"Silahkan duduk Mbak," ucap wanita itu kepada Bella."Terima kasih Mbak, aku berdiri saja," jawab Bella sambil tersenyum manis.Ramel memutar kepala, ditatapnya Bella dengan tatapan dingin sambil tangannya menarik tangga Bella, agar duduk di sampingnya."Bagaimana menurutmu, apa ini bagus?" tanya Ramel kepada Bella, sambil menunjukkan salah satu ponsel terbaru."Iya, bagus," jawab Bella sambil mengangguk."Yang ini saja," ucap Ramel kepada pelayan toko."Baik Pak," sahut wanita itu dengan ramah.Ia memasukkan ponselnya ke dalam paper bag lalu memberikannya kepada Bella. Pelayan toko berpikir kalau Bella adalah sekretaris Ramel. Tentu tidak ada yang tahu kalau Bella adalah istri Ramel, karena sampai saat ini Ramel belum pernah mengumumkan pernikahannya ke publik.Setelah dari toko ponsel, Ramel membawa Bella ke sebuah butik. Di sana terpajang pakaian wanita dan pria dengan harga fantastis. Bukan hanya itu saja, di sana juga ada sepatu, ikat pinggang, tas dan jam tangan.Bella membulat
Setelah 15 menit dalam perjalanan, akhirnya Lukas berhenti di sebuah parkiran hotel bintang lima. Pria tua itu membuka pintu mobil, lalu mempersilahkan Bella untuk turun."Pak, untuk apa Tuan Ramel meminta datang kemari?" tanya Bella yang baru turun dari mobil."Sepertinya ada pertemuan sesama pengusaha, Nyonya," jawab Lukas dengan hormat."Jadi apa hubungannya denganku? Untuk apa dia memintaku datang kemari? Aku kan bukan pengusaha Pak!" ucap Bella."Aku tidak tahu Nyonya," sahut Lukas sambil tersenyum, "Mari Nyonya," lanjutnya mengajak Bella.Keduanya masuk ke dalam hotel, dengan posisi Bella di depan sedangkan Lukas di belakang. Menaiki lift menuju gedung yang terletak di lantai empat puluh.Setibanya di lantai empat puluh, seorang wanita berpakaian seragam menghampiri Bella yang baru ke luar dari lift. Wanita cantik itu membawa Bella masuk ke dalam gedung.Seketika jantung Bella berdegup kencang, tubuh mungilnya tiba-tiba gemetar karena gugup melihat ramainya orang di sana."Ayo N
Setibanya di kamar, Bella dan Ramel saling adu mulut. Bella yang biasanya mengalah, kali ini justru dia yang paling garang."Apa maksudmu pulang dengan Kevin? Apa dia yang menyuruhmu datang ke sana?" tanya Ramel dengan nada sedikit tinggi."Memang kalau Kevin mengantarku pulang, kenapa?" tantang Bella yang duduk di sofa."Bella, kamu itu istriku. Jadi kamu tidak pantas berduaan dengan pria lain. Bukankah aku yang memintamu datang ke sana?" ucap Ramel yang juga duduk di sofa, di hadapan Bella.Bella menegakkan kepala, ditatapnya Ramel dengan tatapan penuh kebencian. Pengumuman yang terucap dari mulut Hendrawan masih terngiang di telinganya hingga saat ini."Jika aku tahu kamu menyuruhku datang ke sana hanya untuk menunjukkan hubunganmu dengan Sarah! Sudah pasti aku tidak akan datang," ucapnya dengan lembut namun penuh penekanan."Jika istri tidak boleh dekat dengan pria lain! Suami juga tidak boleh dekat dengan wanita lain. Jangan terlalu egois Ramel, aku tahu kamu tidak mencintaiku da
"Ya Tuhan, apa ini?" tanya Bella kepada dirinya sendiri, sambil menyentuh tanda merah di lehernya."Apa..." Bella berhenti bicara karena mengigat sesuatu.Di matanya terlintas pertempuran panas tadi malam dengan Ramel. Ia mengigat kalau bibir pria tampan itu beberapa kali menempel di lehernya."Um..." Ramel yang tertidur di atas ranjang, menggeliat merenggangkan otot-otot kekarnya.Ia membuka mata dengan malas, lalu menatap Bella yang berdiri di depan meja rias. Wanita cantik itu sedang menempelkan sesuatu ke lehernya, setelah itu bergegas ke ruang ganti."Siapkan air hangat untukku," ucapnya saat Bella ke luar dari ruang ganti, dengan nada khas bangun tidur."Hum, aku akan menyiapkannya," sahut Bella tanpa melihat Ramel. Ia melangkah menuju kamar mandi untuk menyiapkan air hangat."Aow," teriak Bella karena terkejut.Tentu Bella terkejut, saat ia membuka pintu kamar mandi, matanya langsung beradu dengan mata Ramel. Pria tampan itu berdiri tepat di bibir pintu tanpa mengenakan sehelai
Ramel menyeringai puas mendengar ucapan Bella, ia mulai mengambil posisi aman di kedua paha Bella lalu perlahan mendorong miliknya dengan lembut."Ah...hum...." Lagi-lagi Bella mendesah untuk kesekian kalinya, yang membuat Ramel semakin bersemangat dan bergairah.Pria tampan itu tidak berhenti menghentak pinggulnya maju mundur, semakin Bella mendesah semakin cepat gerakan Ramel."Ah...aku sudah tidak kuat lagi, Ramel," teriak Bella dengan nada erotis, saat merasakan sesuatu yang aneh dalam tubuhnya.Wanita cantik itu menggeliat, sepuluh jari tangannya mencakar punggung Ramel. Rasa aneh yang ia rasakan kali ini sungguh berbeda dari sebelumnya."Ow...ssttt...ah..." Kali ini Ramel yang mendesah sambil menggeliat.Cairan kental telah ia semburkan dari ujung benda tumpulnya ke dalam sana. Ia menungkupkan tubuh kekarnya di atas tubuh polos Bella. Napas kedua menderu dan saling beradu, pertempuran kali ini benar-benar membuat sepasang suami istri itu kelelahan, bahkan tubuh keduanya basah ka
Dengan berat hati Bella terpaksa masuk ke dalam mobil. Keduanya duduk di bangku penumpang, sedangkan yang mengemudi sopir yang biasa mengantar Bella ke kampus."Hari ini kamu pulang jam berapa?" Akhirnya Ramel membuka mulut setelah 15 menit di dalam mobil."Seperti biasa," jawab singkat Bella, wanita cantik itu fokus menatap ke luar melalui kaca."Aku tanya jam berapa?" Ramel kembali bertanya."Jam 12 Ramel, tapi kalau ada tambahan mata pelajaran! Mungkin jam satu," jawab Bella yang masih tetap fokus menatap ke arah luar."Kalau bicara itu, lihat aku," ucap Ramel sambil kedua tangannya memutar kepala Bella.Sopir yang duduk di bangku pengemudi tersenyum melihat aksi Ramel. Ini pertama kalinya ia melihat Ramel bersikap seperti itu kepada Bella. Selama ini tuannya itu selalu bersikap kasar dan membentak Bella, namun kali ini nada bicaranya terdengar lembut."Jangan senyum-senyum, fokus saja menyetir." Setelah mengatakan itu, Ramel menarik gorden pembatas.Lalu ditariknya tengkuk Bella,
Setibanya di bandara Singapura, seseorang sudah menunggu mereka di sana. Pria berseragam hitam itu langsung menyambut mereka dengan hormat, ia membawa semua barang-barang mereka lalu menyusunnya ke dalam mobil."Apa semuanya sudah beres?" tanya Ramel.Saat ini mereka sudah di dalam mobil menuju sebuah hotel yang terletak di pusat kota Singapura."Sudah Tuan," jawab pria itu.Mobil pun kembali hening hingga memasuki parkiran Hotel. Saat masuk ke dalam hotel, semua resepsionis menunduk hormat dan salah satu diantara mereka mengikuti Ramel dan Bella ke lantai empat puluh.Wanita berseragam batik itu membukakan pintu kamar Hotel, lalu mempersilahkan Ramel dan Bella untuk masuk."Silahkan masuk Pak, Bu," ucapnya."Terima kasih," balas Bella sambil tersenyum."Apa aku tetap di sini Pak?" tanya resepsionis yang bertubuh langsing itu."Pergilah, nanti saya hubungi jika ada yang perlu," ucap Ramel.Ucapan Ramel membuat pikiran Bella traveling, bayangan kotor seketika memenuhi pikirannya. Bahka
Wanita cantik itupun langsung tertidur pulas, menangis terlalu lama membuatnya lelah. Namun saat Bella tertidur, sebuah pesan masuk ke ponselnya.Ramel yang duduk di sofa, segera bangkit melangkah untuk meraih ponsel Bella yang terletak di atas meja kecil yang ada di samping tempat tidur.Wajahnya terlihat kesal saat membaca nama sang pengirim pesan. Ia mengusap layar benda pintar itu, lalu membaca huruf yang tersusun rapi di sana. [Bel, kamu kok gak datang sih? Aku dan Rara menunggumu sejak tadi, ini kami baru pulang dari kafe. Ramel gak jadi ke luar kota ya? Atau dia tidak mengizinkanmu ke luar rumah?] Isi pesan dari Kevin.Ramel mengeratkan seluruh giginya hingga menimbulkan suara, seluruh jarinya ia kepalkan menjadi satu karena kesal membaca pesan dari Kevin.Ditatapnya wajah Bella yang tertidur pulas di atas tempat tidur, seketika niat kotornya tumbuh. Ramel bangkit dari tempatnya melangkah menuju tempat tidur, ia naik ke atas ranjang dan langsung mencumbu Bella.Tentu wanita ca