“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Andrew saat melihat Chacha melamun dan melihat kearah luar jendela hanya dengan memakai lingerie yang baru saja Andrew lepaskan dari tubuh sang kekasih.Pria itu baru saja keluar dari kamar mandi dan hanya masih menggunakan handuk putih menutupi bagian bawahnya. Saat keluar ia melihat Chacha seolah sibuk dengan pikirannya sendiri dan tidak menghiraukannya yang baru saja keluar dari kamar mandi.“Tidak ada.” Chacha akhirnya sadar dan segera bangkit berdiri. Wanita itu hendak berjalan ke kamar mandi namun Andrew segera saja menahannya dengan mencekal tangan Chacha.“Apa yang sedang kau sembunyikan dariku? Kau tahu aku tidak suka kau berbohong padaku bukan? Apa aku harus menghukummu terlebih dahulu baru kau akan katakan apa yang ada di dalam kepalamu itu?” Ancam Andrew.“Aku tidak menyembunyikan apapun darimu. Aku mengatakan yang sebenernya, aku hanya memikirkan tentang pekerjaan.” Andrew berdeak.“Kau pembohong.” Andrew hendak menarik lingerie yang
Chacha akhirnya mendudukkan bokongnya di kursi empuk miliknya. Ia baru saja menyelesaikan satu sesi pemotretannya. Setelah ini akan lanjut di sesi selanjutnya, karena ruangan sedang di persiapkan untuk sesi berikutnya. Chacha tidak bisa meninggalkan dunia pekerjaanya tersebut walaupun hidupnya sudah enak bersama dengan Andrew. Bagi Chacha model adalah bagian dari hidupnya. Maka itu ia meminta pada Andrew tetap memperkerjakannya.“Mau pesan makan apa, biar aku pesankan.” Kata asisten yang diberikan Andrew padanya.“Seperti biasa saja, jangan lupa buahnya. Tolong pendingin ruangannya di naikkan, aku akan beristirahat sebentar.” Chacha mengambil handphonenya setelah asistennya itu pergi.Ia melihat handphone utamanya siapa tahu ada pesan ternyata tidak ada. Kemudian Chacha mengambil handphone keduanya dan melihat apakah ada pesan ternyata ada. Handphone keduanya adalah handphone dari masa lalunya. Salah satunya dengan Elang, ia sudah mengganti nomer telepon tersebut dan sempat memberitah
“Udah lama pulangnya?” Tanya Chacha saat melihat Andrew sudah berada di kamar seolah menunggunya.“Sudah, kenapa lama? Apa kau pergi lagi dan tidak memberitahuku?” Chacha menghela napasnya kasar.“Kau bisa tanya pada orang kepercayaanmu itu, apa yang terjadi. Aku tidak pergi, kalau aku pergi kau juga pasti akan dapat beritanya dari asistenmu bukan?” Andrew mendekati Chacha lalu membuka reseleting dress wanita itu dari belakang. “Thank’s.” Chacha memang mau mandi, ia memang ingin meminta bantuan Andrew untuk membukakannya. Hanya saja pria itu langsung saja peka dan langsung melakukannya sebelum di minta. Andrew mengadahkan tangannya pada Chacha, membuat wanita itu mengernyitkan keningnya bingung.“Berikan padaku Baby.” Chacha berdecak.“Lagi? Kau tak percaya?” Tanya Chacha tak habis pikir.“Berikan saja, jangan membuatku jadi marah.” Jawab Andrew tak mau di salahkan. “Bukankah memang selalu seperti ini kalau kau tidak pergi denganku?” Chacha menggelengkan kepalanya melihat Andrew.Namu
“Ada lagi yang kalian butuhkan?” Tanya Chacha pada kedua anak Andrew, keduanya kompak menggelengkan kepala.Dari tadi tangan Andrew tidak pernah lepas dari pinggang wanita itu. Andrew sangat posesif dengan Chacha kalau mereka sedang berada di luar terutama di tempat ramai. Andrew ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa wanita yang ada di sampingnya itu adalah miliknya. Andrew tidak mau bahwa wanita yang dicintainya itu di inginkan oleh pria lain.Banyak pasang mata yang mencoba melirik kearah Chacha dan itu membuat Andrew tidak suka. Maka itu dari tadi Andrew langsung saja menatap tajam pada orang-orang yang melirik sang kekasih. Andrew selalu tidak suka apabila Chacha memakai pakaian yang terlalu terbuka dan menunjukkan hal-hal yang tak seharusnya kalau di tempat umum.Tetapi Chacha tidak suka di larang seperti itu. Makanya Andrew hanya bisa pasrah dan ia hanya bisa menjaga Chacha agar tidak di ganggu oleh pria lain yang menginginkannya. Itulah salah satu alasan membuat Andrew tid
“Apa yang sebenarnya bisa kau lakukan?” Teriak Andrew yang baru saja datang itu. Pria tersebut masuk ke dalam rumahnya dengan nada tinggi. Hal itu membuat Chacha serta kedua anak Andrew kaget. Pasalnya mereka sedang main bersama di belakang dan bisa mendengar suara Andrew yang sedang marah itu. “Mom, ada apa dengan Daddy?” Tanya Adelicia takut. Bahkan anak kecil itu mendekati Chacha dan memeluk wanita itu. “Tenanglah, mungkin Daddy lagi ada masalah pekerjaan.” Ucap Chacha dengan lembut sambil menenangkan Adelicia. Andrew lewat dari mereka dan menatap Chacha sekilas. Wanita itu melihat raut wajah Andrew yang mengeras, ia tahu bahwa ada sesuatu yang tak beres dengan sang kekasih. Jangan sampai liburan mereka nanti menjadi terhambat karena hal itu. “Jika ada masalah, apakah liburan kita jadi? Biasanya saat Daddy ada masalah, liburan kita akan dibatalkan. Apakah kali ini juga seperti itu?” Tanya Agrata. “Mommy, kita tidak jadi pergi?” Tanya Adelicia juga saat paham dengan perkataan Agr
Chacha bisa merasakan lidah kekasihnya itu menari-nari dengan lincah dimiliknya. Rasa geli dan sekaligus nikmat yang luar biasa menjalar hebat di sekujur tubuh miliknya.Sedotan dan tusukan lidah Andrew membuat Chacha mendongakkan kepalanya menahan rasa nikmat yang menyerang miliknya. Lidah Andrew terus menari-nari dan menusuk-nusuk lubang kenikmatannya. “Ahhhh, ohhhhh.” Desah Chacha.Suara decakan terdengar dari dalam, menandakan daerah milik tersebut mulai basah. Andrew mendongakkan kepalanya menatap wajah kekasihnya itu. Andrew tersenyum melihat wajah wanita yang sedang menikmati permainannya itu.Andrew kembali merasakan milik Chacha dan aroma wangi cairan Chacha membuat birahinya semakin membara. Andrew semakin liar melahap lubang kenikmatan beserta dengan cairan cinta yang membasahinya. Bulu-bulu lembut yang menutupi area itu tidak menjadi suatu penghalang bagi Andrew mala menjadi sensai yang berbeda baginya.Chacha segera menarik pria itu keatas, ia tersenyum menggoda sambil me
“Bibi, kau baik-baik saja?” Tanya Agrata pada Chacha yang terlihat kesakitan saat duduk.“Aku baik, semua barangmu tidak ada yang ketinggalan?” Chacha sengaja mengalihkan Agrata agar tak bertanya lagi padanya.“Tidak ada. Apa Daddy menyakitimu lagi?” Tanya Agrata lagi, ia tak bisa dengan mudah dialihkan seperti itu.Anak sulung dari Andrew itu tahu jika Chacha sering merasakan sakit, awalnya baik-baik saja. Namun setelah bertemu dengan Andrew, Chacha tidak baik-baik saja. Pria itu sangat memperhatikan, Chacha tahu bahwa anak sulung dari Andrew itu peduli padanya. Namun Chacha sudah terbiasa akan hal itu, Andrew tak pernah memukulnya asal terutama jika mereka bertengkar. Andrew hanya bersikap kasar ketika mereka sedang bercinta saja.“Tidak Agrata, jangan berpikir seperti itu. Daddymu tak pernah menyakitiku.” Kata Chacha berusaha menenangkan Agrata, wanita itu tersenyum.“Mommy, aku ingin di pangku.” Kata Adelicia dengan manja.“Duduklah di kursi, kau sudah besar Adel.” Ucap Agrata den
“Kau benar-benar gila Andrew! Kenapa kau harus ikut? Kau bisa menyusul nanti, biarkan aku pergi sendiri. Apa yang kau takutkan? Kenapa kau tak bisa membiarkanku pulang sendirian? Apa? Rasa cemburumu itu? Kau takut aku akan bersama dengan pria lain? Kau jelas tahu aku sudah memilihmu dan mengabdi padamu selama ini bukan? Lalu apa yang kau takutkan?”“Aku tetap tak bisa membiarkanmu pergi.” Kata Andrew dengan tegas. Wanita itu berlutut dan menangis, Chacha memegang kaki Andrew.“Aku mohon.” Pinta Chacha.“Apa yang kau lakukan? Berdirilah!” Chacha menggelengkan kepalanya.“Aku mohon izinkan aku pulang, aku tak tahu apa yang terjadi ke depannya. Bagaimana jika aku tak punya kesempatan untuk melihat Kak Bryan lagi? Kau jelas tahu Andrew bagaimana peran mereka atas hidupku. Aku hanya punya mereka, tolong biarkan aku di sana bersama dengan mereka. Aku belum siap jika aku harus kehilangan orang yang kucintai. Kali ini biarkan aku pulang, aku sudah lama tidak bertemu mereka. Kak Bryan sedang b