“Ada lagi yang kalian butuhkan?” Tanya Chacha pada kedua anak Andrew, keduanya kompak menggelengkan kepala.
Dari tadi tangan Andrew tidak pernah lepas dari pinggang wanita itu. Andrew sangat posesif dengan Chacha kalau mereka sedang berada di luar terutama di tempat ramai. Andrew ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa wanita yang ada di sampingnya itu adalah miliknya. Andrew tidak mau bahwa wanita yang dicintainya itu di inginkan oleh pria lain.
Banyak pasang mata yang mencoba melirik kearah Chacha dan itu membuat Andrew tidak suka. Maka itu dari tadi Andrew langsung saja menatap tajam pada orang-orang yang melirik sang kekasih. Andrew selalu tidak suka apabila Chacha memakai pakaian yang terlalu terbuka dan menunjukkan hal-hal yang tak seharusnya kalau di tempat umum.
Tetapi Chacha tidak suka di larang seperti itu. Makanya Andrew hanya bisa pasrah dan ia hanya bisa menjaga Chacha agar tidak di ganggu oleh pria lain yang menginginkannya. Itulah salah satu alasan membuat Andrew tidak percaya kalau wanita itu pergi sendirian tanpanya. Tetapi kalau memang harus, Andrew akan menyuruh orang untuk menemaninya.
“Baiklah kalian bisa makan es krim dan menunggu kami untuk kita makan malam. Coba pikirkan kalian ingin makan malam apa, aku mau membeli sesuatu sebentar tak apa bukan?” Tanya Chacha lagi.
“It’s okay Mom.” Jawab Adelicia.
“Tolong jaga mereka.” Pinta Andrew pada pengasuh dan pengawalnya. “Kalian bisa tinggalkan kami.” Kata Andrew lagi, apabila ingin berdua saja dengan Chacha pria itu biasa untuk ditinggalkan para pengawalnya. “Apa yang sedang kau inginkan?” Tanya Andrew penasaran.
“Baju untuk kita pergi liburan pastinya. Aku juga ingin pakaian dalam baru dan lingerie baru, bukankah aku tak boleh membelinya sendiri? Jadi aku harus memanfaatkanmu sekarang untuk mencarikannya untukku.” Andrew tersenyum senang.
“Baiklah, ayo kita mencarinya. Aku suka kalau harus berbelanja itu, aku jadi tak sabar untuk kau mencobanya sekarang.” Chacha berdecak.
“Belum saja di beli sudah di suruh memakainya, tolong jaga pikiranmu Andrew.” Sindir Chacha membuat pria itu tertawa.
Akhirnya setelah memilih beberapa Andrew segera membayarnya. Pria itu memilih cukup banyak dari segala macam model dan bahkan mereka tidak mengunjungi satu toko saja. Tetapi sampai lima toko dan Andrew membeli dengan berbeda-beda model dan semuanya pilihan pria itu. Andrew tidak malu memilih itu semua di depan para pelayan yang ada. Malah ia cukup bangga memilih hal itu untuk Chacha.
Sedangkan Chacha karena sudah terbiasa ia bisa paham, bahkan ia bisa mendengar beberapa ada yang memuji sikap Andrew tersebut. Chacha tak peduli akan hal itu, ia hanya bisa pasrah dan menerima saja. Setelah memilih beberapa pakaian dalam dan lingerie, mereka membeli baju yang dibutuhkan wanita itu.
“Kenapa terlihat gelisah?” Tanya Chacha saat sadar Andrew sedang gelisah.
“Aku ingin ke kamar mandi, tapi aku juga tak mau meninggalkanmu di sini.” Hal itu membuat Chacha berdecak. “Ayo ikut ke kamar mandi, aku tak mau kau di ganggu di sini.”
“Pergilah, takkan ada yang menggangguku di sini. Lihat sedang tidak ada orang hanya kita saja. Lagi pula aku akan di ganggu di sana, menunggumu di luar sudah pasti banyak pria. Aku tidak bisa ikut masuk ke dalam bukan? Lebih baik kau pergi sendiri daja dan tinggalkan aku di sini. Aku lebih aman di sini dari pada di sana.”
“Bagaimana kalau ada yang mengganggumu?” Chacha kembali berdecak.
“Tempat ini sangat ramai, aku bisa berteriak bukan? Apa yang bisa mereka lakukan padaku di sini? Sudahlah pergi saja sana, jangan mencari masalah. Aku akan sangat malu kalau kau harus mengeluarkannya di sini. Aku tidak akan bisa menerima resikonya nanti.” Ancam Chacha membuat Andrew tidak punya pilihan lain selain meninggalkan wanita itu di sana.
Dengan cepat Andrew pergi dari sana dengan berlari. Chacha tertawa melihat sikap Andrew itu. kemudian ia melanjutkan kegiatannya mencari barang yang diinginkannya. Syukurnya Andrew tidak pernah mengeluh padanya untuk menemaninya berbelanja. Mau selama apa, Andrew akan tetap berada di sampingnya. Andrew cukup penyabar dalam beberapa hal, tetapi itu semua karena Chacha.
“Permisi apakah aku boleh bertanya?” Seorang pria mendekati Chacha saat ia sibuk mencari yang diinginkannya.
“Ya, kenapa? Ada yang bisa di bantu? Tapi aku bukan pr—“
“Ya aku paham, hanya saja kekasihku sepertimu. Aku ingin membelikan pakaian untuknya, tetapi aku tidak tahu ukuran bajunya. Bolehkah kau membantuku untuk memberitahu ukuran bajumu? Atau bolehkah aku memintamu untuk mencoba pakaian yang ku pilihkan ini? Apakah ini cukup untukmu? Karena kalian mempunyai bentuk tubuh yang sama.” Mohon pria itu.
“Benarkah? Baiklah, aku akan mencobanya.” Chacha mengambil pakaian yang sudah di pilih pria itu. “Bolehkan kau memegang ini untukku?” Pria itu menganggukkan kepalanya dan menerima keranjang yang berisi pakaian pilihan wanita itu.
Chacha langsung saja masuk ke dalam ruang ganti dan memakai pakaian tersebut. Setelah memakainya, ia langsung saja keluar menunjukkan pada pria itu. Entah kenapa Chacha mau membantu pria itu karena ia merasa bahwa pria itu sangat manis bisa memikirkan kekasihnya dan mau membeli sesuatu untuk kekasihnya. Hal itu mengingatkannya dengan Andrew yang terkadang suka membelinya sesuatu saat pria itu sedang pergi ke beberapa negara. Maka itu Chacha mau membantunya, karena langsung mengingat Andrew.
“Bagaimana? Apakah menurutmu bagus?” Tanya Chacha saat keluar sudah memakainya. Pria itu tersenyum senang dan menganggukkan kepalanya.
“Ya sangat bagus, pasti kekasihku juga menyukainya. Terima kasih sudah membantuku, aku akan membeli ini untuknya.” Chacha jadi ikut tersenyum senang mendengarnya.
“Senang bisa membantumu, kau mengingatkanku dengan kekasihku yang selalu membelikanku barang juga saat tak bersamaku. Makanya aku langsung menerima tawaranmu.”
“Wah begitu, terima kasih sekali lagi.” Kata pria itu dengan tulus.
“Baiklah aku akan menggantinya.” Chacha kembali masuk ke dalam ruang ganti. Setelah itu ia memberikan pakaian yang dipakainya itu. “Semoga kekasihmu juga menyukainya, aku mendoakan yang terbaik untuk hubungan kalian.”
“Terima kasih, kau juga semoga hubunganmu baik dengan kekasihmu. Ini barang belanjaanmu, terima kasih sudah membantuku.” Chacha tersenyum dan mengganggukkan kepalanya, pria itu langsung saja pergi ke kasir untuk membayar. Andrew langsung saja mendekati Chacha karena ia melihat interaksi keduanya.
“Apa yang sedang kau lakukan? Kau sedang merayu pria lain di belakangku?” Desis Andrew tak suka dan mencekal pergelangan tangan Chacha.
“Andrew sakit, kau menyakitiku. Lepaskan, kau salah paham. Aku hanya membantunya saja, apa yang kau lihat tidak sama seperti yang kau pikirkan.”
“Kau selalu saja membuatku marah, apa kau tidak bisa menahan diri? Aku tidak suka kalau kau melawanku. Aku tak suka kau berdekatan dengan pria lain! Tapi kenapa kau selalu membuatku kesal.” Andrew langsung saja mendorong Chacha hingga wanita itu masuk ke dalam ruang ganti.
“Apa yang ingin kau lakukan?” Tanya Chacha dengan panik.
“Apa lagi kalau bukan menghukummu Honey!” Desis Andrew. Pria itu langsung saja mengangkat dress yang digunakan Chacha. Tanpa pikir panjang Andrew langsung saja menghimpit Chacha ke bilik tersebut lalu membuka kaki wanita itu. Menurunkan setengah pakaian dalam milik Chacha, dan segera membuka celananya juga. Ia langsung saja memasukkan kepunyaannya ke dalam milik Chacha tanpa ada pemanasan membuat wanita itu merasa sakit di dalam miliknya. Bagaimana tidak ia merasa sangat kering tetapi harus di masukkan dengan kepunyaan Andrew yang panjang dan besar. Bahkan pria itu memompanya dengan sangat kuat dan keras. Andrew juga meremas bukit kembar milik Chacha dari luar dan mencium leher wanita itu. Chacha benar-benar di siksa, bahkan tangan Andrew yang satunya memukul bokong indah milik wanita itu.
“Akhhh Andrew pelan-pelan! Kau menyakitiku! Kau salah paham! Aku hanya membantunya saja, ku mohon berhenti. Jangan lakukan di sini, kita bisa ketahuan.”
“Kalau tidak mau ketahuan lebih baik kau diam saja dan nikmati permainanku Honey! Kau harus di hukum supaya kau tahu apa yang harus kau lakukan!”
“Aku tidak menggodanya, aku hanya membantunya memilih pakaian untuk kekasihnya. Aku membantu karena mengingat kau sama seperti dia yang memikirkanku. Ayolah Andrew jangan seperti ini aku belum siap.”
“Kau harus siap kapanpun aku menginginkannya Honey!” Desis Andrew membuat Chacha memejamkan matanya saat Andrew semakin kuat memompanya.
“Arghhh Andrew!” Desah Chacha dan tangannya langsung saja menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara lagi.
Akhirnya Chacha hanya bisa pasrah dan menerima siksaan yang diberikan Andrew itu. Tidak puas hanya sekali, setelah mendapat pelepasan pertamanya Andrew kembali menyerangnya. Membalikkan tubuhnya dan membuatnya harus menghadap dinding. Andrew memasukinya dari belakang, setelah mendapat pelepasannya kedua barulah Andrew benar-benar melepaskan wanita itu.
Keadaan wanita itu tidak baik-baik saja, pakaiannya berantakan. Peluh keringat membasahi wajahnya dan bekas sudah pasti di tinggalkan oleh Andrew di lehernya. Chacha merasakan lelah yang luar biasa, walaupun begitu ia tak bisa pungkiri bahwa ia juga menikmati permainan kasar yang diberikan Andrew padanya. Awalnya ia memang merasa sakit, namun setelah itu ia merasakan nikmat.
Ini bukan kali pertama bagi mereka melakukannya di tempat terbuka atau di tempat umum. Keduanya sering melakukan hal itu secara diam-diam. Sudah pasti sensainya jelas berbeda, hanya dengan cara seperti itu membuat Andrew bisa memaafkannya dan bersikap tenang. Benar saja setelah itu ia kembali bisa menghabiskan waktunya dengan Chacha dan kedua anaknya untuk makan malam. Kedua anaknya sudah pasti mengeluh karena mereka yang lama.
Namun Andrew tak peduli dengan hal itu, walaupun para pengasuh dan para pengawal tahu apa yang mereka lakukan. Bagaimana tidak tahu kalau jelas ada perubagan yang terjadi pada Chacha. Setelah selesai mereka langsung saja kembali pulang ke rumah. Sampai di rumah Andrew tidak membiarkan Chacha bisa beristirahat dengan tenang. Karena ia kembali menyerang wanita itu dan menghabiskan malam yang menggilakan dan malam yang panjang.
Chacha hanya bisa pasrah karena Andrew menginginkannya. Ia melayani pria itu dengan senang hati sampai akhirnya mereka selesai saat dini hari. Chacha benar-benar tak sanggup lagi dan Andrew entah sudah berapa kali mendapatkan pelepasannya. Ia saja tidak tahu. Andrew memang tidak bisa menahan diri kalau itu Chacha. Ia selalu saja kehilangan akal kalau sudah berhadapan dengan wanita itu.
Entah apa yang Chacha punya sampai membuat Andrew tergila-gila padanya. Pria itu tidak bisa melepaskan Chacha begitu saja. Ia selalu menginginkan Chacha lagi dan lagi, ia bersikap seperti ini hanya pada wanita itu. Maka itu Andrew tidak bisa tanpa Chacha, ia selalu membutuhkan wanita itu kapanpun, dimanapun saat ia menginginkannya. Ia tak bisa tanpa wanita itu, maka itu Chacha merasa di butuhkan saat bersama Andrew.
“Apa yang sebenarnya bisa kau lakukan?” Teriak Andrew yang baru saja datang itu. Pria tersebut masuk ke dalam rumahnya dengan nada tinggi. Hal itu membuat Chacha serta kedua anak Andrew kaget. Pasalnya mereka sedang main bersama di belakang dan bisa mendengar suara Andrew yang sedang marah itu. “Mom, ada apa dengan Daddy?” Tanya Adelicia takut. Bahkan anak kecil itu mendekati Chacha dan memeluk wanita itu. “Tenanglah, mungkin Daddy lagi ada masalah pekerjaan.” Ucap Chacha dengan lembut sambil menenangkan Adelicia. Andrew lewat dari mereka dan menatap Chacha sekilas. Wanita itu melihat raut wajah Andrew yang mengeras, ia tahu bahwa ada sesuatu yang tak beres dengan sang kekasih. Jangan sampai liburan mereka nanti menjadi terhambat karena hal itu. “Jika ada masalah, apakah liburan kita jadi? Biasanya saat Daddy ada masalah, liburan kita akan dibatalkan. Apakah kali ini juga seperti itu?” Tanya Agrata. “Mommy, kita tidak jadi pergi?” Tanya Adelicia juga saat paham dengan perkataan Agr
Chacha bisa merasakan lidah kekasihnya itu menari-nari dengan lincah dimiliknya. Rasa geli dan sekaligus nikmat yang luar biasa menjalar hebat di sekujur tubuh miliknya.Sedotan dan tusukan lidah Andrew membuat Chacha mendongakkan kepalanya menahan rasa nikmat yang menyerang miliknya. Lidah Andrew terus menari-nari dan menusuk-nusuk lubang kenikmatannya. “Ahhhh, ohhhhh.” Desah Chacha.Suara decakan terdengar dari dalam, menandakan daerah milik tersebut mulai basah. Andrew mendongakkan kepalanya menatap wajah kekasihnya itu. Andrew tersenyum melihat wajah wanita yang sedang menikmati permainannya itu.Andrew kembali merasakan milik Chacha dan aroma wangi cairan Chacha membuat birahinya semakin membara. Andrew semakin liar melahap lubang kenikmatan beserta dengan cairan cinta yang membasahinya. Bulu-bulu lembut yang menutupi area itu tidak menjadi suatu penghalang bagi Andrew mala menjadi sensai yang berbeda baginya.Chacha segera menarik pria itu keatas, ia tersenyum menggoda sambil me
“Bibi, kau baik-baik saja?” Tanya Agrata pada Chacha yang terlihat kesakitan saat duduk.“Aku baik, semua barangmu tidak ada yang ketinggalan?” Chacha sengaja mengalihkan Agrata agar tak bertanya lagi padanya.“Tidak ada. Apa Daddy menyakitimu lagi?” Tanya Agrata lagi, ia tak bisa dengan mudah dialihkan seperti itu.Anak sulung dari Andrew itu tahu jika Chacha sering merasakan sakit, awalnya baik-baik saja. Namun setelah bertemu dengan Andrew, Chacha tidak baik-baik saja. Pria itu sangat memperhatikan, Chacha tahu bahwa anak sulung dari Andrew itu peduli padanya. Namun Chacha sudah terbiasa akan hal itu, Andrew tak pernah memukulnya asal terutama jika mereka bertengkar. Andrew hanya bersikap kasar ketika mereka sedang bercinta saja.“Tidak Agrata, jangan berpikir seperti itu. Daddymu tak pernah menyakitiku.” Kata Chacha berusaha menenangkan Agrata, wanita itu tersenyum.“Mommy, aku ingin di pangku.” Kata Adelicia dengan manja.“Duduklah di kursi, kau sudah besar Adel.” Ucap Agrata den
“Kau benar-benar gila Andrew! Kenapa kau harus ikut? Kau bisa menyusul nanti, biarkan aku pergi sendiri. Apa yang kau takutkan? Kenapa kau tak bisa membiarkanku pulang sendirian? Apa? Rasa cemburumu itu? Kau takut aku akan bersama dengan pria lain? Kau jelas tahu aku sudah memilihmu dan mengabdi padamu selama ini bukan? Lalu apa yang kau takutkan?”“Aku tetap tak bisa membiarkanmu pergi.” Kata Andrew dengan tegas. Wanita itu berlutut dan menangis, Chacha memegang kaki Andrew.“Aku mohon.” Pinta Chacha.“Apa yang kau lakukan? Berdirilah!” Chacha menggelengkan kepalanya.“Aku mohon izinkan aku pulang, aku tak tahu apa yang terjadi ke depannya. Bagaimana jika aku tak punya kesempatan untuk melihat Kak Bryan lagi? Kau jelas tahu Andrew bagaimana peran mereka atas hidupku. Aku hanya punya mereka, tolong biarkan aku di sana bersama dengan mereka. Aku belum siap jika aku harus kehilangan orang yang kucintai. Kali ini biarkan aku pulang, aku sudah lama tidak bertemu mereka. Kak Bryan sedang b
“Hai Lang, belum balik?” Tanya Andre yang juga sadar.“Belum Kak, ini hidung Chacha kenapa?” Tanya Elang saat sadar.“Biasa kalau kecapekan suka begini.” Jawab Andre.“Ayo ke ruanganku aja, kamu bisa baring di sana sebentar.” Chacha menggelengkan kepalanya.“Nggak usah, kayak gini aja pasti nanti bisa baikan.” Elang menghela napasnya kasar.“Jangan bandel Cha, tolong dengerin aku kali ini. Ayo ikut ke ruangan aku, ayo Kak bawa Chacha.” Kata Elang lagi sambil membawa koper milik Chacha. Sedangkan Andre merangkul adiknya itu dengan masih menyeka hidung adiknya itu. “Ayo naik, kamu baring dulu.” Elang membantu Chacha agar wanita itu berbaring di bangkar yang tersedia di dalam ruangannya. Bangkar tersebut disediakan saat ia sedang memeriksa pasiennya.“Aku ambil air sebentar.” Elang mengambil minum untuk Chacha dan memberikannya pada wanita itu. Chacha meminumnya sampai habis, Elang membersihkan hidung wanita itu. Lalu mencoba memeriksa Chacha. “Perut kamu kosong banget, ini juga denyut k
Ke esokkan harinya Chacha bangun dengan keadaan yang jauh lebih baik lagi. Wanita itu merasa haus dan keluar dari kamarnya, saat ia hendak ke dapur wanita itu kaget saat menemukan Elang sedang berkutat di dapur.“Loh, kamu masih di sini?” Kata Chacha kaget, Elang melihat Chacha dan menilai wanita itu dari atas sampai bawah.Karena sudah terbiasa tidur tidak memakai baju atau hanya dengan gaun tipis, Chacha mengganti bajunya tadi malam sebelum tidur. Ia sudah mencoba tidur namun ia merasa tidak nyaman, setelah mengganti bajunya wanita itu bisa langsung tidur. Chacha pikir Elang tidak ada, sehingga ia cukup percaya diri keluar dengan hanya menggunakan lingerie tipis yang Elang bisa melihat lekuk tubuhnya. Namun Chacha tak sadar akan hal itu karena terlalu kaget, namun Elang bisa melihat hal itu.“Iya, aku emang nginap. Aku emang nggak pulang.”“Tapi kenapa?” Tanya Chacha bingung.“Emang salah kalau aku nginap di apartemen aku sendiri?” Chacha mengernyitkan keningnya bingung.“Tapi kamuk
Wanita itu takut jawabannya akan membuat hubungan mereka terlihat aneh. Ia tidak tahu apakah ini benar atau salah. Keduanya memang sudah berpisah, tapi tak mudah bagi Chacha untuk melupakannya dengan mudah. Selama ini keduanya masih saja sering berkomunikasi diam-diam tanpa Andrew tahu. Bahkan ini bukan pertemuan pertama mereka setelah berpisah, karena keduanya juga pernah bertemu setelah mereka berpisah secara diam-diam.Melihat Chacha yang hanya diam, Elang mencium leher Chacha. Tidak hanya mencium, pria itu menjilat dan bahkan menggigit. Membuat Chacha mendongakkan kepalanya dan memejamkan matanya. Tangan pria itu juga sudah meremas payudara Chacha yang dulu menjadi favoritnya begitu juga dengan sekarang.“Aku sangat merindukan kamu.” Ucap Elang disela ciumannya. Wanita itu kini hanya pasrah saja, kakinya terasa bergetar. “Aku menginginkanmu.” Lanjut pria itu lagi, tangan Elang mulai menyentuh kepemilikannya dan Chacha membuka matanya dan menahan tangan Elang. Dengan napas yang tak
Chacha keluar dari kamarnya begitu wanita itu selesai bersiap. Namun saat keluar ia tak menemukan ada Elang di sana. Wanita itu jelas mencari keberadaan pria tersebut. Bahkan wanita itu mengetuk pintu kamar Elang namun tak ada jawaban. Sampai akhirnya Chacha membuka pintu tersebut dan tak menemukan ada Elang di sana.Bahkan Chacha sampai masuk ke dalam untuk melihat ke kamar mandi. Pria itu benar-benar tidak ada di sana. Chacha kembali keluar dan mencari ke dapur namun juga tak ada. Samapai akhirnya Chacha melihat sebuah surat di meja makan dan wanita itu membacanya.Ternyata pesan dari Elang yang mengatakan bahwa ia sudah pergi ke rumah sakit terlebih dahulu dan memberikan kunci apartemen pada Chacha. Wanita itu menghela napasnya dan mengambil kunci tersebut. Chacha memilih keluar dari sana dan segera menuju rumah sakit.Sesampainya di rumah sakit Chacha bertemu dengan Andre. Melihat Chacha datang, pria itu izin agar pulang sebentar ke rumah untuk beristirahat dan mandi. Malamnya jan
EKSTRAPART 2“Cepatlah! Mommy sudah kesakitan!” teriak Agrata pada Bernard yang ada di depan sedang menyetir mobil.Sedangkan Agrata berada di belakang bersama Chacha yang sudah kesakitan karena mau melahirkan. Wanita itu merintih kesakitan, peluh sudah memenuhi keningnya.“Di mana Daddymu? Apakah kau sudah berhasil menghubunginya?” tanya Chacha pada Agrata.“Tak perlu memikirkannya, kalau dia tak datang aku yang akan menemanimu. Jangan khawatir tentang itu, aku akan menghajarnya nanti,” jawab Agrata.“Aku hanya mau Daddymu, teruslah hubungi dia,” pinta Chacha sambil merintih. Hal itu membuat Agrata berdecak.Agrata sangat kesal pada Andrew, karena Agrata sudah melarang untuk Andrew pergi bekerja tetapi Andrew tetap saja bersikeras untuk pergi bekerja.“Ikuti apa kata Mommymu Agrata. Aku sedang menyetir,” kata Bernard pada Agrata.Maka Agrata tak punya pilihan lain selain mencoba menghubungi Andrew. Namun setelah dihubungi hasilnya juga tetap sama Andrew masih saja tak mengangkat pang
Pria itu terdiam sejenak lalu sadar apa yang dimaksud oleh Chacha. Andrew langsung saja menghela napasnya dan berdecak lalu turun dari ranjang. Chacha tertawa dengan keras, wanita itu tahu jika Andrew sudah berusaha menahan diri untuk menyerangnya.Bagaimana tidak, Chacha sengaja hanya memakai pakaian dalam saja. Hal itu membuat Andrew kehilangan akal. Sejak Chacha hamil, baginya Chacha begitu menggoda. Dibagian tertentu milik Chacha membesar dan itu membuat Andrew tak bisa menahan diri.Perut Chacha yang semakin membesar membuat kesan seksi bagi Andrew. Pria itu tak pernah melakukannya sebelumnya bersama dengan Ibu hamil, hal itu membuat fantasi pria itu bermain. Saat dua wanita masa lalunya hamil, Andrew langsung saja meninggalkan keduanya dan mencari wanita lain untuk memberikan kepuasan padanya.Namun saat bersama Chacha, pria itu tak menginginkan perempuan lain. Maka itu Andrew sangat menggilai Chacha belakangan ini termasuk ketika wanita itu hamil. Andrew sangat takluk dan tak p
“Agrata, ada apa? Kenapa kau terlihat tak semangat kali ini?” tanya Chacha saat melihat Agrata banyak diam saat semua orang sibuk menyiapkan diri.Saat ini mereka sedang dalam di studio foto milik Andrew, mereka akan melakukan pemotretan keluarga. Kehamilan Chacha yang sudah lebih delapan bulan membuat mereka sepakat untuk mengabadikan momen itu dalam pemotretan yang dipikirkan oleh Chacha. Untuk konsep Chacha memang mempunyai keinginannya tersendiri. Maka itu Andrew segera mewujudkan keinginan istrinya itu.“Tak apa,” jawab Agrata cuek. Agrata hendak pergi namun Chacha langsung saja menahannya.“Kau tak bisa membohongiku Agrata, katakan atau kita membatalkan kegiatan hari ini? Aku tak mau situasimu ini merusak rencana kita hari ini. Kehadiranmu di foto ini sangat diperhitungkan, bagaimanapun ini untuk adikmu,” tegas Chacha membuat Agrata menghela napasnya. “Apa ini ada kaitannya dengan Mommymu yang tak ada kabar?” tebak Chacha membuat Agrata langsung saja menatapnya dengan lekat. “Ka
“Hai, apa kabar?” tanya Elang pada Indira yang baru saja membuka pintu rumah itu.Elang berpakaian rapi tanda bahwa pria itu baru pulang dari rumah sakit. Kantong matanya sangat terlihat jelas besar dan menghitam. Pria itu memang belum tidur, sepulang keluar dari rumah sakit tujuannya hanya satu yaitu ke rumah Indira untuk bertemu dengan anak-anaknya.“Hai, kabar aku baik. Kamu baru pulang dari rumah sakit?” tanya Indira memastikan ketika melihat keadaan Elang yang sedikit kacau itu.“Iya, tadi malam ada pasien gawat darurat yang harus di operasi. Baru selesai tadi pagi, kacau banget ya?” tanya Elang sambil tertawa melihat keadaannya.“Sedikit. Mau mampir? Mungkin mau ketemu sama Esya?” tawar Indira sambil menyebutkan nama anak mereka yang terakhir.Anak mereka belum genap dua tahun, sehingga tak bisa ikut pergi bermain dengan Elang. Kedatangan pria itu ke tempat Indira karena mau membawa kedua anaknya yang sudah cukup besar untuk bermain sesuai janjinya. Selain itu Elang ingin membaw
“Kenapa kau memegang perutmu? Apakah ada yang sakit?” tanya Andrew khawatir.Saat ini mereka sudah berada di dalam kamar. Chacha duduk bersandar di kepala ranjang sedangkan Andrew baru saja keluar dari kamar mandi masih menggunakan handuk menutupi pinggangnya. Rambut serta tubuhnya masih basah. Melihat Chacha mengelus perutnya membuat Andrew panik.“Tidak, aku hanya mau mengelusnya saja. Aku masih tak menyangka, kalau aku hamil sekarang. Aku benar-benar tak menyangka hal ini terjadi padaku. Bagiku semuanya masih terlalu abu-abu, aku benar-benar masih belum percaya. Aku hamil lalu melahirkan, hal yang tak pernah kuinginkan dulu tapi sekarang aku jadi tak sabar,” kata Chacha sambil tertawa.“Kau benar, aku juga tak pernah menginginkan pernikahan bahkan anak. Tapi Agrata dan Adelicia hadir di luar kendaliku. Tapi walaupun begitu mereka hadir untuk mengobati lukaku, terima kasih karena kehadiranmu bisa membuatku menerima mereka sepenuhnya,” ucap Andrew tulus sambil mengelus pipi istrinya i
Bernard yang ada di depan ikut tertawa, padahal Chacha masih saja malu ketika harus bermesraan di depan orang. Chacha menyandarkan kepalanya dibahu Andrew dan pria itu mengelus perut Chacha yang masih rata itu. Chacha senang mendapat perhatian yang begitu besar dari Andrew.Selama ini Chacha tak yakin akan mempunyai anak, bahkan setelah setahun menikah Chacha tak terpikirkan akan diberikan. Ia sudah sempat menyerah ketika sudah mulai berharap. Namun ternyata hal tak terduga itu terjadi, kini ia diberikan kepercayaan untuk mempunyai seorang anak dari rahimnya sendiri.Kalau dulu Chacha sangat takut hamil, kali ini ia sangat bersemangat. Chacha ingin tahu bagaimana rasanya hamil dan mengandung selama sembilan bulan. Bagaimana rasanya ngidam, bagaimana rasanya emosi tak stabil karena hamil. Lalu yang terkahir Chacha ingin tahu bagaimana rasanya melahirkan.Dulu Chacha takut punya anak karena tak mau terima anaknya seperti kedua orangtuanya. Ia takut menjadi orangtua yang gagal lalu membu
Satu Tahun Kemudian“Kita kenapa harus periksa ke rumah sakit Mom? Aku tak sakit, aku sehat,” rengek Adelicia pada Chacha. Wanita itu tertawa sambil mengusap kepala Adelicia.“Ini bukan pertama kalinya kita periksa, setiap tahun kita juga pergi periksa. Kamu mau pergi liburan tidak? Kalau mau ikut kamu harus mau diperiksa, tidak akan sakit.” Adelicia menghela napasnya panjang membuat Chacha mengacak-acak rambut Adelicia.Mereka memang sedang berada di rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan rutin yang sering dilakukan setiap tahunnya. Bahkan Chacha dan Andrew melakukan pemeriksaan setahun dua kali. Andrew sedang menemani Agrata pemeriksaan di dalam, pria itu banyak berubah. Sikapnya sudah jauh lebih banyak berubah salah satunya mulai peduli dan mau terlibat pada anak-anaknya.Sikap Andrew semakin hangat, maka itu Andrew mau menemani Agrata di dalam. Sedangkan Chacha menunggu bersama dengan Adelicia, setelah ini Adelicia yang masuk dan diperiksa. Setelah itu Andrew dan Chacha, anak-anak
Andrew memberhentikan pompaannya dan membiarkan Chacha meresapi gelombang pelepasannya hingga usai. Wanita itu lalu bersandar dengan lemas di bahu Andrew. Pria itu lalu kembali memompa lubang milik Chacha dengan perlahan dan kemudian menatap Andrew dengan tatapan sayu. Tangan kanan wanita itu lalu mengusap wajah pria itu yang berkeringat dengan mesra. Lalu Chacha melumat bibir Andrew yang di balas Andrew dengan liar. Lidah keduanya saling berbelit dan bergulat. Andrew lalu melangkah pelan menuju ke ranjang Chacha sambil sesekali memompa milik Chacha sementara bibirnya saling melumat tanpa henti. Setelah sampai di tepi ranjang, lalu Andrew membaringkan tubuh Chacha tanpa melepaskan penyatuan mereka. Pria itu kembali memompa dengan kuat.Ciuman keduanya menggila dan terdengar suara napas tersengal, Chacha membuka mulutnya dan Andrew dengan liarnya membagikan air liurnya ke dalam mulut Chacha yang seakan sudah tidak sadar menanti kepuasan. Setelah itu keduanya kembali mereka berciuman.
Andrew membawa Chacha serta kedua anaknya untuk pergi liburan sekaligus berbulan madu dengan Chacha yang kini sudah menjadi istrinya itu. Walaupun keduanya sering menghabiskan waktu berdua seperti itu, namun rasanya tetap saja berbeda kalau sudah menikah.Keduanya juga sepakat akan membawa Agrata dan Adelicia, karena ini bukan hanya sekedar bulan madu biasa. Tapi sekaligus liburan pertama mereka dengan status sebagai keluarga. Ini memang bukan yang pertama bagi mereka, tapi dengan status yang berbeda akan terasa beda.Kini Chacha resmi menyandang status nyonya Andrew Cordon. Bahkan nama Chacha juga sudah berubah, ada nama Cordon di belakang. Chacha sedang menemani kedua anak Andrew berenang, sedangkan Andrew sedang pergi mengurus keperluan mereka selama liburan.Ada hal yang harus Andrew lakukan langsung, maka itu pria tersebut pergi meninggalkan Chacha sejenak bersama dengan anak-anaknya agar liburan mereka ke depan berjalan dengan baik. Kini seluruh akses yang Andrew punya juga kini