"Cukup Sarah, jangan membuat cerita yang tak masuk akal," bantah Ramel."Apa yang tidak masuk akal, malam itu kamu mabuk parah itu sebabnya aku mengantarmu kembali ke kediaman Wijaya. Tapi saat tiba di sana kamu menahan tanganku agar tidak pergi. Malam itu lah kamu merenggut semua kehormatanku, Ramel." Tangisan Sarah semakin pecah."Itu tidak mungkin, itu tidak mungkin," bantah Ramel."Aku tidak berbohong Ramel, kita sudah melakukannya malam itu," tegas Sarah."Ok, aku akan memikirkannya. Tapi tolong beri aku waktu karena aku tidak bisa mengingatnya sama sekali," ucap Ramel dengan wajah kesal, "Kembali lah ke Jakarta, kita akan bertemu di sana," lanjutnya."Baiklah," sahut Sarah yang langsung bangkit dari tempatnya lalu pergi.Setelah pintu tertutup rapat, Ramel mengepalkan tangannya lalu melampiaskannya ke tembok. Ia berusaha mengigat kejadian malam itu, namun tak bisa. Ramel hanya mengigat menemukan bercak darah di atas seprai saat bangun tidur di pagi hari."Jika itu darah suci mil
Tetapi Ramel hanya melewatinya, melangkah menuju bangku bisnis."Kamu kenapa?" tanya Bella yang memperhatikan wajah Ramel sedikit tegang."Aku sepertinya melihat kakek," jawab jujur Ramel."Di mana?" tanya Bella yang penasaran."Kamu tunggu di sini," ucap Ramel yang langsung bangkit dari kursinya.Ia kembali ke ke belakang untuk memperjelas wajah pria yang ia lihat tadi. Tapi sayang, bangku itu sudah terlihat kosong. Ramel pun kembali ke tempatnya dan mengatakannya kepada Bella."Mungkin kamu salah lihat," ucap Bella."Hum, mungkin saja," timpal Ramel.Keduanya pun kembali menutup mulut, Ramel menurunkan sandaran kursinya lalu tidur. Sedangkan Bella menikmati makanan yang disediakan pihak maskapai. Entah mengapa dua hari terakhir ini ia sering lapar dan hobi ngemil.Saat Ramel terbangun dari tidurnya, mereka sudah tiba di bandara Jakarta. Keduanya turun dari pesawat dengan posisi Ramel menggenggam telapak tangan Bella.Tentu hal itu membuat Bella sedikit canggung dan semakin bertanya-
"Kamu bicara apa sih, Mbok?" protes pelayan yang satu."Iya, bicaralah yang jelas Mbok," timpal pelayan yang satu lagi."Sini, sini, sini." Mbok Inem meminta semaunya untuk mendekat kepadanya."Sebentar lagi akan ada bayi di rumah ini," ucap Mbok Inem dengan lembut dan penuh semangat."Oh.. Nyonya dan Tuan akan mengadopsi anak?" ucap Bibi Mina seraya bertanya."Bukan bodoh, memang Tuan dan Nyonya mandul apa?" ucap Mbok Inem."Jadi? Kamu sih bicaranya gak jelas Mbok," protes Bibi Mina."Tadi aku tidak sengaja melihat Tuan dan Nyonya sedang melakukan hubungan suami istri," ucap Mbok Inem.Semua membulatkan mata, mereka terkejut mendengar ucapan Mbok Inem, "Kamu melihatnya?" tanya Bibi Mina untuk memperjelas."Iya, aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri." Mbok Inem menceritakan terjadinya ia melihat Tuan dan Nyonyanya sedang melakukan hubungan suami-istri."Oh... begitu," sahut semaunya."Semoga hubungan Tuan dan Nyonya semakin membaik dan cepat memiliki anak. Aku berdoa semoga mere
"Kamu mau duduk di mana?" tanya Ramel sambil mencengkram pergelangan tangan Bella, sebab wanita cantik itu melangkah menuju kursi yang terletak di hadapan Ramel."Di situ," jawab Bella sambil menunjuk bangku yang ingin ia duduki."Di sini saja." Ramel menarik tangga Bella hingga duduk di kursi kosong tepat di sampingnya.Sedangkan para pelayan duduk di bangku lain, seumur hidup ini pertama kalinya mereka makan di atas meja yang sama dengan Ramel. Tentu semuanya merasa gugup, tidak ada yang berani menyentuh makannya."Kalian kenapa diam?" ucap Ramel."Ka...kami...""Tidak ada kami, kami. Hari ini waktunya bebas, jadi nikmat saja apa yang sudah disediakan," sela Ramel yang membuat Mbok Inem tidak melanjutkan ucapannya.Kesepuluh pelayan itu mulai menyendok makanan ke dalam piringnya masing-masing. Begitu juga dengan Bella, wanita cantik itu terlebih dahulu mengisi piring Ramel setelah itu baru piringnyaSelama makan tidak ada yang berbicara, semua diam sambil menikmati makannya. meja ya
Tentu Bella ingin tahu cerita yang sebenarnya! Wanita cantik itupun meminta Tania untuk menceritakannya."Sebenarnya aku istri Bram, ayah kandung Ramel. Tetapi kami berpisah setelah perselingkuhanku dengan James terbongkar." Tania menceritakan semuanya kepada Bella, dari kisah rumah tangganya dengan Bram hingga perselingkuhannya dengan James, yang sampai melahirkan seorang anak yaitu Bryan, yang tak lain ayah kandung Bella sendiri.Tania juga menceritakan penderitaannya selama di penjara, hal itulah yang membuatnya selama 19 tahun ini dia tidak pernah menemui Bella dan ayahnya."Begitulah ceritanya sayang," ucap Tania sambil berurai air mata.Bella hanya diam, bibirnya kaku dan sulit untuk digerakkan. Hanya butiran bening lah yang bercucuran dari kedua mata indahnya lalu membasahi pipi mulusnya. Dari dulu kisah hidup ayahnya sungguh memprihatinkan hingga saat ini. "Oma benar-benar minta maaf Bella, semua ini terjadi karena Oma." Tania kembali membuka mulut.Wanita tua itu benar-bena
Setelah 2 jam berbincang-bincang dengan James, akhirnya Kevin meninggalkan kafe. Sepanjang perjalanan menuju kediaman Barata, ia tidak berhenti memikirkan ucapan pria tua itu.Walaupun James terlihat serius dan menyakinkan! Tetapi Kevin merasa sesuatu yang aneh. Hatinya berkata, James menyembunyikan sesuatu dan berbohong."Tidak mungkin Tuan Bryan melakukan hal sekeji itu. Papah mengatakan, dia sangat menyayangi kedua orang tua angkatnya." Kevin berbicara sendiri di dalam mobil.Kakinya semakin menekan gas, melajukan mobilnya membelah jalan Ibu Kota. Kevin sudah tidak sabar ingin segera tiba di rumahnya. Setibanya di kediaman Barata, ia menemui ayahnya ke ruang kerja. Pria tampan berusia 21 tahun itu langsung menanyakan tentang Bryan, ayah kandung Bella."Kamu kenapa tiba-tiba menanyakan tentang Tuan Bryan?" Tentu Barata bertanya demikian!"Papah ceritakan saja apa yang Papah ketahui tentang beliau," desak Kevin menjawab ayahnya."Untuk apa?" Bukannya menjawab, Barata justru balik be
Setelah 46 menit mengikuti mobil Kevin, akhirnya mobil pria tampan itu memasuki sebuah parkiran kafe. Rara pun segera memarkirkan mobilnya berjarak 4 mobil dari Kevin. Ia dan Bella mengikuti Kevin dari belakang, mereka duduk di meja paling sudut agar Kevin tidak melihatnya. Hanya berselang 10 menit, terlihat seorang wanita cantik bertubuh tinggi masuk dari pintu utama melangkah menuju meja nomor 3, yaitu meja yang ditempati Kevin saat ini. "Selamat siang Tuan Kevin," sapa wanita itu.Kevin yang tadinya sedang fokus menatap layar ponselnya, tiba-tiba menegakkan kepala."Selamat siang Nona Sarah," ucap Kevin yang langsung bangkit dari kursi. Ia menjabat tangan Sarah lalu mempersilahkan wanita cantik itu untuk duduk."Silahkan duduk," ucap Kevin."Terima kasih," sahut Sarah sambil menjatuhkan bokongnya di atas kursi."Mbak," panggil Kevin sambil mengangkat telapak tangannya ke arah waiters.Wanita berseragam hitam itupun menghampiri Kevin. Ia menaruh buku menu di atas meja tepat di had
"Kita ke mana Tuan?" tanya Lukas saat akan ke luar dari gerbang."Ke Apartemen Kevin," jawab Ramel dengan nada dingin."Apa sampai saat ini kamu belum bisa menemukan pria tua itu?" lanjut Ramel bertanya."Be...belum Tuan," jawab gugup Lukas dari bangku pengemudi."Kamu sudah tidak bisa diandalkan, pria tua seperti itu saja tidak bisa kamu temukan, padahal dia berkeliaran di kota ini," ucap Ramel yang membuat Lukas sedikit gemetar.Walupun nada bicara Ramel terdengar lembut! Tapi ketahuilah, kalau pria tampan itu saat ini sedang marah dan kesal. Namun ia berusaha untuk menahannya."Maaf Tuan, aku dan pengawal lainnya sudah mencari Tuan James kemana-mana," sahut Lukas."Jangan menyebutnya Tuan," sentak Ramel dengan tegas, "Dia bukan Tuan, tetapi benalu dan penghianat di kediaman Wijaya," lanjutnya."Baik Tuan," sahut sigap Lukas.Mobil mewah itupun kembali hening hingga mereka tiba di Apartemen. Lukas menunggu di lobi sedangkan Ramel masuk ke dalam lift menuju lantai 10."Tok....tok....