Share

23. Tawaran

Author: Tari suhendri
last update Last Updated: 2023-12-06 22:58:06

Alice!

Alice!

Alice!

Pekik seseorang dari depan sana. Aku sedang menikmati makan siangku yang sangat terlambat.

"Kamu kenapa lagi? Ayo dong cerita ke kita biar kamu lega!" pinta Cici yang baru saja masuk.

Tanpa meminta persetujuan ku, dia langsung mengambil sendok dan ikut makan bersamaku. Dia memang sangat luar biasa.

"Kalian tau, dia baru saja pergi keluar dengan wajah datar itu. Tapi saat kembali, dia sudah tersenyum seperti orang gila!" ujar Oliv dengan wajah ngeri.

Aku tertawa mendengarnya. Seburuk itukah aku? Tapi jangankan mereka. Aku juga sangat heran dengan suasana hatiku saat ini.

Cici, Sinta dan Oliv menatapku tak percaya,

"Kau tertawa?" tanya Sinta heran.

Aku mengangguk saja. Mengingat kejadian mengagumkan saat Clarisa terjerembab dengan pantat nunggingnya. Aku rasa dia memakai celana penambah volume bokong.

Mengingat itu, aku semakin terpingkal. Tapi hal yang paling membuatku bahagia adalah, mengetahui fakta bahwa James dan Clarisa tidak bercinta.

Aku tidak tau apa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Eli Nirmalasari
jgn nangis lagi alice.aku ngga sanggup bacanya.karna aku ikut nangis
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gairah Paman Sahabatku   24. Anniversary

    Frans mengajak kami ke sebuah pusat perbelanjaan yang cukup mentereng. Dan berjanji akan membelikan apapun yang kami butuhkan untuk menghadiri pesta malam nanti. Sinta dan Cici sudah membayangkan jenis gaun apa yang akan mereka pakai. Sementara aku dan Oliv hanya pasrah saja.Sebelum berkeliling, kami sempat makan lebih dulu. Tentu saja Frans yang membayar semua tagihannya. Dia sangat ramah dan pandai bergaul. Temannya mungkin ada dimana-mana. Karena sepanjang bersamanya, dia tidak berhenti menyapa orang.Kami masuk di sebuah butik mahal yang berisi gaun-gaun indah. Butik impianku suatu hari nanti. Frans memilihkan aku dua gaun sekaligus dan memintaku mencobanya. Dia langsung menyukai keduanya."Kau harus terlihat sangat menawan," gumam Frans pada dirinya sendiri sambil tersenyum pada gaun yang ditentengnya. "Dia sudah gila," bisikku pada Oliv. Oliv mengangguk, "kau benar," timpalnya setuju.Frans membelikan kami masing-masing satu paket skin care seharga 15 juta rupiah. Aku mengan

    Last Updated : 2023-12-06
  • Gairah Paman Sahabatku   25. Pameran

    "Oh, ini orangnya? Luar biasa Gita!" seorang pria bersetelan mahal memandangku takjub.Aku merasa risih dan hendak pergi, tapi ditahan oleh tante Gita. Dia hanya tersenyum mendengar pujian dari koleganya itu. Lalu membawaku ke sepasang suami istri yang sudah sepuh tapi berpakaian mewah. Frans menyelamatkanku di detik terakhir aku ingin menyerah. Dengan kesopanan yang dibuat-buat, dia memintaku dari ibunya yang terkesan sedang memamerkan aku."Bagaimana perasaanmu?" tanya Frans penasaran saat kami sudah berhasil duduk di pojokan."Bosan," jawabku muram. Frans tergelak, "kau harus terbiasa dengan ini, Alice. Kau harus kuat dan memulai hidup baru," "Tapi untuk apa?" tanyaku frustasi. Aku hanya ingin pulang dan menikmati mie selera pedas dengan cabai rawit hijau. Membayangkannya membuatku lapar."Untuk mengimbangi James," kata Frans serius.Aku tertegun. Mendengar nama itu disebut membuat hatiku bergetar. Lalu aku tersenyum sinis sambil menggeleng kuat."Dia bahkan tidak menginginkan ak

    Last Updated : 2023-12-09
  • Gairah Paman Sahabatku   26. kenangan

    Aku turun dari mobil setelah Frans mengeluh pegal dan mematahkan opiniku barusan. Kegugupan menjalari seluruh bagian tubuhku. Entah apa yang akan kami temukan disana. Tapi muncul secercah harapan besar dihatiku.Berjalan perlahan sambil terus berdoa dalam hati bahwa harapanku terkabul. Aku akui sangat merindukannya. Dia sudah menjadi candu bagiku. Frans membuka pintu besar putih itu. Tidak terkunci. Kami masuk kedalam rumah James, tempat pertama kali dia menemukan aku dalam keadaan pingsan dan mabuk. Sungguh hal memalukan untuk diingat.Kami menyusuri setiap bagian rumah. Yang ternyata kosong. Membawa hatiku kedalam kehampaan kedua. Tsunami kekecewaan menerjang jiwaku yang mulai kering dan layu.Frans memapahku ke dalam kamar utama. Kamar dimana aku terbangun tanpa pakaian. "Mungkin kau ingin tau isinya," Frans membuka pintu kamar itu.Aku menarik nafas panjang. Berharap dapat menjadi lebih tegar. Perlahan, ku langkahkan kakiku ke kamar kenangan itu. "Bagaimana? Apa kau masih berpi

    Last Updated : 2023-12-09
  • Gairah Paman Sahabatku   27. Rencana kepergian Oliv

    "Jadi bagaimana? Sudah puas?" Aku tersenyum sumringah, lalu memeluk Oliv penuh cinta, "terima kasih Oliv," Oliv memelukku erat, sambil mengelus punggung ku. Seharusnya saat ini dia yang butuh dikuatkan bukan aku. Jika aku hanya mengkhawatirkan hati, dia bertaruh dengan nyawanya."Jangan bermuram durja lagi, aku tau kau terpukul dengan kepergiannya," ujar Oliv sangat lembut, aku nyaris tidak mendengarnya."Maafkan aku membuat kalian khawatir," "Bersabarlah, aku yakin dia akan kembali jika memang ditakdirkan untuk kamu,""Aku akan berusaha bangkit,""Itu baru Alice ku!"Aku senang, Oliv tidak banyak bertanya tentang keadaanku. Dia hanya memberikan semangat dan dukungan yang aku butuhkan. Dia membuatku semakin yakin untuk menerima tawaran Frans. Dan untuk saat ini, aku cukup bersemangat untuk memulai hari baru. Seolah aku terbangun dari tidur panjang setelah tertusuk jarum. ***Setelah malam indah itu, aku menjadi lebih semangat menjalani hari-hari yang lebih cerah. Orang-orang yang

    Last Updated : 2023-12-15
  • Gairah Paman Sahabatku   28. Mantan calon jodohan

    Keesokan harinya. Kami berangkat ke bandara untuk mengantar kepergian Oliv dan orang tuanya ke singapura. Mereka menaiki sebuah pesawat jet pribadi dengan logo JP di ekornya. Aku menerka-nerka apa kepanjangan dari JP. Tapi pikiran itu pergi seiring pesawat jet itu lepas landas. Sinta pulang bersama Cici, sementara aku berencana akan pergi ke pusat kebugaran tempat aku mendaftar kemarin bersama Frans. "Selamat sore bos," sapa seorang pria muda dengan senyuman ramah.Frans tampak salah tingkah sambil memelototi pria itu dengan garang, "kenalkan ini Doni. Dia temanku yang bekerja disini," katanya gugupDoni memasang wajah bertanya dan bingung, terjadi perang tatapan bisu diantara mereka berdua sementara aku menunggu,"Eh, iya iya. Sudah lama kamu gak main ke sini Frans!" seru Doni senang. Dia seperti dapat melampiaskan sesuatu. "Iya nih bro, bisa kan awasi Alice kalau aku enggak dampingin dia?" tanya Frans sambil memukul bahu Doni cukup keras.Doni mengaduh tapi tetap berusaha tersen

    Last Updated : 2023-12-15
  • Gairah Paman Sahabatku   29. Maafkan ayah

    Setelah hari itu, aku tidak pernah datang lagi ke tempat kebugaran. Terlalu malu jika sampai Freya tau kalau aku pernah punya hubungan khusus dengan mantan calon suami jodohannya.Frans sempat bertanya dan aku beralasan karena tidak tahan dan badanku sakit semua. Dia tertawa terbahak-bahak mendengar alasanku yang terdengar payah. Tapi tidak memaksaku lebih lanjut. Sebaliknya, Frans malah mengembalikan uang member yang sudah aku bayar tempo hari. Aku bersikeras menolaknya karena itu bukan salah tempat kebugaran itu. Tapi Frans bilang, temannya juga bersikeras mengembalikan uangku. Frans memberitahuku cara lain agar bisa mendapat tubuh ideal meski hanya latihan dirumah. Tapi aku lebih malas lagi melakukannya.Aku memutuskan akan melanjutkan s2 ke amerika. Entah bagian mana aku bisa diterima. Mencoba mendaftar beasiswa penuh. Karena tabunganku hanya cukup untuk biaya hidup disana.Aku yakin bisa mendapatkan kerja paruh waktu jika bisa kesana. Jadi untuk memenuhi semua persyaratan. Aku

    Last Updated : 2023-12-15
  • Gairah Paman Sahabatku   30. Putri bungsu

    "Frans?" aku memanggilnya ketika sudah dekat. "Hai," Katanya tersenyum sumringah. Lalu aku melihat ketiga orang dibelakangnya, aku juga ikut sumringah. Oliv, Sinta dan Cici, mereka sedang duduk berjejalan di kursi belakang sambil nyengir.Aku masuk ke dalam mobil, duduk di sebelah Frans. Tanpa berpamitan lagi dengan orang tuaku yang berdiri di pintu. Hari itu kami berwisata ke pantai. Menghabiskan waktu bersama sebelum Oliv pergi lagi ke singapura. Dia berencana akan kembali lagi saat wisuda nanti.Aku cukup terhibur meski sepanjang hari pikiranku kemana-mana. Untungnya, mereka tidak bertanya banyak bagaimana rencanaku, apa kegiatanku selama ini, dan apa yang aku rasakan saat ini.Meski aku tau mereka sesekali memeriksa raut wajahku yang mungkin, sedih. Aku diantar pulang ke kontrakan setelah lewat jam sepuluh malam. Terlalu malas menginap di rumah Oliv. Seharian ponsel ku dalam mode hening. Dan saat memeriksanya, ada banyak panggilan tidak terjawab. Salah satunya dari ayah. Lalu

    Last Updated : 2023-12-15
  • Gairah Paman Sahabatku   31. Debut menjadi Model

    "Sudah ayah transfer nak, untuk tambahan biaya kuliahmu nanti," Pesan dari ayah yang baru saja ku baca.M-bankingku menunjukkan laporan uang masuk. Ini bahkan lebih banyak dari yang biasanya ayah kirim untukku. Tapi biarlah, jika aku protes, ayah malah akan sakit hati.Dia bilang akan menebus kesalahannya yang membuat hatiku hancur."Ayah melihat kau jadi berbeda. Seandainya ayah tau cintamu sedalam itu. Ayah tidak akan mengatakan apapun yang membuatnya meninggalkanmu nak," kata Ayah dengan suara bergetar saat aku mengantarnya pulang setelah acara wisuda. Entah pekerjaan apa lagi yang ayah lakoni sehingga bisa mengirim uang cukup banyak untukku. Pikiran itu membuatku menangis lagi. Berat badanku turun dua kilo dalam satu minggu terakhir. Padahal minggu lalu sudah turun hampir tiga kilo. Aku tidak tau ada apa dengan tubuhku ini.Hari ini, rencananya aku akan dibawa Frans menemui ibunya untuk sesi pemotretan. Aku belum tau untuk apa. Tapi yang jelas, ini akan menentukan karirku di mas

    Last Updated : 2023-12-15

Latest chapter

  • Gairah Paman Sahabatku   93. past

    "jangan, tolong jangan Jamesku" raunganku semakin lemah, lebih berupa bisikan putus asa. Sementara James sedang melakukan pertukaran dengan Roran, tim medis datang untuk menjemput wanita hamil itu. Tapi Roran tidak punya belas kasih, bukannya memberikan wanita hamil itu, dia malah menembak James. Dia berteriak kesakitan, membuatku mati rasa. Pandanganku jadi kabur . Setengah mati aku menahan diri agar tetap terjaga, tapi pikiranku tak mampu menahan rasa sakit yang bergejolak. James yang tertembak, tapi aku yang lumpuh. Ingin rasanya aku berlari, tapi aku hanya dapat merangkak. Mencoba menggapai cintaku yang sedang kesakitan.***Hening dan gelap. Rasanya dingin sekali. Aku berdiri di persimpangan jalan yang suram dan dipenuhi daun berguguran. Terkejut saat sekelebatan orang-orang mulai berlarian. Aku dimana? Entahlah, pikirku lelah. James! Dimana James?Aku dengan panik berlarian kesana kemari mencari jejaknya. Berteriak sekuat tenaga memanggil namanya, tapi aku menjadi bisu.

  • Gairah Paman Sahabatku   92. Pembajak

    "sial!" James mengumpat dan berlari kebawah badan pesawat. Sontak semua pembajak keluar dari pesawat sambil membawa senjata mereka. Thomas bergegas masuk kedalam kabin kembali dan mengevakuasi para penumpang. Hatiku mencelos saat James terus dikejar-kejar para pembajak itu. Aku mengerti kenapa Thomas sengaja menyebut nama James, karena hal itu memancing para pembajak mengejarnya dan mengabaikan penumpang lain. Untungnya, tim SWAT yang sudah siap siaga segera berlari mengejar James dan membentuk barikade untuk menghalangi para pembajak itu. Tapi mereta tak gentar, seakan tak takut mati atau mereka tau petugas itu tidak akan langsung menembak mereka.James malah lebih dulu menyelamatkan wanita tua yang sedang bersamanya. Aku ketar-ketir memikirkan siapa gerangan wanita itu. Tiba-tiba saja seseorang berlari menghampiri James, dan kusadari itu adalah Scott. Dia langsung menutupi wanita tua dengan jaket dan memeluknya erat. Sebuah mobil SUV yang tadi menguntitku menghampiri mereka dan

  • Gairah Paman Sahabatku   91. Insiden

    Scott tidak mau bertutur sapa dengan Thomas. Dia bilang, hal itu akan lebih baik bagiku. Dia hanya ingin bertindak dibelakang layar. Tidak secara terang-terangan mendukung rencanaku. Aku manut saja dengan apa yang dikatakan Scott. Dia lebih berpengalaman soal ini dibanding aku. Setidaknya Scott mau menerima tekadku untuk bekerja sama dengan Thomas. "Kau harus memikirkan cara yang bagus untuk membujuk James. Dia akan pulang sekitar jam sepuluh malam""Oke," Dengan bekal arahan dari Scott, aku mengatur rencana agar James mau menerima pendapatku. Dan dengan beberapa bumbu tambahan berupa bujuk rayuan. Aku tau ini tidak akan mudah. ***Jam sembilan malam, aku berangkat ke bandara internasional untuk menjemput James. Ini akan menjadi kejutan, karena James meminta Scott yang menjemputnya. Keadaan sangat kondusif sampai aku berhenti di lampu merah. Sebuah mobil SUV mencurigakan yang aku tau sejak dari rumah sakit terus mengikutiku. Kepalaku jadi panas memikirkan kemungkinan adanya ora

  • Gairah Paman Sahabatku   90. Diskusi

    "Olive" bibirku bergetar, tanpa suara menyebut nama gadis yang sedang terbaring lemah disana. Segera kuhampiri dia, untuk memastikan mungkin aku salah lihat. Tapi kekecewaan mengaliri setiap sel di tubuhku. Itu memang Olive, dia sedang tertidur atau entah kenapa. Matanya terpejam dengan lebam disekitar matanya, juga dibeberapa bagian wajahnya. Aku menoleh kebelakang, tempat Scott sedang diam memperhatikan reaksiku. "Apa yang terjadi?" tanyaku singkat, tak mampu mengucap lebih panjang lagi." Kecelakaan, aku tidak bisa menceritakan detailnya padamu," suara Scott dipenuhi perasaan bersalah. Jadi aku hanya mengangguk. Tak ingin membuatnya semakin sedih. "Olive," kucoba memanggilnya, dan dia membuka mata perlahan. Tersenyum, hal pertama yang dia lakukan ketika sadar aku didepan matanya. "Hai," sapa Olive dengan suara parau. Aku memeluk tubuhnya dan menangis disana. Hampir saja mengutuk keadaan yang sedang kami alami. "Hei, tenanglah. Aku baik-baik saja," Olive mengusap lembut kepa

  • Gairah Paman Sahabatku   89. Rumah sakit

    Karena James masih di Arizona, aku mengajak Thomas kembali kerumah sakit. Dia harus sering-sering menjaga Bella. Apalagi disaat kondisi kejiwaan sangat mengkhawatirkan."Terima kasih," ucap Thomas saat kami sedabg duduk berhadapan disisi Bella. "Jangan sering bilang begitu, nanti tidak ada artinya lagi," jawabku tersenyum. "Tentu, akan ku ingat," "Apakah Bella sudah makan?" "Sudah, dan dia terpaksa diberi obat tidur agar bisa istirahat,"Aku hanya bisa mendesah mendengar hal itu. Kasihan sekali Bella, harus merasakan guncangan mental yang begitu hebat. Aku pernah dengar tentang Babyblues. Dan kurasa, Bella sedang mengalaminya. Bukan hanya bayinya, tapi kondisi Bella lebih mengkhawatirkan lagi. Thomas sempat berpikir untuk memberikan bayi Bella pada orang tua yang siap mengambilnya, tapi dia tidak tega jika suatu saat Bella menginginkan bayinya. "Ini memang pilihan sulit, disatu sisi kita menginginkan kehidupan yang layak untuk bayinya, tapi Bella juga membutuhkan waktu untuk se

  • Gairah Paman Sahabatku   88. Tujuan yang sama

    "sayang," "Apa? Siapa ini?" tanya James terkejut diseberang telepon. "Kau sudah lupa aku hah?" kataku bersungut-sungut. "Bukan begitu, tapi Alice tidak memanggilku begitu," jawab James mengelak dengan sok bijak. "Baiklah, Apakah kau sedang sibuk?" "Jelas sekali sayangku, aku sangat santai saat ini""Kau dimana?" "Di Arizona," "APA?" aku memekik di telepon. Dan yakin James sedang menjauhkan ponsel dari telinganya."Ya, aku sedang santai di Arizona. Menikmati sengatan matahari dikulitku sambil melihat pemandangan proyek yang indah sekali," jawab James sarkas. "Lucu sekali," gerutuku kesal. "Ada apa sayang?" tanya James melembutkan nada bicaranya. Aku tersenyum. "Tunggu sebentar, pacarku sedang membutuhkanku. Ya, kau urus saja dulu itu," kata James tak sabar pada seseorang yang sedang bersamanya. "Apa kau pulang malam ini?" tanyaku genit,"Oh tentu aku pulang jika upah yang kudapat setimpal, sayangku," "Jangan banyak berharap sayaang, aku punya rencana yang sangat bagus untuk

  • Gairah Paman Sahabatku   87. Bella

    Aku menyapa kakak Thomas dengan senyuman malu. Matanya menyiratkan keterkejutan, tapi Thomas menggeleng pelan."Oh ku pikir," katanya tertawa kecil. "Hai, aku Alice," kataku mengulurkan tangan. Dia menjabat tanganku lemah. "Bella. Kalian serasi sekali kau tau," Aku tertawa hambar, melirik Thomas yang juga cekikikan. "Dia hanya bisa dijadikan teman, kak," kata Thomas lembut. "Benarkah? Apakah kau sudah menikah ,Alice?" "Belum,""Kalau begitu masih ada kesempatan yang terbuka," "Kau akan mengerti kalau kuberitahu nama kekasihnya, kak," Bella menaikkan satu alisnya. "James Peterson," Satu nama yang membuat air muka Bella berubah. Tapi dia berhasil menguasai dirinya kembali. Menyunggingkan senyuman yang entah artinya apa. "Well, kalau begitu kau harus berhati-hati dik," "Hmmmm... Sedang aku coba lakukan. Tapi gadis ini sulit sekali kutolak," Bella tertawa keras, sambil memegangi dadanya yang terlihat sakit. "Kalian berbicara seolah aku tidak ada disini," kataku memasang waja

  • Gairah Paman Sahabatku   86. pesona

    Pagi ini berlangsung menyenangkan. Karena si pria megalomaniak itu sudah pergi ke kantor lebih dulu. Aku akhirnya bisa mandi dan sarapan dengan tenang. Beberapa pesan tak penting dari James hanya kubaca sekilas tanpa membalasnya. Aku tak ingin mengganggu pagi yang menyenangkan ini. Hari ini, Scott tidak bisa ikut ke kampus. Dia sedang ada tugas rahasia sejak beberapa hari yang lalu bersama Olive. Aku bahkan tidak dapat menghubungi Olive. Kupikir mereka sedang menyelidiki kapal selam perang milik rusia. Aku memutuskan akan mengendarai mobil sendiri saja. James sudah lama memberiku salah satu mobilnya yang sama sekali belum aku sentuh. Mungkin ini saat yang tepat untuk memanfaatkannya. Setelah membuka garasi yang menghabiskan seperempat bangunan itu, aku mencari -cari kunci mobilku yang tergantung apik dalam kotak kaca. Tak disangka, saat menemukan mobilku, sudah ada kertas yang berisi pesan dari James. "Hati-hati sayang. Aku tau kau akan menggunakannya suatu saat," Begitulah p

  • Gairah Paman Sahabatku   85. Thomas

    Meski gayaku percaya diri, tak urung lutut ku lemas juga. James masuk lebih dulu, sementara aku duduk diruang tunggu. Agensi ini memiliki nama besar. Menaungi banyak artis ternama. Aku merasa bagai semut berjalan dibawah kaki gajah. Tapi jika dipikir, bagus juga jadi semut kan?"Nona Alice?" "Ya?" aku langsung berdiri dengan gugup. Menahan kaki yang semakin gemetar habat. "Silahkan naik kelantai 3," kata seorang resepsionis berambut pirang yang cantik. "Baik," Aku masuk lift, lalu berhenti di lantai 2. Ada seorang pria jangkung, putih dengan garis wajah petak yang tegas. Hidung bagai dipahat dari pualam. Aku berpura-pura memerhatikan ponsel, tidak ingin bicara dengan siapapun. Dia berdehem, dan ikut bersandar disebelahku, "ke lantai tiga?" tanyanya manis sekali. Tentu aku tidak ingin pingsan. "Ya," jawabku singkat. " Apa kau tidak mengenaliku, Alice?" Aku langsung m

DMCA.com Protection Status