Share

Bab 105

Author: Nadira Dewy
last update Last Updated: 2025-02-13 21:00:47

Emily berdiri dengan lemah di ruang keluarga, tatapannya nanar menembus kedua orang tuanya.

Air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya jatuh, membasahi pipinya tanpa bisa dihentikan lagi.

Napasnya tersengal, bukan karena kelelahan, tapi karena sakit hati yang menghimpit dadanya. Bahkan kata ‘sakit’ tidak cukup untuk menggambarkannya.

“Emily, kami melakukannya juga untuk kelangsungan kehidupan kita. Kami juga ingin memberikan kehidupan yang layak untukmu dan juga Sean,” sergah Julia yang tidak ingin terus-menerus mendengar Emily menyalahkannya.

Alasan itu tidak bisa Emily terima.

Kalau tahu akan jadi begini, tentu saja dia lebih memilih hidup miskin, serba kekurangan.

“Dari awal, kalian berdua sudah salah!” Emily berteriak, suaranya penuh dengan kepedihan dan frustrasi. “Aku bisa memahami kalau kalian dulu kesulitan ekonomi, tapi sekarang? Sekarang semua sudah membaik, tapi kalian tidak berhenti juga! Kalian malah terus mel
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Tety Juniarwati Sa
Astaga,.se Toxic itu orangtua Emily, Harta mmg membuat diri buta, Sakit banget jadi Emily, Ah..buat Emily kuat Thor, kuat mendampingi William, bahagia bersama
goodnovel comment avatar
ORTYA POI
Karena dari kecil hanya Williams yang selalu menjadi penolong Emily
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 106

    Begitu Emily melangkah keluar dari rumah orang tuanya, udara dingin seketika itu langsung menyambutnya. Ia mengangkat wajahnya, mencoba menenangkan diri, tapi air matanya masih menggenang di pelupuk matanya. William yang sejak tadi menunggu di luar, segera berdiri dan mendekatinya. Ekspresi wajahnya tetap seperti biasa, tenang dan tak terbaca, seperti seseorang yang masih buta. Emily terdiam, hatinya penuh dengan perasaan kepasrahan. Semua yang ia percayai runtuh begitu saja. Sekarang, ia tidak tahu harus berbuat apa, bagaimana menjalani hidupnya ke depan saat harus bersama William. William, dengan tongkat penuntunnya, berjalan perlahan mendekati Emily. Tanpa ragu, pria itu menarik Emily ke dalam pelukannya, memeluk erat seolah mencoba menenangkan badai yang berkecamuk dalam hati istrinya. “Andai kau bisa lebih bersabar sedikit untuk tidak menemui orang tuamu dulu, aku tidak perlu melihat kau makin f

    Last Updated : 2025-02-13
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 107

    Dalam perjalanan pulang, suasana di dalam mobil begitu hening. Emily menatap kosong keluar jendela, pikirannya benar-benar berantakan. Sementara itu, William terus menggenggam tangannya, memberikan kehangatan yang ia harap bisa sedikit menguatkan istrinya itu. William tidak meminta Emily untuk kuat. Ia tidak mengucapkan kata-kata penyemangat klise yang hanya akan terdengar hampa di telinga istrinya. Ia tahu, tidak ada kata-kata yang cukup untuk menghapus rasa sakit yang tengah dirasakan Emily saat ini. Ketika mobil berhenti di lampu merah, William menarik napas dalam dalam. Ia lalu merangkul Emily, mendekap tubuh mungil itu dalam hangat pelukannya. Dengan lembut, ia mengecup puncak kepala Emily, jarinya mengusap rambut wanita itu dengan penuh kasih sayang. Emily terdiam di dalam pelukan itu. Air matanya yang sempat terhenti kini kembali mengalir, membasahi pipinya. Tapi kali ini, ia tidak berusaha menyembunyikannya

    Last Updated : 2025-02-13
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 108

    Sore itu, di kamar William dan juga Emily. Emily menggeliat pelan, mencoba menggeser tubuhnya, tapi segera meringis. Pinggangnya terasa sakit sekali. Ia melirik ke samping, mendapati William masih memeluknya erat, seolah tidak ingin membiarkannya pergi. Pakaian mereka berserakan di lantai, sementara tubuh mereka hanya terbungkus selimut tebal. Wajah Emily memerah saat mengingat kejadian gila di siang bolong itu. “Kau yang memprovokasi duluan. Jangan memasang wajah marah,” ucap William santai, mengeratkan pelukannya. Emily mendengus kesal, tapi wajahnya tetap bersemu merah. Jelas aja dia masih merasa malu, tapi lebih daripada itu, ia menyadari sesuatu. Setelah perasaannya dibuat kacau balau oleh situasi, nyatanya ia tidak menangis lagi. William berhasil mengalihkan pikirannya dari semua kesedihan dan rasa bersalah yang terus menghantuinya. Ah, lebih baik fokus pada pembicaraan mereka kali ini. “Jangan senyum-senyum seperti itu.” Emily mendorong dada William deng

    Last Updated : 2025-02-13
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 109

    Pesawat pribadi yang membawa William dan Emily akhirnya mendarat di sebuah negara yang hanya diketahui oleh mereka berdua dan Robert. Semua persiapan telah diatur dengan matang, perjalanan ini dirahasiakan sepenuhnya agar tidak ada satupun orang yang mengikuti dan mengganggu William dan Emily. Begitu turun dari pesawat, udara segar langsung menyambut mereka. “Wah... ternyata udaranya nyaman juga,” ucap Emily. Emily menarik napas dalam-dalam, menikmati ketenangan yang sudah lama tidak ia rasakan. William di sampingnya terlihat lebih santai dari biasanya. Tidak ada tongkat penuntun, tidak ada akting sebagai pria buta. Hanya dirinya yang sebenarnya. Saat mereka sampai di villa pribadi yang sudah disiapkan, William meletakkan kopernya di sudut kamar dan langsung duduk di tepi ranjang. “Ternyata dalamnya bersih dan nyaman,” ujar William. Emily memperhatikannya dengan tatapan penuh pertanya

    Last Updated : 2025-02-14
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 110

    Berbeda dengan William dan Emily yang tengah menjalani hari dengan tujuan bahagia, Hendrick yang tengah kesal itu melemparkan botol wine kosong ke sofa dengan kasar. Napasnya memburu, wajahnya memerah menahan amarah. Rencana yang ia susun dengan hati-hati selama ini kembali gagal. Semua orang terasa tidak memiliki kemampuan. Semua orang yang ia suruh seperti manusia tanpa guna. “Dasar orang tua bodoh!” geramnya sambil mengusap wajahnya dengan kasar. “Mereka bahkan tidak bisa mempengaruhi putri mereka sendiri! Mereka bosan hidup nyaman rupanya.” Saat ini dia tengah melakukannya panggilan telepon dengan Kelly. Mendengar kemarahan Hendrick, Kelly benar-benar hanya bisa memakluminya saja. “Kau terlalu terburu-buru, Hendrick,” ucap Kelly dengan nada dingin. “Emily bukan wanita lemah yang mudah dibodohi seperti dulu. Apalagi ada William di sisinya. Ini pasti akan sulit, tapi kita juga tidak boleh menyerah.” Hendri

    Last Updated : 2025-02-14
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 111

    Malam itu, langit dihiasi taburan bintang yang berkelip lembut. Nampak begitu indah, sukses memanjakan mata. Udara sejuk menyelusup di antara dedaunan yang bergoyang pelan, menciptakan harmoni alam yang damai menenangkan. Di sebuah restoran mewah bertema outdoor di puncak bukit, Emily dan William duduk berhadapan di bawah lampu-lampu gantung berbentuk lentera yang memancarkan cahaya hangat. Mereka begitu romantis. Emily tersenyum, matanya berbinar memandangi hidangan berjejeran di hadapannya. “Aku masih tidak percaya kau memilih tempat seperti ini. Rasanya seperti adegan dalam film, deh.” William meletakkan gelas anggurnya dan menatap Emily penuh kelembutan. “Aku hanya ingin kita memiliki malam yang benar-benar kita ingat. Setelah semua yang kita lalui… kita pantas mendapatkan sedikit kebahagiaan ini.” Emily terdiam sesaat, hatinya terasa menghangat. Ia mengingat momen-momen sulit yang m

    Last Updated : 2025-02-14
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 112

    Malam semakin larut, tapi William dan Emily nyatanya masih terjaga. Mereka berada di atas ranjang, bersandar pada sandaran empuk dengan tubuh terbungkus selimut tebal. Tubuh mereka polos akibat kegiatan panas mereka beberapa saat lalu. Emily meletakkan kepalanya di dada William, mendengar detak jantung pria itu yang terasa lebih cepat dari biasanya. Di tangannya, William memegang tablet, membaca dokumen yang baru saja dikirimkan Robert. Jemarinya menggenggam erat perangkat itu, ekspresinya berubah serius dan penuh emosi. Emily yang merasakan perubahan itu perlahan menatap wajah William. “Ada apa, William?” tanyanya dengan nada lembut, jantungnya ikut berdebar melihat perubahan ekspresi pria itu. Pasti ada sesuatu yang terjadi. William tidak langsung menjawab. Ia masih terpaku pada informasi yang baru saja ia baca, mencoba mencerna semuanya dengan kepala dingin. Namun, semakin dalam ia membaca, semakin jelas b

    Last Updated : 2025-02-15
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 113

    Malam itu, ketika Emily telah tertidur pulas di pelukan William, pria itu perlahan bangkit dari ranjang tanpa membuat suara sedikit pun. “Aku keluar kamar sebentar,” bisiknya,aku mengecup kening Emily. Ia mengambil ponselnya, lalu berjalan ke balkon kamar, menyalakan sebatang rokok, dan segera menghubungi Robert di sana. Suara dering terdengar sebentar sebelum akhirnya Robert mengangkat teleponnya. “Apa kau sudah mendapatkan informasi tentang keberadaan Hendrick?” tanya William tanpa basa-basi, suaranya dingin dan tajam. Robert menghela napas sebelum menjawab, “Saya sudah tahu keberadaannya sejak kemarin, Tuan.” Mata William menyipit, bibirnya melengkung sinis. “Kenapa kau tidak langsung melaporkannya padaku kemarin?” “Saya tidak ingin mengganggu momen liburan anda dengan Nyonya Emily. Lagipula, Hendrick tidak sedang bergerak. Dia ada di negara sebelah, menenangkan diri d

    Last Updated : 2025-02-15

Latest chapter

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 274

    Sore itu, langit tampak mendung ketika Lavine melangkah keluar dari gedung apartemennya. Dengan jas hitam dan kemeja yang sedikit terbuka di bagian atas, ia tampak seperti biasa, sangat santai, tapi menyimpan ketegangan yang jelas tidak akan tampak di permukaan. Di dalam mobil, Jordi menyetir tanpa banyak bicara. Lavine duduk bersandar, menatap keluar jendela sambil mengetukkan jari ke paha dengan irama acak. “Kira-kira kali ini dia ingin membahas apa lagi ya? Bisnis? Atau mungkin ada hubungannya dengan Elle? Hah! Tidak sabaran juga, aku jadi ingin cepat sampai.” katanya setengah bercanda, setengah kesal. Jordi melirik dari kaca spion. “Mungkin Tuan Ramon mulai sadar siapa yang sebenarnya punya andil besar dalam banyak hal akhir-akhir ini, Tuan.” Lavine hanya tertawa kecil, nada suaranya penuh ironi. “Hah! Kalau dia sadar, mungkin itu karena dia kepepet. Bukan karena dia benar-benar melihat.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 273

    Rayn meninggalkan gedung perkantoran MJW dengan perasaan yang begitu menyesakkan. Pembicaraannya dengan Elle tidak berakhir seperti yang diinginkannya. Begitu sampai di dalam mobil, Rayn yang sangat kesal itu tidak lagi bisa menahan diri. Bukk!!! Dipukulnya kemudi mobilnya beberapa kali untuk melampiaskan amarah. “Badjingan!!!” teriaknya. “Kenapa... kenapa kau harus bisa melampaui ku, anak brengsek? Jelas-jelas yang mengalir di dalam tubuhmu adalah darah kotor dan rendahan, darah seorang pelacur yang menjijikan! Kau harusnya hidup dengan segala hinaan, berani sekali kau mengambil posisi yang harusnya menjadi milikku?!” Rayn merasa sudah benar-benar dikalahkan. Tatapan mata Elle saat bicara padanya tadi seolah telah menunjukkan bahwa Rayn bahkan tidak bisa lebih baik daripada Lavine. Grettt... Tangan Rayn terkepal erat. Matanya yang masih menyalak marah itu mulai bersia

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 272

    Esok harinya, di gedung MJW. Elle menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi kerjanya, memandangi Rose dengan ekspresi datar. “Kau yakin itu dari Rayn? Kakak tirinya Lavine?” tanyanya pelan. Rose mengangguk. “Ya, dikirim langsung atas nama Tuan Rayn. Dikirim pagi-pagi sekali, bahkan sebelum staff lengkap datang, Nona.” Elle menarik napas dalam, sedikit tidak nyaman. Dia tahu Rayn bukan tipe pria yang melakukan sesuatu tanpa maksud tersembunyi. Elle kemudian berdiri dan melangkah ke luar ruangannya. “Ayo, aku ingin lihat sendiri seperti apa lukisan yang dia berikan padaku,” ucapnya dingin. Sesampainya di lobi, matanya langsung tertuju pada lukisan besar yang diletakkan rapi di atas meja resepsionis. Pigura mewah, warna-warna kuat, dan goresan yang jelas menunjukkan keahlian pelukisnya. Namun, tidak ada yang membuat Elle terpikat walaupun dia sampai memicingkan matanya. “Cantik, tapi sayangnya sama sekali tidak menyentuh,” gumamnya,

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 271

    Elle menatap Lavine dengan tatapan tak sabaran, “Bagaimana hasilnya?” Lavine menyandarkan tubuhnya santai di kursi, senyumnya masih mengembang seperti biasa, penuh godaan dan sedikit terlihat malas. “Kau benar-benar terlalu kaku dan serius, Elle,” katanya sambil mendorong gelas es kopi ke hadapan Elle sekali lagi. “Cobalah untuk membuat hidupmu sedikit lebih manis… seperti es kopi ini.” Elle menatap Lavine tajam, ekspresinya tetap dingin, tapi ada sedikit ketertarikan di balik sorot matanya. “Kau ini minum kopi atau gula? Sejak kapan kopi jadi manis? Lagi pula, aku tidak datang ke sini untuk membahas kopi,” jawabnya, suaranya datar namun tegas. “Aku benar-benar ingin tahu tentang hasilnya, Lavine. Fokus ku hanya ke situ saja.” Lavine tertawa pelan, memainkan sendok kecil di tangannya. “Hah, kau ini terlalu serius. Tapi baiklah… soal hasilnya, Zero tidak mudah dilunakkan, kau tahu itu. Apalagi kalau kau sendiri begini? Minum es kopi saja tidak mau. As

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 270

    Hari itu, Merin dan Ronald datang ke gedung MJW untuk menemui Elle. Resepsionis itu sempat ragu, namun setelah melihat foto yang ditunjukkan Ronald, di mana Elle tampak berdiri di antara mereka dalam pakaian sederhana dan suasana kafe, wajah resepsionis itu langsung berubah. Dia terdiam sejenak, lalu mengangguk sopan. Meskipun masih ada rasa tidak percaya, dia juga tahu kalau foto itu bukanlah foto editan. Dari pada nanti dia justru melakukan kesalahan, lebih baik diterima saja dulu tamunya. “Baik, tunggu sebentar. Saya akan menghubungi sekretarisnya Nona Elle terlebih dahulu,” ujarnya dengan nada lebih ramah. Ronald menarik napas lega, sementara Merin berdiri dengan tangan terlipat di dada, matanya sibuk memandangi interior kantor MJW yang begitu mewah dan jauh dari bayangan tempat kerja Elle sebelumnya. Tatapan matanya menajam, menyadari bahwa Elle benar-benar hidup dalam dun

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 269

    Elle tersenyum lemah. “Begitu, ya? Lalu, kenapa kau masih tidak menghentikan ku?” Pertanyaan itu membuat Lavine tersenyum. “Karena meskipun kau memiliki maksud, aku masih bisa merasakan ketulusan darimu.” Elle melanjutkan kegiatannya, menikmati sarapan buatan Lavine tanpa bicara lagi. Tidak ada yang perlu dibahas saat ini. Mereka hanya perlu makan dengan baik, nanti bisa melanjutkan pembicaraannya lagi begitu selesai. Beberapa saat kemudian. Elle melihat jam tangannya, sejenak terdiam sambil berpikir. “Lavine, aku tidak bisa berlama-lama lagi di sini. Apa aku boleh bicara yang sebenarnya padamu sekarang?” Lavine yang baru selesai mencuci piring tersenyum. Setelah mengeringkan tangannya, ia pun berjalan mendekati Elle yang masih duduk di meja makan sambil menatapnya dengan ekspresi yang serius. “Baiklah... dari pada bertele-tele seperti katamu tadi, lebih baik bicara den

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 268

    Malam merayap pelan di balik jendela apartemen milik Lavine. Lampu ruangan menyala redup, menciptakan suasana yang begitu tenang. Elle duduk bersandar di sofa, matanya mulai terasa berat. Di sampingnya, Lavine masih tertidur dengan kompres di dahinya, napasnya sedikit berat namun mulai terdengar stabil. Elle melirik ke arah pria itu, memperhatikan wajah Lavine yang biasanya penuh senyum nakal itu kini terlihat begitu tenang dan polos. Untuk sesaat, dia lupa bahwa pria ini sering membuatnya kesal. Yang ada hanya rasa iba dan... entah, sesuatu yang membuat dadanya terasa cukup hangat. “Apa sebenarnya yang kau sembunyikan dariku, Lavine...” gumamnya pelan, nyaris seperti bisikan. “Atau, apa yang sedang kau sembunyikan dari dunia ini?” Elle menghela napas panjang, lalu menyandarkan kepalanya ke senderan sofa. Tubuhnya yang lelah akhirnya menyerah, matanya tertutup, dan napasnya mulai melambat. Suara detik

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 267

    Elle duduk di ruang kerjanya sambil menatap layar laptop yang penuh dengan tab pencarian tentang pelukis bernama Zero. Setiap artikel, forum seni, dan catatan pameran sudah selesai ia baca. Namun semuanya hanya berisi spekulasi, gosip samar, atau informasi yang terlalu umum. Tidak satu pun yang bisa mengungkap siapa sebenarnya Zero, atau setidaknya memberi petunjuk yang cukup bisa menuju ke identitasnya. Orang-orang suruhannya juga sudah berusaha, namun hasilnya masih tetap sama. “Bagaimana bisa seseorang sepopuler itu tidak meninggalkan jejak digital sedikit pun?” gumam Elle kesal, lalu menyandarkan tubuhnya di kursi dengan frustasi. Ia menutup laptopnya dengan kasar, kemudian berdiri dan berjalan mondar-mandir. “Kenapa sulit sekali menemukan orang itu? Sekalinya bertemu, dia malah mengatakan sesuatu yang tidak aku pahami. Ah..., aku jadi pusing.” Rose masuk membawa dokumen, namun langsung berhenti saat m

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 266

    Elle tersenyum. “Putra anda memang cukup gila. Ah, aku tidak jadi membelamu.” Mendengar itu, Lavine pun tersentak kaget. “Hah! Kau ini cepat sekali berubah pikiran? Baru juga sedetik aku merasa terharu oleh sikapmu, kau ini benar-benar menggemaskan. Aku jadi ingin segera menikahimu, deh.” “Bahkan keong juga akan berpikir lagi saat tahu kalau akan dinikahi mu,” balas Elle. Lavine terkekeh. “Keong? Kau benar-benar banyak keterlaluannya, ya? Ngomong-ngomong, pergi makan yuk! Aku lapar sekali, tapi tidak ada uang untuk membeli makan.” Ucapan Lavine barusan membuat Rayn dan Ramon mengerutkan kening. Jelas Lavine dan Elle cukup dekat sebelumnya. Rose hanya berdiri diam di belakang Elle. “Kalian... sejak kapan saling kenal?” tanya Ramon yang tidak bisa menahan rasa penasarannya. Elle menoleh, dia hampir saja lupa dengan keberadaan Ramon dan juga Rayn. “Sejak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status