelah tidur beberapa jam, wanita itu terbangun saat mendengar suara Andrew yang sedang sibuk di telepon sambil mengancingkan kemejanya. Wanita itu hanya melihat saja dari belakang tanpa berniat membantu. Namun Andrew melihat Chacha sudah bangun melalui kaca yang ada di depannya. Sehingga pria itu mendekat dan duduk di tepi ranjang.Andrew menggenggam tangan Chacha dan mencium punggung tangan wanita itu. Hal itu membuat Chacha tersenyum, wanita itu senang dengan perlakuan manis Andrew padanya. Chacha akhirnya meletakkan kepalanya di paha Andrew membuat pria itu tersenyum dan mengusap pipi Chacha dengan lembut.“Baiklah, lakukan sem
Waktu terus saja berjalan, Chacha menikmati waktunya bersama dengan Andrew dan menjalani aktivitasnya seperti biasa. Wanita itu sudah mendapat kabar jika keadaan Bryan sudah sadar dan sudah dipindahkan ke ruangan biasa. Walaupun masih perlu perawatan lebih, tetapi Chacha lega mendengar kabar baik tersebut.Chacha sering menghubungi Bryan untuk menanyakan bagaimana keadaannya dan meminta Bryan untuk segera datang. Karena Andrew melarangnya untuk kembali lagi ke Jakarta karena ada Elang. Namun Chacha akan memikirkan cara lain untuk bisa bertemu dengan saudaranya itu. Sampai saat ini tak ada komunikasi yang mereka lakukan.Terakhir kali bertemu saat di Jakarta dan melakukan hal gila, setelah itu Elang tak ada menghubungi Chacha begitupun sebaliknya. Keduanya sibuk dengan peran mereka masing-masing. Terkadang Chacha berharap jika Elang mencoba menghubunginya, wanita itu tak tahu apa maksud dari hubungan mereka dari pembicaraan terakhir.“Kau melamun?” ta
Elang sedang bermain dengan kedua anaknya di ruangan bermain yang memang disediakan oleh Elang untuk anak-anaknya. Pria itu memang menyiapkan banyak hal jika itu sudah mengenai anak-anaknya. Elang memberikan yang terbaik untuk kedua anaknya. Sama seperti yang dilakukan oleh Papanya dulu untuknya.Jadwal pria itu memang sedang tidak padat, maka itu Elang bisa pulang dengan cepat dan bermain dengan kedua anaknya. Elang tak pernah mau anak-anaknya kehilangan sosok Ayah. Maka itu sesibuk apapun, Elang berusaha mempunyai waktu untuk anak-anaknya.“Mas!” panggil Indira pelan saat masuk ke dalam ruangan bermain anak-anaknya. Elang langsung saja menoleh kearah pintu dan melihat Indira memanggilnya.“Kenapa?” tanya Elang.“Sini bentar deh ikut aku.” ajak Indira. Elang langsung saja bangkit berdiri dan mencium puncak kepala anak-anaknya sebelum akhirnya keluar.“Kamu mau bawa aku ke mana?” tanya Elang bingung s
Jalanan yang lancar kini menjadi objek penglihatan Chacha. Wanita itu sedang berada di dalam mobil bersama Andrew. Keduanya baru saja selesai makan malam dengan rekan kerja Andrew. Sejak bersama dengan Andrew, wanita itu memang sering di ajak untuk makan malam dengan rekan kerja pria itu.Kini semua orang tahu jika Chacha menjalin hubungan dengan Andrew. Sehingga banyak yang tak berani mendekati Chacha lagi seperti dulu. Karena semua orang tahu siapa Andrew dan tak berani mengganggu pria itu. Maka kini tak ada lagi yang bisa menggoda bahkan melecehkan Chacha seperti dulu.Andrew mengelus paha Chacha saat wanita itu sibuk dengan pikirannya. Wanita itu menoleh dan menatap Andrew yang sedang sibuk menerima telepon itu. Sudah lebih sepuluh menit pria itu menerima telepon dan mengabaikannya. Maka itu Chacha memilih melamun sambil melihat kearah luar jendela.“Kenapa?” tanya Chacha pelan.“Kau melamun?” tanya Andrew berbisik nyaris tanpa suara.“Kau terlalu sibuk,” protes Chacha. Namun Andr
“Pertama, bisakah Agrata ikut denganku pindah keluar negeri? Aku berpikir, sepertinya aku akan pindah karena harus mengurus orangtuaku dan mulai usaha di sana. Bagaimana jika Agrata ikut denganku? Setidaknya aku hanya punya dia untuk bisa bersamaku, kau masih mempunyai anak yang lain. Setidaknya kau tak terlalu kehilangan, kau juga sibuk bekerja dan tak sempat mengurus Agrata bukan?” raut wajah Andrew seketika berubah.“Apa maksud perkataanmu? Maksudmu selama ini aku mengabaikannya karena sibuk bekerja? Kalau aku tidak bekerja bagaimana bisa aku menghidupinya dan memenuhi kebutuhannya? Kau jelas tahu bagaimana biaya hidup dan sekolahnya, apakah semua itu murah? Dari mana itu semua jika aku tak bekerja? Aku juga tak mengabaikannya, aku bertanggungjawab atas hidupnya. Disaat aku punya waktu bukankah aku juga menghabiskan waktu bersama dengannya? Kau tahu apa tentang hubunganku dengan Agrata, kau bisa bertanya padanya bagaimana waktu kami. Kau tak punya hak men
“Kau benar menungguku? Biasanya kau akan kembali ke ruang kerjamu dan meninggalkanku sendirian. Apa kau mau melanjutkan yang di mobil tadi?” tanya Chacha saat masuk ke dalam kamar dan melihat Andrew seperti sedang menunggunya. Pria itu sudah mengganti bajunya dan duduk di atas ranjang mereka.“Aku memang menunggumu, kau tak percaya? Aku mau kita bicara.” Kata Amdrew.“Baiklah, kau harus menungguku lagi. Aku mau membersihkan diri,” kata Chacha sambil berjalan menuju kamar mandi. Pria itu tetap menunggu sambil memainkan I-Pad miliknya. Setelah selesai Chacha bergabung dengan Andrew duduk di samping pria itu dan bersandar di kepala ranjang.“Kau ingin membahas yang tadi?” tanya Chacha memastikan.“Ya, kenapa kau mau membantunya?” tanya Andrew langsung.“Apa aku punya alasan untuk tidak menolongnya? Apa yang salah jika aku membantunya?” tanya Chacha balik membuat Andrew terdiam sej
“Bukan seperti itu, aku ha—”“Aku akan pergi jika kau mau,” Chacha sudah hendak berjalan keluar namun Andrew segera menahan kekasihnya itu dan menutup pintu.“Aku bisa menjelaskannya padamu Baby, dia Eleanor Mommynya Adelcia. Kau belum mengenalnya, maka itu kau tak tahu.” Chacha tertawa mendengarnya membuat Andrew bingung. “Elea, perkenalkan ini Chacha wanitaku.” Kata Andrew memperkenalkan. Wanita yang nyaris telanjang bernama Eleanor itu mendekati Chacha sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya.“Senang bertemu denganmu langsung, Eleanor,” kata wanita itu memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya. Chacha sempat melihat tangan wanita itu dengan malas, namun pada akhirnya mengulurkan tangannya untuk membalas.“Kau jelas tahu siapa namaku.” kata Chacha dengan sarkas.Lalu dengan cepat menarik tangannya. Eleanor tertawa melihat sikap Chacha seperti itu, wanita itu m