Share

Aku tidak berbohong, Ramel.

"Cukup Sarah, jangan membuat cerita yang tak masuk akal," bantah Ramel.

"Apa yang tidak masuk akal, malam itu kamu mabuk parah itu sebabnya aku mengantarmu kembali ke kediaman Wijaya. Tapi saat tiba di sana kamu menahan tanganku agar tidak pergi. Malam itu lah kamu merenggut semua kehormatanku, Ramel." Tangisan Sarah semakin pecah.

"Itu tidak mungkin, itu tidak mungkin," bantah Ramel.

"Aku tidak berbohong Ramel, kita sudah melakukannya malam itu," tegas Sarah.

"Ok, aku akan memikirkannya. Tapi tolong beri aku waktu karena aku tidak bisa mengingatnya sama sekali," ucap Ramel dengan wajah kesal, "Kembali lah ke Jakarta, kita akan bertemu di sana," lanjutnya.

"Baiklah," sahut Sarah yang langsung bangkit dari tempatnya lalu pergi.

Setelah pintu tertutup rapat, Ramel mengepalkan tangannya lalu melampiaskannya ke tembok. Ia berusaha mengigat kejadian malam itu, namun tak bisa. Ramel hanya mengigat menemukan bercak darah di atas seprai saat bangun tidur di pagi hari.

"Jika itu darah suci mil
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status