Home / Romansa / Gairah Paman Sahabatku / 17. Dansa berujung Romansa

Share

17. Dansa berujung Romansa

Author: Tari suhendri
last update Last Updated: 2023-12-01 13:05:40

"Baiklah, untuk dansa pertama akan dilakukan oleh penyelenggara acara yaitu bapak Sutomo dan ibu Angel, kami persilahkan," pembawa acara resmi membuka pesta dansa.

Semua tamu berkumpul ditengah aula, dan menyaksikan Sutomo dan Angel berdansa. Setelah tiga putaran, barulah para wanita lelang bertemu dengan pembeli mereka.

"Halo Munawaroh," kata James ramah.

Langsung memegang tangan Alice dan memeluk pinggangnya dengan tangan yang lain.

Alice menatap pria yang sanggup membelinya dengan harga luar biasa . Dia sudah menerkanya bahwa itu James.

Mata Alice mulai berkaca-kaca. Bibirnya bergetar tidak dapat mengungkapkan kekecewaan nya yang begitu dalam.

Tapi melihat James ada didepannya membuat hati Alice mencair. Dua hari dia berusaha menahan rasa sakit diabaikan pria yang baru saja berjanji akan selalu bersamanya.

"Apa kabar sayang?" tanya james lembut, senyuman hangat mengembang dibibirnya yang kelu.

"Apa kau melihatku baik-baik saja?" Alice setengah berbisik, suaranya bergetar dan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ratnhashari Ratna
ceritanya bagus sekali ,tapi sayang harus pakai koin untuk lanjut mambaca nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gairah Paman Sahabatku   18. Perpisahan

    "Apa kau tidak berniat mengabulkan permintaanku James?" Alice bertanya dengan tatapan muram.James menggeleng sedih, dia tidak akan merenggut mahkota wanita yang dicintainya. Alice hanya terbawa emosi, James tau dia akan menyesali permintaannya itu. Tanpa diduga, Alice mendorong james dan bangun dari ranjang. "Kenapa? Bukankah kita akan melakukan apapun yang menjadi keinginanku?" Alice tampak sangat marah."Alice," James mengacak rambutnya yang mulai panjang tak terurus, "kamu akan menyesali keputusan itu." James mencoba mengingatkan.Alice menatapnya nanar, mulutnya menganga tak percaya, "Kamu pikir kamu lebih tau apa yang menjadi keinginanku?"James maju hendak memeluk Alice, tapi Alice mengangkat jari telunjuknya dengan marah, "Aku tau kamu tidak menginginkan aku lagi!" sembur Alice murka."Bukan.." James berpikir, "ya, aku tidak menginginkan kamu lagi" Ya itu jawaban terbaik untuk Alice agar dia tidak perlu mengharapkan James lagi, semakin lama bersamanya hanya akan membuat Al

    Last Updated : 2023-12-01
  • Gairah Paman Sahabatku   19. Suram

    "Alice," ucap Oliv lembut sambil terus mengusap punggungku.Terasa nyaman, tapi tidak cukup mengobati sakit hatiku."Kamu bisa cerita apapun ke aku," bujuk Oliv lagi. "Aku cuma pengen sendiri Liv, maafkan aku," aku menjawab tanpa melihat wajahnya. "Baiklah, kalau butuh sesuatu aku ada di halaman belakang," ujar Oliv sambil berlalu. Setelah memastikan Oliv pergi, aku pun berbaring di ranjang empuk milik Oliv. Di kontrakanku hanya kasur busa merk bola dunia yang sudah lepek. Salah satu alasan aku memilih pulang ke rumah Oliv. Setidaknya, aku bisa tidur dengan nyaman.Aku memeluk diriku sendiri dari dalam selimut. Bahkan aku belum mengganti gaunku. Gaun pinjaman dari Cici. Aku yakin dia akan marah melihat Gaun kesayangannya kusut masai.Tapi aku tidak peduli, aku hanya ingin bermuram durja. Menangisi hatiku yang perih karena luka yang belum pernah aku rasakan. Aku belum pernah jatuh cinta sebelumnya. Meski pacar pertamaku adalah Bobi, tapi aku menerimanya hanya atas dasar mencoba hal

    Last Updated : 2023-12-02
  • Gairah Paman Sahabatku   20. Temaram

    Matahari telah menghilang dibalik cakrawala yang menguning. Angin senja begitu dingin menusuk tulang-tulang ku yang kering. Tidak ada tanda-tanda orang yang aku cintai akan hadir.Tuhan! Jika aku bisa menukar nyawaku untuk bertemu dengannya, maka ambil saja nyawaku. Tapi sebelum itu, pertemukan aku dengannya!Otakku seolah menjerit kan doa yang sangat putus asa. Berharap keajaiban tuhan berpihak padaku kali ini. Ini pertama kalinya aku jatuh cinta, tapi kami harus berpisah. Aku masih duduk bersembunyi di sebelah pohon bonsai pucuk merah. Memeluk diriku sendiri dengan tubuh kedinginan dan bibir bergetar. Entah berapa lama lagi aku harus menunggu. Harapanku hampir pergi, tapi ku kuatkan jiwaku untuk tetap terjaga. Kewarasanku hampir hilang bersama ketiadaan kabar darinya. Oh James! Kau sungguh membuat aku gila!Oliv memanggilku dengan cemas. Sementara Jody hadir berusaha memberikan aku penjelasan. Yang intinya, James sudah pergi dan tidak akan kembali. Aku harus segera pulang. Begitu

    Last Updated : 2023-12-02
  • Gairah Paman Sahabatku   21. Terpuruk

    Aku menatap kosong sudut kamarku yang suram. Tidak bersemangat melakukan apapun. Menyendiri adalah hal terbaik yang bisa ku lakukan saat ini. Meskipun lubang besar dihatiku terus meneteskan darah. Menunggu seseorang untuk melengkapi bagian dari hatiku yang telah pergi. Tapi itu hal yang mustahil. Karena bagian itu telah pergi bersama pria brengsek pengecut yang tidak bertanggung jawab. Baru saja mengucap janji, tapi dia malah pergi hanya karena ayahku tidak merestui.Ponselku terus berdering sejak tadi. Aku mengabaikannya untuk alasan menyelamatkan diriku dari menangis. Aku kelelahan, dan akhirnya aku tertidur lagi.Sebenarnya, aku tidak selalu sendiri. Pintu ku biarkan tidak terkunci agar aku tidak perlu bolak balik membukanya. Teman-temanku khawatir, jadi mereka bolak balik ke rumahku untuk memeriksa.Bahkan bu Siti, pemilik rumah kontrakan ini. Setiap satu jam sekali dia akan memanggilku entah apa saja yang dia tanyakan. Bu Siti memang orang yang baik. Dia menganggap ku seperti

    Last Updated : 2023-12-03
  • Gairah Paman Sahabatku   22. Samsak pelampiasan

    "Katakan saja," aku berusaha memberinya dukungan.Frans tersenyum lega melihat ekspresiku, "aku rasa kau cocok menjadi model, Alice," Aku menutup buku yang baru saja ku buka. Menatap Frans tak percaya. Aku sedang terpuruk dan dia sibuk menawari aku menjadi model? Berjalan cantik saja aku tidak bisa. Frans seperti mengerti melihat wajahku, seketika dia gugup."Alice, begini. Menurutku, jika ingin melupakan seseorang kau harus melakukan sesuatu yang baru. Setidaknya kau bisa sibuk menata karirmu dari pada bermuram durja. Kau terlalu berharga untuk terpuruk Alice," kata Frans menasehati.Aku diam, menatap mata Frans yang tulus. Dia cukup baik menurut pandanganku. Dan Oliv juga dekat dengannya. Jadi aku yakin dia murni hanya ingin membantuku. "Kau tidak perlu menjawabnya sekarang. Pikirkan saja baik-baik. Aku tidak memaksa," timpal Frans sambil tersenyum hangat.Aku mengangguk membalas senyumnya. Lalu dia pamit pulang.Setelah percakapan yang sangat menyenangkan itu, aku tidak konsentr

    Last Updated : 2023-12-04
  • Gairah Paman Sahabatku   23. Tawaran

    Alice!Alice!Alice!Pekik seseorang dari depan sana. Aku sedang menikmati makan siangku yang sangat terlambat. "Kamu kenapa lagi? Ayo dong cerita ke kita biar kamu lega!" pinta Cici yang baru saja masuk.Tanpa meminta persetujuan ku, dia langsung mengambil sendok dan ikut makan bersamaku. Dia memang sangat luar biasa. "Kalian tau, dia baru saja pergi keluar dengan wajah datar itu. Tapi saat kembali, dia sudah tersenyum seperti orang gila!" ujar Oliv dengan wajah ngeri.Aku tertawa mendengarnya. Seburuk itukah aku? Tapi jangankan mereka. Aku juga sangat heran dengan suasana hatiku saat ini. Cici, Sinta dan Oliv menatapku tak percaya,"Kau tertawa?" tanya Sinta heran.Aku mengangguk saja. Mengingat kejadian mengagumkan saat Clarisa terjerembab dengan pantat nunggingnya. Aku rasa dia memakai celana penambah volume bokong. Mengingat itu, aku semakin terpingkal. Tapi hal yang paling membuatku bahagia adalah, mengetahui fakta bahwa James dan Clarisa tidak bercinta. Aku tidak tau apa

    Last Updated : 2023-12-06
  • Gairah Paman Sahabatku   24. Anniversary

    Frans mengajak kami ke sebuah pusat perbelanjaan yang cukup mentereng. Dan berjanji akan membelikan apapun yang kami butuhkan untuk menghadiri pesta malam nanti. Sinta dan Cici sudah membayangkan jenis gaun apa yang akan mereka pakai. Sementara aku dan Oliv hanya pasrah saja.Sebelum berkeliling, kami sempat makan lebih dulu. Tentu saja Frans yang membayar semua tagihannya. Dia sangat ramah dan pandai bergaul. Temannya mungkin ada dimana-mana. Karena sepanjang bersamanya, dia tidak berhenti menyapa orang.Kami masuk di sebuah butik mahal yang berisi gaun-gaun indah. Butik impianku suatu hari nanti. Frans memilihkan aku dua gaun sekaligus dan memintaku mencobanya. Dia langsung menyukai keduanya."Kau harus terlihat sangat menawan," gumam Frans pada dirinya sendiri sambil tersenyum pada gaun yang ditentengnya. "Dia sudah gila," bisikku pada Oliv. Oliv mengangguk, "kau benar," timpalnya setuju.Frans membelikan kami masing-masing satu paket skin care seharga 15 juta rupiah. Aku mengan

    Last Updated : 2023-12-06
  • Gairah Paman Sahabatku   25. Pameran

    "Oh, ini orangnya? Luar biasa Gita!" seorang pria bersetelan mahal memandangku takjub.Aku merasa risih dan hendak pergi, tapi ditahan oleh tante Gita. Dia hanya tersenyum mendengar pujian dari koleganya itu. Lalu membawaku ke sepasang suami istri yang sudah sepuh tapi berpakaian mewah. Frans menyelamatkanku di detik terakhir aku ingin menyerah. Dengan kesopanan yang dibuat-buat, dia memintaku dari ibunya yang terkesan sedang memamerkan aku."Bagaimana perasaanmu?" tanya Frans penasaran saat kami sudah berhasil duduk di pojokan."Bosan," jawabku muram. Frans tergelak, "kau harus terbiasa dengan ini, Alice. Kau harus kuat dan memulai hidup baru," "Tapi untuk apa?" tanyaku frustasi. Aku hanya ingin pulang dan menikmati mie selera pedas dengan cabai rawit hijau. Membayangkannya membuatku lapar."Untuk mengimbangi James," kata Frans serius.Aku tertegun. Mendengar nama itu disebut membuat hatiku bergetar. Lalu aku tersenyum sinis sambil menggeleng kuat."Dia bahkan tidak menginginkan ak

    Last Updated : 2023-12-09

Latest chapter

  • Gairah Paman Sahabatku   93. past

    "jangan, tolong jangan Jamesku" raunganku semakin lemah, lebih berupa bisikan putus asa. Sementara James sedang melakukan pertukaran dengan Roran, tim medis datang untuk menjemput wanita hamil itu. Tapi Roran tidak punya belas kasih, bukannya memberikan wanita hamil itu, dia malah menembak James. Dia berteriak kesakitan, membuatku mati rasa. Pandanganku jadi kabur . Setengah mati aku menahan diri agar tetap terjaga, tapi pikiranku tak mampu menahan rasa sakit yang bergejolak. James yang tertembak, tapi aku yang lumpuh. Ingin rasanya aku berlari, tapi aku hanya dapat merangkak. Mencoba menggapai cintaku yang sedang kesakitan.***Hening dan gelap. Rasanya dingin sekali. Aku berdiri di persimpangan jalan yang suram dan dipenuhi daun berguguran. Terkejut saat sekelebatan orang-orang mulai berlarian. Aku dimana? Entahlah, pikirku lelah. James! Dimana James?Aku dengan panik berlarian kesana kemari mencari jejaknya. Berteriak sekuat tenaga memanggil namanya, tapi aku menjadi bisu.

  • Gairah Paman Sahabatku   92. Pembajak

    "sial!" James mengumpat dan berlari kebawah badan pesawat. Sontak semua pembajak keluar dari pesawat sambil membawa senjata mereka. Thomas bergegas masuk kedalam kabin kembali dan mengevakuasi para penumpang. Hatiku mencelos saat James terus dikejar-kejar para pembajak itu. Aku mengerti kenapa Thomas sengaja menyebut nama James, karena hal itu memancing para pembajak mengejarnya dan mengabaikan penumpang lain. Untungnya, tim SWAT yang sudah siap siaga segera berlari mengejar James dan membentuk barikade untuk menghalangi para pembajak itu. Tapi mereta tak gentar, seakan tak takut mati atau mereka tau petugas itu tidak akan langsung menembak mereka.James malah lebih dulu menyelamatkan wanita tua yang sedang bersamanya. Aku ketar-ketir memikirkan siapa gerangan wanita itu. Tiba-tiba saja seseorang berlari menghampiri James, dan kusadari itu adalah Scott. Dia langsung menutupi wanita tua dengan jaket dan memeluknya erat. Sebuah mobil SUV yang tadi menguntitku menghampiri mereka dan

  • Gairah Paman Sahabatku   91. Insiden

    Scott tidak mau bertutur sapa dengan Thomas. Dia bilang, hal itu akan lebih baik bagiku. Dia hanya ingin bertindak dibelakang layar. Tidak secara terang-terangan mendukung rencanaku. Aku manut saja dengan apa yang dikatakan Scott. Dia lebih berpengalaman soal ini dibanding aku. Setidaknya Scott mau menerima tekadku untuk bekerja sama dengan Thomas. "Kau harus memikirkan cara yang bagus untuk membujuk James. Dia akan pulang sekitar jam sepuluh malam""Oke," Dengan bekal arahan dari Scott, aku mengatur rencana agar James mau menerima pendapatku. Dan dengan beberapa bumbu tambahan berupa bujuk rayuan. Aku tau ini tidak akan mudah. ***Jam sembilan malam, aku berangkat ke bandara internasional untuk menjemput James. Ini akan menjadi kejutan, karena James meminta Scott yang menjemputnya. Keadaan sangat kondusif sampai aku berhenti di lampu merah. Sebuah mobil SUV mencurigakan yang aku tau sejak dari rumah sakit terus mengikutiku. Kepalaku jadi panas memikirkan kemungkinan adanya ora

  • Gairah Paman Sahabatku   90. Diskusi

    "Olive" bibirku bergetar, tanpa suara menyebut nama gadis yang sedang terbaring lemah disana. Segera kuhampiri dia, untuk memastikan mungkin aku salah lihat. Tapi kekecewaan mengaliri setiap sel di tubuhku. Itu memang Olive, dia sedang tertidur atau entah kenapa. Matanya terpejam dengan lebam disekitar matanya, juga dibeberapa bagian wajahnya. Aku menoleh kebelakang, tempat Scott sedang diam memperhatikan reaksiku. "Apa yang terjadi?" tanyaku singkat, tak mampu mengucap lebih panjang lagi." Kecelakaan, aku tidak bisa menceritakan detailnya padamu," suara Scott dipenuhi perasaan bersalah. Jadi aku hanya mengangguk. Tak ingin membuatnya semakin sedih. "Olive," kucoba memanggilnya, dan dia membuka mata perlahan. Tersenyum, hal pertama yang dia lakukan ketika sadar aku didepan matanya. "Hai," sapa Olive dengan suara parau. Aku memeluk tubuhnya dan menangis disana. Hampir saja mengutuk keadaan yang sedang kami alami. "Hei, tenanglah. Aku baik-baik saja," Olive mengusap lembut kepa

  • Gairah Paman Sahabatku   89. Rumah sakit

    Karena James masih di Arizona, aku mengajak Thomas kembali kerumah sakit. Dia harus sering-sering menjaga Bella. Apalagi disaat kondisi kejiwaan sangat mengkhawatirkan."Terima kasih," ucap Thomas saat kami sedabg duduk berhadapan disisi Bella. "Jangan sering bilang begitu, nanti tidak ada artinya lagi," jawabku tersenyum. "Tentu, akan ku ingat," "Apakah Bella sudah makan?" "Sudah, dan dia terpaksa diberi obat tidur agar bisa istirahat,"Aku hanya bisa mendesah mendengar hal itu. Kasihan sekali Bella, harus merasakan guncangan mental yang begitu hebat. Aku pernah dengar tentang Babyblues. Dan kurasa, Bella sedang mengalaminya. Bukan hanya bayinya, tapi kondisi Bella lebih mengkhawatirkan lagi. Thomas sempat berpikir untuk memberikan bayi Bella pada orang tua yang siap mengambilnya, tapi dia tidak tega jika suatu saat Bella menginginkan bayinya. "Ini memang pilihan sulit, disatu sisi kita menginginkan kehidupan yang layak untuk bayinya, tapi Bella juga membutuhkan waktu untuk se

  • Gairah Paman Sahabatku   88. Tujuan yang sama

    "sayang," "Apa? Siapa ini?" tanya James terkejut diseberang telepon. "Kau sudah lupa aku hah?" kataku bersungut-sungut. "Bukan begitu, tapi Alice tidak memanggilku begitu," jawab James mengelak dengan sok bijak. "Baiklah, Apakah kau sedang sibuk?" "Jelas sekali sayangku, aku sangat santai saat ini""Kau dimana?" "Di Arizona," "APA?" aku memekik di telepon. Dan yakin James sedang menjauhkan ponsel dari telinganya."Ya, aku sedang santai di Arizona. Menikmati sengatan matahari dikulitku sambil melihat pemandangan proyek yang indah sekali," jawab James sarkas. "Lucu sekali," gerutuku kesal. "Ada apa sayang?" tanya James melembutkan nada bicaranya. Aku tersenyum. "Tunggu sebentar, pacarku sedang membutuhkanku. Ya, kau urus saja dulu itu," kata James tak sabar pada seseorang yang sedang bersamanya. "Apa kau pulang malam ini?" tanyaku genit,"Oh tentu aku pulang jika upah yang kudapat setimpal, sayangku," "Jangan banyak berharap sayaang, aku punya rencana yang sangat bagus untuk

  • Gairah Paman Sahabatku   87. Bella

    Aku menyapa kakak Thomas dengan senyuman malu. Matanya menyiratkan keterkejutan, tapi Thomas menggeleng pelan."Oh ku pikir," katanya tertawa kecil. "Hai, aku Alice," kataku mengulurkan tangan. Dia menjabat tanganku lemah. "Bella. Kalian serasi sekali kau tau," Aku tertawa hambar, melirik Thomas yang juga cekikikan. "Dia hanya bisa dijadikan teman, kak," kata Thomas lembut. "Benarkah? Apakah kau sudah menikah ,Alice?" "Belum,""Kalau begitu masih ada kesempatan yang terbuka," "Kau akan mengerti kalau kuberitahu nama kekasihnya, kak," Bella menaikkan satu alisnya. "James Peterson," Satu nama yang membuat air muka Bella berubah. Tapi dia berhasil menguasai dirinya kembali. Menyunggingkan senyuman yang entah artinya apa. "Well, kalau begitu kau harus berhati-hati dik," "Hmmmm... Sedang aku coba lakukan. Tapi gadis ini sulit sekali kutolak," Bella tertawa keras, sambil memegangi dadanya yang terlihat sakit. "Kalian berbicara seolah aku tidak ada disini," kataku memasang waja

  • Gairah Paman Sahabatku   86. pesona

    Pagi ini berlangsung menyenangkan. Karena si pria megalomaniak itu sudah pergi ke kantor lebih dulu. Aku akhirnya bisa mandi dan sarapan dengan tenang. Beberapa pesan tak penting dari James hanya kubaca sekilas tanpa membalasnya. Aku tak ingin mengganggu pagi yang menyenangkan ini. Hari ini, Scott tidak bisa ikut ke kampus. Dia sedang ada tugas rahasia sejak beberapa hari yang lalu bersama Olive. Aku bahkan tidak dapat menghubungi Olive. Kupikir mereka sedang menyelidiki kapal selam perang milik rusia. Aku memutuskan akan mengendarai mobil sendiri saja. James sudah lama memberiku salah satu mobilnya yang sama sekali belum aku sentuh. Mungkin ini saat yang tepat untuk memanfaatkannya. Setelah membuka garasi yang menghabiskan seperempat bangunan itu, aku mencari -cari kunci mobilku yang tergantung apik dalam kotak kaca. Tak disangka, saat menemukan mobilku, sudah ada kertas yang berisi pesan dari James. "Hati-hati sayang. Aku tau kau akan menggunakannya suatu saat," Begitulah p

  • Gairah Paman Sahabatku   85. Thomas

    Meski gayaku percaya diri, tak urung lutut ku lemas juga. James masuk lebih dulu, sementara aku duduk diruang tunggu. Agensi ini memiliki nama besar. Menaungi banyak artis ternama. Aku merasa bagai semut berjalan dibawah kaki gajah. Tapi jika dipikir, bagus juga jadi semut kan?"Nona Alice?" "Ya?" aku langsung berdiri dengan gugup. Menahan kaki yang semakin gemetar habat. "Silahkan naik kelantai 3," kata seorang resepsionis berambut pirang yang cantik. "Baik," Aku masuk lift, lalu berhenti di lantai 2. Ada seorang pria jangkung, putih dengan garis wajah petak yang tegas. Hidung bagai dipahat dari pualam. Aku berpura-pura memerhatikan ponsel, tidak ingin bicara dengan siapapun. Dia berdehem, dan ikut bersandar disebelahku, "ke lantai tiga?" tanyanya manis sekali. Tentu aku tidak ingin pingsan. "Ya," jawabku singkat. " Apa kau tidak mengenaliku, Alice?" Aku langsung m

DMCA.com Protection Status