“Apa yang sebenarnya bisa kau lakukan?” Teriak Andrew yang baru saja datang itu. Pria tersebut masuk ke dalam rumahnya dengan nada tinggi. Hal itu membuat Chacha serta kedua anak Andrew kaget. Pasalnya mereka sedang main bersama di belakang dan bisa mendengar suara Andrew yang sedang marah itu.
“Mom, ada apa dengan Daddy?” Tanya Adelicia takut. Bahkan anak kecil itu mendekati Chacha dan memeluk wanita itu.
“Tenanglah, mungkin Daddy lagi ada masalah pekerjaan.” Ucap Chacha dengan lembut sambil menenangkan Adelicia. Andrew lewat dari mereka dan menatap Chacha sekilas. Wanita itu melihat raut wajah Andrew yang mengeras, ia tahu bahwa ada sesuatu yang tak beres dengan sang kekasih. Jangan sampai liburan mereka nanti menjadi terhambat karena hal itu.
“Jika ada masalah, apakah liburan kita jadi? Biasanya saat Daddy ada masalah, liburan kita akan dibatalkan. Apakah kali ini juga seperti itu?” Tanya Agrata.
“Mommy, kita tidak jadi pergi?” Tanya Adelicia juga saat paham dengan perkataan Agrata.
“Jadi, Daddy kalian belum mengatakan apa-apa. Agrata tolong jaga adikmu, aku ingin melihat Daddymu sebentar.” Agrata menganggukkan kepalanya, Chacha mengangkat Adelicia lalu di letakkannya di pangkuan Agrata. Wanita itu masuk ke dalam ruangan kerja Andrew dan melihat pria itu masih saja bicara dengan seseorang melalui telepon.
“Andrew,” Panggil Chacha pelan, pria itu tidak menjawab ia hanya menoleh saja. Wanita itu mendekat dan memeluk dari belakang.
“Ulang lagi semuanya dari awal bodoh! Jika kau gagal lagi aku akan membunuhmu!” Setelah mengatakan itu sambungannya di matikan dan Andrew melempar handphonenya ke sofa. Chacha mencium bahu Andrew.
“Ada masalah?” Tanya Chacha pelan.
“Ya, sepertinya kita harus membatalkan rencana liburan kita. Aku harus turun langsung untuk melihat pekerjaan si bodoh itu, jika tidak aku akan rugi besar.” Chacha berjalan berdiri di hadapan Andrew dan mengalungkan lengannya di leher pria itu.
“Kau pemimpinnya, kau bisa meminta asistenmu untuk melakukan itu. Kita sudah janji pada anak-anak untuk membawa mereka liburan, kita tak bisa ingkar janji. Mereka akan kecewa, sebagai orangtua kamu tidak boleh seperti itu.” Ucap Chacha pelan.
“Tapi pekerjaanku sed—”
“Apakah pekerjaanmu jauh lebih penting dari pada aku dan anak-anakmu? Kau mau aku dan anak-anakmu marah? Kami yang akan selalu ada di sisimu, bukan pekerjaanmu. Kau bisa menyuruh sekretarismu untuk mengatasi itu bukan? Kami membutuhkanmu, liburan keluarga ini tak ada artinya jika kau tak ada. Tapi pekerjaanmu itu bisa berjalan tanpa ada kau di sana. Ayolah, jangan kecewakan mereka.” Chacha berusaha membujuk Andrew agar tetap pergi. Ini akan menjadi liburan pertama bersama mereka dengan kedua anak Chacha. Mereka sangat senang saat tahu mereka akan liburan.
“Baiklah, kita akan tetap pergi. Tapi aku mau kau melayaniku, tolong tenangkan aku. Tidak mungkin dengan perasaan seperti ini aku berhadapan dengan anak-anak, kau jelas tahu harus melakukan apa bukan untuk menenangkanku? Hanya kau yang bisa membuatku tenang.” Chacha tersenyum kecil lalu menganggukkan kepalanya.
Andrew segera menarik Chacha dan wanita itu kini duduk dipangkuan Andrew. Ia segera meraup bibir Chacha dengan ganas dan wanita itu terkejut karena ia belum siap. Hanya saja Chacha tidak bisa menolak, karena jikalau sudah seperti itu ia tahu apa yang diinginkan oleh Andrew. Chacha harus meladeni nafsu sang kekasih. Andrew sudah cukup berumur, tetapi kalau sudah mengenai hal ini Andrew selalu menjadi juaranya.
Andrew sangat hebat di bandingkan pria lain yang masih muda yang pernah Chacha rasakan sebelumnya. Pria itu terus mencium bibir mungil milik Chacha dan membungkam wanita itu. Laki-laki dewasa itu mencumbui bibir sang kekasih sekaligus modelnya dengan sangat bernafsu. Andrew begitu tergila-gila dengan Chacha sampai sekarang.
“Kau siap?” Tanya Chacha yang mengerti keinginan sang kekasih. Kalau soal sex jangan tanyakan dan ragukan lagi bagaimana keahlian seorang Chacha.
Karena wanita itu sangat ahli dalam hal itu, ia sudah banyak belajar bagaimana cara memuaskan seseorang dalam sex. Makanya Andrew sangat menyukai permainan panas yang diberikan Chacha. Sehingga Andrew tidak pernah puas akan Chacha, ia ingin lagi dan lagi dipuaskan oleh kekasihnya itu. Chacha sudah tersenyum menggoda sambil mengusap-usapkan jari telunjuknya pada bibir Andrew.
“Yes! Lakukan Baby!” Kata Andrew dengan tegas sambil memukul bokong indah milik Chacha. Kini jari-jari Chacha merambat turun menuruni leher dan kemudian ingin melepaskan dasi milik Andrew. Namun tiba-tiba Andrew mengendong tubuh Chacha sehingga membuat wanita itu menjerit pelan.
“Akhhh.” Chacha menjerit pelan ketika Andrew mendudukkannya di atas meja. Kemudian mereka kembali berciuman dengan panas. Permainan lidah pun kini menghiasi percumbuan keduanya. Lidah mereka saling bertemu dan bertautan.
Wangi parfum yang tercium dari tubuh Chacha membuat nafsu Andrew kian menggelora. Andrew segera menanggalkan blouse yang digunakan Chacha begitu saja dan jari-jari Chacha kini sedang berada di kepunyaan Andrew yang sudah nampak terbuka. Chacha tahu apa yang harus dilakukan oleh jari-jarinya sehingga membuat tonjolan yang ada menjadi semakin membesar.
Dengan cekatan Andrew segera membuka pengait bra milik Chacha sehingga terpampanglah sebuah gundunkan gading kenyal dan padat, dengan puncak kecil berwarna merah yang menantang. Senyum Andrew jelas terpancar menginginkannya.
“Aku sangat menginginkan hal ini.” Kata Andrew dengan mengusap dan memelintir pelan puncak bukit kembar kanan milik Chacha.
Wanita itu hanya tersenyum dan mendesah pelan. Tangan Andrew mendarat dan meremas bukit kembar kiri sang kekasih yang menurutnya sudah semakin membesar dari pertama kali ia merasakannya. Andrew kembali mencium bibir mungil Chacha dan membiarkan bukit kembar terbuka milik wanita itu.
“Di biarkan saja?” Tanya Chacha menggoda sang kekasih yang menanyakan keberadaan bukit kembarnya yang kini sudah bebas.
“Tidak akan!” Jawab Andrew dengan geram sambil melahap bukit kembar kanan Chacha ke dalam mulutnya. Dengan penuh nafsu Andrew melahap kedua bukit kembar Chacha secara bergantian. Andrew sangat menyukai kedua bukit kembar Chacha yang sangat montok itu.
Chacha terlihat menikmati sekali sedotan dan permainan lidah Andrew pada kedua bukit kembarnya. Belum lagi remasan tangan Andrew yang tak kalah membangkitkan nafsunya. Sambil menggigit bibir bawahnya menahan geli, Chacha meremas rambut pria itu. Chacha seperti seorang wanita yang sedang menyusui bayi.
“Akhhh,” Pekik Chacha pelan ketika Andrew menggigir puncak bukit kembarnya.
“Aku sangat menyukai hal ini.” Kata Andrew di sela-sela ciumannya.
“Apakah kau menyukainya?” Tanya Chacha yang merupakan pertanyaan yang seharusnya tidak dijawab. Karena sudah pasti jawabannya Andrew menyukai hal itu.
Sambil tetap menikmati kepadatan bukit kembar Chacha, perlahan tangan kanan Andrew turun pada betis Chacha dan mengelusnya dengan pelan. Andrew bisa meraskaan kelembutan kulit Chacha sehingga merayap ke atas sampai tangan Andrew perlahan masuk ke dalam rok pendek yang dikenankannya membuat geli disekujur tubuh Chacha.
Chacha semakin membuka lebar pahanya semakin mempermudah Andrew untuk masuk mengakses miliknya. Kini Chacha bisa merasakan jari-jari tangan Andrew telah menyentuh permukaan celana dalamnya.
“Kau udah basah Baby!”
“Ahhhhh,” Chacha hanya bisa menganggukkan kepalanya sambil mendesah. Rok span milik Chacha semakin tinggi terangkat ketika tangan Andrew berada di dalam g-string milik Chacha dan merabai bulu-bulu halus yang ada disana.
“Ahhhh,” Chacha berterak ketika Andrew menekan bagian terkecil miliknya.
“Kau menyukainya?” Tanya Andrew menggoda kekasihnya itu. Chacha menganggukkan kepalanya menikmati permainan tangan Andrew.
Kemudian Andrew memasukkan kedua tangannya ke dalam rok Chacha dan mulai menarik turun g-string wanita itu. Chacha sedikit membantu Andrew dengan mengangkat pantatnya agar mudah terlepas. Setelah terlepas Andrew segera tersenyum melihat kain mungil yang berada ditangannya.
Andrew segera berjongkok di depan meja dan melepaskan kedua high heels milik Chacha. Setelah selesai Andrew mulai menciumi jari-jari kaki Chacha secara bergantian. Chacha terlihat kegelian dan ia sangat menikmati hal itu.
Ciuman Andrew mulai naik menuju kedua betis Chacha dan terus naik menuju paha wanita itu. Permukaan kulit Chacha membawa sensasi tersendiri bagi Andrew. Putih, lembut, wangi dan menjadi candu baginya.
Andrew segera membuka lebar kedua paha kekasihnya itu, semakin terlihatlah dengan jelas sebuah lubang kenikmatan dengan bulu-bulu halus tipis di sekitarnya. Lubang kenikmatan yang selalu mampu membuatnya terbang melayang. Masih begitu sempit dan sekat walaupun ia sering memasukinya bahkan lelaki lain dulu sering memasukinya.
“Akhhhh.” Desah Chacha ketika Andrew mulai menjilati lubang kenikmatan miliknya itu.
Chacha bisa merasakan lidah kekasihnya itu menari-nari dengan lincah dimiliknya. Rasa geli dan sekaligus nikmat yang luar biasa menjalar hebat di sekujur tubuh miliknya.Sedotan dan tusukan lidah Andrew membuat Chacha mendongakkan kepalanya menahan rasa nikmat yang menyerang miliknya. Lidah Andrew terus menari-nari dan menusuk-nusuk lubang kenikmatannya. “Ahhhh, ohhhhh.” Desah Chacha.Suara decakan terdengar dari dalam, menandakan daerah milik tersebut mulai basah. Andrew mendongakkan kepalanya menatap wajah kekasihnya itu. Andrew tersenyum melihat wajah wanita yang sedang menikmati permainannya itu.Andrew kembali merasakan milik Chacha dan aroma wangi cairan Chacha membuat birahinya semakin membara. Andrew semakin liar melahap lubang kenikmatan beserta dengan cairan cinta yang membasahinya. Bulu-bulu lembut yang menutupi area itu tidak menjadi suatu penghalang bagi Andrew mala menjadi sensai yang berbeda baginya.Chacha segera menarik pria itu keatas, ia tersenyum menggoda sambil me
“Bibi, kau baik-baik saja?” Tanya Agrata pada Chacha yang terlihat kesakitan saat duduk.“Aku baik, semua barangmu tidak ada yang ketinggalan?” Chacha sengaja mengalihkan Agrata agar tak bertanya lagi padanya.“Tidak ada. Apa Daddy menyakitimu lagi?” Tanya Agrata lagi, ia tak bisa dengan mudah dialihkan seperti itu.Anak sulung dari Andrew itu tahu jika Chacha sering merasakan sakit, awalnya baik-baik saja. Namun setelah bertemu dengan Andrew, Chacha tidak baik-baik saja. Pria itu sangat memperhatikan, Chacha tahu bahwa anak sulung dari Andrew itu peduli padanya. Namun Chacha sudah terbiasa akan hal itu, Andrew tak pernah memukulnya asal terutama jika mereka bertengkar. Andrew hanya bersikap kasar ketika mereka sedang bercinta saja.“Tidak Agrata, jangan berpikir seperti itu. Daddymu tak pernah menyakitiku.” Kata Chacha berusaha menenangkan Agrata, wanita itu tersenyum.“Mommy, aku ingin di pangku.” Kata Adelicia dengan manja.“Duduklah di kursi, kau sudah besar Adel.” Ucap Agrata den
“Kau benar-benar gila Andrew! Kenapa kau harus ikut? Kau bisa menyusul nanti, biarkan aku pergi sendiri. Apa yang kau takutkan? Kenapa kau tak bisa membiarkanku pulang sendirian? Apa? Rasa cemburumu itu? Kau takut aku akan bersama dengan pria lain? Kau jelas tahu aku sudah memilihmu dan mengabdi padamu selama ini bukan? Lalu apa yang kau takutkan?”“Aku tetap tak bisa membiarkanmu pergi.” Kata Andrew dengan tegas. Wanita itu berlutut dan menangis, Chacha memegang kaki Andrew.“Aku mohon.” Pinta Chacha.“Apa yang kau lakukan? Berdirilah!” Chacha menggelengkan kepalanya.“Aku mohon izinkan aku pulang, aku tak tahu apa yang terjadi ke depannya. Bagaimana jika aku tak punya kesempatan untuk melihat Kak Bryan lagi? Kau jelas tahu Andrew bagaimana peran mereka atas hidupku. Aku hanya punya mereka, tolong biarkan aku di sana bersama dengan mereka. Aku belum siap jika aku harus kehilangan orang yang kucintai. Kali ini biarkan aku pulang, aku sudah lama tidak bertemu mereka. Kak Bryan sedang b
“Hai Lang, belum balik?” Tanya Andre yang juga sadar.“Belum Kak, ini hidung Chacha kenapa?” Tanya Elang saat sadar.“Biasa kalau kecapekan suka begini.” Jawab Andre.“Ayo ke ruanganku aja, kamu bisa baring di sana sebentar.” Chacha menggelengkan kepalanya.“Nggak usah, kayak gini aja pasti nanti bisa baikan.” Elang menghela napasnya kasar.“Jangan bandel Cha, tolong dengerin aku kali ini. Ayo ikut ke ruangan aku, ayo Kak bawa Chacha.” Kata Elang lagi sambil membawa koper milik Chacha. Sedangkan Andre merangkul adiknya itu dengan masih menyeka hidung adiknya itu. “Ayo naik, kamu baring dulu.” Elang membantu Chacha agar wanita itu berbaring di bangkar yang tersedia di dalam ruangannya. Bangkar tersebut disediakan saat ia sedang memeriksa pasiennya.“Aku ambil air sebentar.” Elang mengambil minum untuk Chacha dan memberikannya pada wanita itu. Chacha meminumnya sampai habis, Elang membersihkan hidung wanita itu. Lalu mencoba memeriksa Chacha. “Perut kamu kosong banget, ini juga denyut k
Ke esokkan harinya Chacha bangun dengan keadaan yang jauh lebih baik lagi. Wanita itu merasa haus dan keluar dari kamarnya, saat ia hendak ke dapur wanita itu kaget saat menemukan Elang sedang berkutat di dapur.“Loh, kamu masih di sini?” Kata Chacha kaget, Elang melihat Chacha dan menilai wanita itu dari atas sampai bawah.Karena sudah terbiasa tidur tidak memakai baju atau hanya dengan gaun tipis, Chacha mengganti bajunya tadi malam sebelum tidur. Ia sudah mencoba tidur namun ia merasa tidak nyaman, setelah mengganti bajunya wanita itu bisa langsung tidur. Chacha pikir Elang tidak ada, sehingga ia cukup percaya diri keluar dengan hanya menggunakan lingerie tipis yang Elang bisa melihat lekuk tubuhnya. Namun Chacha tak sadar akan hal itu karena terlalu kaget, namun Elang bisa melihat hal itu.“Iya, aku emang nginap. Aku emang nggak pulang.”“Tapi kenapa?” Tanya Chacha bingung.“Emang salah kalau aku nginap di apartemen aku sendiri?” Chacha mengernyitkan keningnya bingung.“Tapi kamuk
Wanita itu takut jawabannya akan membuat hubungan mereka terlihat aneh. Ia tidak tahu apakah ini benar atau salah. Keduanya memang sudah berpisah, tapi tak mudah bagi Chacha untuk melupakannya dengan mudah. Selama ini keduanya masih saja sering berkomunikasi diam-diam tanpa Andrew tahu. Bahkan ini bukan pertemuan pertama mereka setelah berpisah, karena keduanya juga pernah bertemu setelah mereka berpisah secara diam-diam.Melihat Chacha yang hanya diam, Elang mencium leher Chacha. Tidak hanya mencium, pria itu menjilat dan bahkan menggigit. Membuat Chacha mendongakkan kepalanya dan memejamkan matanya. Tangan pria itu juga sudah meremas payudara Chacha yang dulu menjadi favoritnya begitu juga dengan sekarang.“Aku sangat merindukan kamu.” Ucap Elang disela ciumannya. Wanita itu kini hanya pasrah saja, kakinya terasa bergetar. “Aku menginginkanmu.” Lanjut pria itu lagi, tangan Elang mulai menyentuh kepemilikannya dan Chacha membuka matanya dan menahan tangan Elang. Dengan napas yang tak
Chacha keluar dari kamarnya begitu wanita itu selesai bersiap. Namun saat keluar ia tak menemukan ada Elang di sana. Wanita itu jelas mencari keberadaan pria tersebut. Bahkan wanita itu mengetuk pintu kamar Elang namun tak ada jawaban. Sampai akhirnya Chacha membuka pintu tersebut dan tak menemukan ada Elang di sana.Bahkan Chacha sampai masuk ke dalam untuk melihat ke kamar mandi. Pria itu benar-benar tidak ada di sana. Chacha kembali keluar dan mencari ke dapur namun juga tak ada. Samapai akhirnya Chacha melihat sebuah surat di meja makan dan wanita itu membacanya.Ternyata pesan dari Elang yang mengatakan bahwa ia sudah pergi ke rumah sakit terlebih dahulu dan memberikan kunci apartemen pada Chacha. Wanita itu menghela napasnya dan mengambil kunci tersebut. Chacha memilih keluar dari sana dan segera menuju rumah sakit.Sesampainya di rumah sakit Chacha bertemu dengan Andre. Melihat Chacha datang, pria itu izin agar pulang sebentar ke rumah untuk beristirahat dan mandi. Malamnya jan
Sesampainya di apartemen Chacha langsung saja mandi untuk mempersiapkan diri. Selesai mandi ia langsung mengambil lingerie yang sexy untuk dipakainya. Handphonenya berdering ternyata dari tadi Andrew sudah menghubunginya saat mandi. Dengan cepat Chacha mengangkat panggilan video tersebut.“Hai, maaf aku baru selesai mandi. Aku baru saja pulang dari rumah sakit, jangan marah.” Mohon Chacha.“Baiklah, apakah kau sudah bersiap?” Chacha menganggukkan kepalanya. “Kau memakai lingerie?” Tanya Andrew.“Iya, apa kau tak suka dengan pilihanku?” Andrew tampak berpikir.“Apa kau sedang sendirian di sana?” Chacha menganggukkan kepalanya lagi. “Baiklah, aku minta kau keluar dari kamar sekarang. Ada ruang tamu bukan?”“Ada, kau mau aku ke sana?” Tanya Chacha.“Iya, kau duduk di sana lalu buka lingeriemu. Jangan pakai apapun supaya aku bisa melihatmu dengan jelas, lakukanlah sekarang. Aku sudah berada di ruanganku.” Chacha langsung saja keluar dan mengikuti keinginan pria itu.Chacha memang melihat
EKSTRAPART 2“Cepatlah! Mommy sudah kesakitan!” teriak Agrata pada Bernard yang ada di depan sedang menyetir mobil.Sedangkan Agrata berada di belakang bersama Chacha yang sudah kesakitan karena mau melahirkan. Wanita itu merintih kesakitan, peluh sudah memenuhi keningnya.“Di mana Daddymu? Apakah kau sudah berhasil menghubunginya?” tanya Chacha pada Agrata.“Tak perlu memikirkannya, kalau dia tak datang aku yang akan menemanimu. Jangan khawatir tentang itu, aku akan menghajarnya nanti,” jawab Agrata.“Aku hanya mau Daddymu, teruslah hubungi dia,” pinta Chacha sambil merintih. Hal itu membuat Agrata berdecak.Agrata sangat kesal pada Andrew, karena Agrata sudah melarang untuk Andrew pergi bekerja tetapi Andrew tetap saja bersikeras untuk pergi bekerja.“Ikuti apa kata Mommymu Agrata. Aku sedang menyetir,” kata Bernard pada Agrata.Maka Agrata tak punya pilihan lain selain mencoba menghubungi Andrew. Namun setelah dihubungi hasilnya juga tetap sama Andrew masih saja tak mengangkat pang
Pria itu terdiam sejenak lalu sadar apa yang dimaksud oleh Chacha. Andrew langsung saja menghela napasnya dan berdecak lalu turun dari ranjang. Chacha tertawa dengan keras, wanita itu tahu jika Andrew sudah berusaha menahan diri untuk menyerangnya.Bagaimana tidak, Chacha sengaja hanya memakai pakaian dalam saja. Hal itu membuat Andrew kehilangan akal. Sejak Chacha hamil, baginya Chacha begitu menggoda. Dibagian tertentu milik Chacha membesar dan itu membuat Andrew tak bisa menahan diri.Perut Chacha yang semakin membesar membuat kesan seksi bagi Andrew. Pria itu tak pernah melakukannya sebelumnya bersama dengan Ibu hamil, hal itu membuat fantasi pria itu bermain. Saat dua wanita masa lalunya hamil, Andrew langsung saja meninggalkan keduanya dan mencari wanita lain untuk memberikan kepuasan padanya.Namun saat bersama Chacha, pria itu tak menginginkan perempuan lain. Maka itu Andrew sangat menggilai Chacha belakangan ini termasuk ketika wanita itu hamil. Andrew sangat takluk dan tak p
“Agrata, ada apa? Kenapa kau terlihat tak semangat kali ini?” tanya Chacha saat melihat Agrata banyak diam saat semua orang sibuk menyiapkan diri.Saat ini mereka sedang dalam di studio foto milik Andrew, mereka akan melakukan pemotretan keluarga. Kehamilan Chacha yang sudah lebih delapan bulan membuat mereka sepakat untuk mengabadikan momen itu dalam pemotretan yang dipikirkan oleh Chacha. Untuk konsep Chacha memang mempunyai keinginannya tersendiri. Maka itu Andrew segera mewujudkan keinginan istrinya itu.“Tak apa,” jawab Agrata cuek. Agrata hendak pergi namun Chacha langsung saja menahannya.“Kau tak bisa membohongiku Agrata, katakan atau kita membatalkan kegiatan hari ini? Aku tak mau situasimu ini merusak rencana kita hari ini. Kehadiranmu di foto ini sangat diperhitungkan, bagaimanapun ini untuk adikmu,” tegas Chacha membuat Agrata menghela napasnya. “Apa ini ada kaitannya dengan Mommymu yang tak ada kabar?” tebak Chacha membuat Agrata langsung saja menatapnya dengan lekat. “Ka
“Hai, apa kabar?” tanya Elang pada Indira yang baru saja membuka pintu rumah itu.Elang berpakaian rapi tanda bahwa pria itu baru pulang dari rumah sakit. Kantong matanya sangat terlihat jelas besar dan menghitam. Pria itu memang belum tidur, sepulang keluar dari rumah sakit tujuannya hanya satu yaitu ke rumah Indira untuk bertemu dengan anak-anaknya.“Hai, kabar aku baik. Kamu baru pulang dari rumah sakit?” tanya Indira memastikan ketika melihat keadaan Elang yang sedikit kacau itu.“Iya, tadi malam ada pasien gawat darurat yang harus di operasi. Baru selesai tadi pagi, kacau banget ya?” tanya Elang sambil tertawa melihat keadaannya.“Sedikit. Mau mampir? Mungkin mau ketemu sama Esya?” tawar Indira sambil menyebutkan nama anak mereka yang terakhir.Anak mereka belum genap dua tahun, sehingga tak bisa ikut pergi bermain dengan Elang. Kedatangan pria itu ke tempat Indira karena mau membawa kedua anaknya yang sudah cukup besar untuk bermain sesuai janjinya. Selain itu Elang ingin membaw
“Kenapa kau memegang perutmu? Apakah ada yang sakit?” tanya Andrew khawatir.Saat ini mereka sudah berada di dalam kamar. Chacha duduk bersandar di kepala ranjang sedangkan Andrew baru saja keluar dari kamar mandi masih menggunakan handuk menutupi pinggangnya. Rambut serta tubuhnya masih basah. Melihat Chacha mengelus perutnya membuat Andrew panik.“Tidak, aku hanya mau mengelusnya saja. Aku masih tak menyangka, kalau aku hamil sekarang. Aku benar-benar tak menyangka hal ini terjadi padaku. Bagiku semuanya masih terlalu abu-abu, aku benar-benar masih belum percaya. Aku hamil lalu melahirkan, hal yang tak pernah kuinginkan dulu tapi sekarang aku jadi tak sabar,” kata Chacha sambil tertawa.“Kau benar, aku juga tak pernah menginginkan pernikahan bahkan anak. Tapi Agrata dan Adelicia hadir di luar kendaliku. Tapi walaupun begitu mereka hadir untuk mengobati lukaku, terima kasih karena kehadiranmu bisa membuatku menerima mereka sepenuhnya,” ucap Andrew tulus sambil mengelus pipi istrinya i
Bernard yang ada di depan ikut tertawa, padahal Chacha masih saja malu ketika harus bermesraan di depan orang. Chacha menyandarkan kepalanya dibahu Andrew dan pria itu mengelus perut Chacha yang masih rata itu. Chacha senang mendapat perhatian yang begitu besar dari Andrew.Selama ini Chacha tak yakin akan mempunyai anak, bahkan setelah setahun menikah Chacha tak terpikirkan akan diberikan. Ia sudah sempat menyerah ketika sudah mulai berharap. Namun ternyata hal tak terduga itu terjadi, kini ia diberikan kepercayaan untuk mempunyai seorang anak dari rahimnya sendiri.Kalau dulu Chacha sangat takut hamil, kali ini ia sangat bersemangat. Chacha ingin tahu bagaimana rasanya hamil dan mengandung selama sembilan bulan. Bagaimana rasanya ngidam, bagaimana rasanya emosi tak stabil karena hamil. Lalu yang terkahir Chacha ingin tahu bagaimana rasanya melahirkan.Dulu Chacha takut punya anak karena tak mau terima anaknya seperti kedua orangtuanya. Ia takut menjadi orangtua yang gagal lalu membu
Satu Tahun Kemudian“Kita kenapa harus periksa ke rumah sakit Mom? Aku tak sakit, aku sehat,” rengek Adelicia pada Chacha. Wanita itu tertawa sambil mengusap kepala Adelicia.“Ini bukan pertama kalinya kita periksa, setiap tahun kita juga pergi periksa. Kamu mau pergi liburan tidak? Kalau mau ikut kamu harus mau diperiksa, tidak akan sakit.” Adelicia menghela napasnya panjang membuat Chacha mengacak-acak rambut Adelicia.Mereka memang sedang berada di rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan rutin yang sering dilakukan setiap tahunnya. Bahkan Chacha dan Andrew melakukan pemeriksaan setahun dua kali. Andrew sedang menemani Agrata pemeriksaan di dalam, pria itu banyak berubah. Sikapnya sudah jauh lebih banyak berubah salah satunya mulai peduli dan mau terlibat pada anak-anaknya.Sikap Andrew semakin hangat, maka itu Andrew mau menemani Agrata di dalam. Sedangkan Chacha menunggu bersama dengan Adelicia, setelah ini Adelicia yang masuk dan diperiksa. Setelah itu Andrew dan Chacha, anak-anak
Andrew memberhentikan pompaannya dan membiarkan Chacha meresapi gelombang pelepasannya hingga usai. Wanita itu lalu bersandar dengan lemas di bahu Andrew. Pria itu lalu kembali memompa lubang milik Chacha dengan perlahan dan kemudian menatap Andrew dengan tatapan sayu. Tangan kanan wanita itu lalu mengusap wajah pria itu yang berkeringat dengan mesra. Lalu Chacha melumat bibir Andrew yang di balas Andrew dengan liar. Lidah keduanya saling berbelit dan bergulat. Andrew lalu melangkah pelan menuju ke ranjang Chacha sambil sesekali memompa milik Chacha sementara bibirnya saling melumat tanpa henti. Setelah sampai di tepi ranjang, lalu Andrew membaringkan tubuh Chacha tanpa melepaskan penyatuan mereka. Pria itu kembali memompa dengan kuat.Ciuman keduanya menggila dan terdengar suara napas tersengal, Chacha membuka mulutnya dan Andrew dengan liarnya membagikan air liurnya ke dalam mulut Chacha yang seakan sudah tidak sadar menanti kepuasan. Setelah itu keduanya kembali mereka berciuman.
Andrew membawa Chacha serta kedua anaknya untuk pergi liburan sekaligus berbulan madu dengan Chacha yang kini sudah menjadi istrinya itu. Walaupun keduanya sering menghabiskan waktu berdua seperti itu, namun rasanya tetap saja berbeda kalau sudah menikah.Keduanya juga sepakat akan membawa Agrata dan Adelicia, karena ini bukan hanya sekedar bulan madu biasa. Tapi sekaligus liburan pertama mereka dengan status sebagai keluarga. Ini memang bukan yang pertama bagi mereka, tapi dengan status yang berbeda akan terasa beda.Kini Chacha resmi menyandang status nyonya Andrew Cordon. Bahkan nama Chacha juga sudah berubah, ada nama Cordon di belakang. Chacha sedang menemani kedua anak Andrew berenang, sedangkan Andrew sedang pergi mengurus keperluan mereka selama liburan.Ada hal yang harus Andrew lakukan langsung, maka itu pria tersebut pergi meninggalkan Chacha sejenak bersama dengan anak-anaknya agar liburan mereka ke depan berjalan dengan baik. Kini seluruh akses yang Andrew punya juga kini