Home / Romansa / Gairah Liar Paman Mantanku / GLPM 1 : Aku menolakmu!

Share

Gairah Liar Paman Mantanku
Gairah Liar Paman Mantanku
Author: Chocoberry pie

GLPM 1 : Aku menolakmu!

last update Last Updated: 2025-02-27 22:47:24

“Aku akan nikahin dia, setelah dia hamil dan separuh harta kakek sudah kumiliki,” ucap Micho penuh rayu, matanya menatap lembut wanita yang sedang meliuk di atas tubuhnya, “aku akan ceraikan dia dan nikahin kamu.”

Rona memejamkan matanya seperti merasakan sesuatu yang sangat nikmat berkedut di dalam tubuhnya. “Benarkah?” lirihnya dalam desahan napasnya.

“Aura cuma perempuan yang membosankan. Sangat berbeda dengan kamu yang cantik, seksi dan … menggairahkan,” ucapnya memuja.

Mendengar perkataan calon suaminya itu, membuat hatinya teriris. Namun Aura langsung menutup mulutnya dengan tangannya. Ia hampir saja berteriak saking terkejutnya, saat seseorang menyentuh pundaknya. Tapi ia tidak mau sepasang kekasih di dalam sana, mengetahui kehadirannya.

“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya lelaki jangkung yang berdiri tepat di depannya.

Aura meletakkan telunjuknya di depan bibirnya, sebuah tanda permohonan agar lelaki itu tidak berisik. Cepat-cepaf digenggamnya tangan lelaki asing itu dan menariknya menjauh dari kamar itu. Ia yakin kegaduhan yang baru saja dibuatnya, pasti membuat sepasang kekasih di dalam sana menyadari kehadirannya.

Untung saja lelaki jangkung berwajah tampan itu tidak memberikan perlawanan. Ia justru ikut berlari mengikuti langkah Aura menjauh dari kamar itu.

Saat ini Aura sadar bahwa ia tidak mungkin menikahi Micho. Perasaan cintanya sudah berubah, menjadi rasa benci dan jijik saat melihatnya bercumbu layaknya suami istri, bahkan mengkhianatinya dengan sahabatnya sendiri.

Tapi Aura tidak mau membongkar semuanya sekarang. Aura mempunyai sebuah rencana lain sebagai hadiah untuk kedua orang terdekatnya itu.

Tepat di ujung lorong, Aura berhenti. Tak ada lagi jalan untuknya berlari. Buntu! Tapi … jika ia menyerah sekarang, maka Micho akan sadar jika ia telah mengetahui segala kebusukannya.

Dalam kepanikannya, tanpa sengaja ia menyenggol sebuah guci porselin antik. Suaranya saat menyentuh lantai, menjadi sebuah petunjuk bagi kedua orang yang sedang berlarian mengejarnya.

“Micho, dia lari ke sana!” Suara Rona membuat Aura semakin gugup. Apalagi ketika dilihatnya wajah lelaki yang pernah dicintainya itu muncul dari ujung lorong.

Tidak ada jalan kembali! Tanpa berpikir lebih lama lagi, Aura berjinjit dan mencium bibir lelaki asing itu. Hanya itu satu-satunya cara untuk bersembunyi. Hal itu membuat lelaki berwajah tampan itu terkejut akan aksi nekatnya. Tapi ia tidak menolak dan justru balas melumatnya dengan penuh gairah.

Lelaki asing itu membuka pintu yang ada di balik punggung Aura dan mendorong gadis itu masuk ke dalamnya tepat sebelum Micho berjalan mendekat ke arah mereka.

“Om Rey?” Micho menatap lelaki jangkung itu dengan canggung. Ia masih tak percaya melihat pamannya bersama dengan seorang wanita.

Bukan hanya itu, mana mungkin ia menuduh pamannya, yang bahkan digosipkan sebagai penyuka sesama jenis saking dinginnya itu, mengintipnya.

“Micho?”

“Sedang apa Om di sana?” selidik Micho.

“Aku cuma mau ambil dasiku yang tertinggal,” sahut Rey sementara matanya menatap tajam pada perempuan bergaun silk putih di sisi keponakannya, “apa dia pengantinmu?”

Pertanyaan itu membuat Micho menjadi gugup. Tatapan tajam sang pemilik D’amarta Group itu tidak pernah gagal membuat nyalinya menciut.

“Bu–bukan. Dia teman … yang membantuku mengatur acara pernikahan ini,” sahutnya, “aku … tunggu Om Rey di bawah. Upacara pernikahan akan segera di mulai.”

Rey menganggukkan kepalanya. Ia menatap keponakannya hingga menghilang dari pandangannya, sebelum masuk ke dalam kamarnya.

“Mereka sudah pergi,” kata Rey pada gadis bergaun putih di hadapannya, “apa yang sebenarnya terjadi?”

Wajah tampan lelaki bertubuh jangkung dengan kulit eksotisnya itu, tak urung membuat Aura terpana.

“Hmm … maaf. Nanti juga … kamu akan tahu apa yang terjadi,” sahut Aura dengan perasaan canggung, “tentang ciuman tadi … aku … hmm.”

“Kamu memperalatku untuk menghindar dari mereka,” tebak Rey.

Aura mengangguk, “terima kasih bantuannya, aku … aku harus segera pergi sekarang.”

Aura bergegas keluar dari kamar itu. Kali ini tekadnya sudah bulat. Ia tidak akan melanjutkan pernikahan ini apapun alasannya. Ia sudah tak bisa lagi mempercayai Micho. Mungkin bahkan ia tak bisa lagi mempercayai siapapun, karena sahabat yang ia percayai pun bisa begitu tega mengkhianatinya.

----

“Lihat! Kemana gaun pengantinnya? Kenapa Aura justru pakai gaun hitam? Seperti sedang berkabung saja.”

Suara-suara bernada sumbang terdengar memenuhi hall kediaman Damarta. Tapi Aura sama sekali tidak terpengaruh. Ia justru melangkah dengan elegan menuju ke altar.

Tangannya dengan anggun memeluk sebuah buket bunga yang didominasi dengan mawar berwarna pastel dan baby breath. Senyuman mengembang dengan indahnya, seolah warna hitam tak mempunyai arti apapun baginya.

Gadis itu berdiri tepat di depan altar, tempat dimana Micho berdiri menantikannya. Lelaki itu mengulurkan tangannya, namun Aura seolah tak melihatnya dan hanya berjalan lurus melewatinya.

“Saya, Micho Damarta berjanji akan setia menemani Aura Dinata dalam suka dan menghibur dalam duka, serta menjaganya hingga akhir hidup saya,” ucap Micho di hadapan semua tamu yang hadir.

“Benarkah?” tanya Aura dalam tatapannya yang dalam, seolah mampu mengobrak-abrik semua hal yang berusaha disembunyikan oleh Micho dengan sekuat tenaga.

“Tentu saja,” jawab Micho dengan yakinnya.

“Baiklah.” Aura kembali menyematkan senyumannya yang khas. Tentu saja ia bakal mengikuti arus kemana Micho akan menyeretnya, walau kali ini ia harus membalas pengkhianatan ini.

“Saya, Aura Dinata, dengan ini menolak untuk menikahi Micho Damarta dan membatalkan ikatan pertunangan kami!”

Mendengar ucapan Aura, seluruh tamu undangan pun menjadi ricuh. Mereka yang selama ini berasumsi bahwa pernikahan dua keluarga ini akan menjadi pernikahan aliansi paling spektakuler pun jadi sangat terkejut.

“Kenapa kamu menolakku? Kamu sudah bosan sama aku? Atau … justru kamu sudah punya pacar baru?” Cecar Micho.

“Kamu pingin tahu alasannya?” balas Aura.

Gadis itu menjentikkan jarinya, membuat layar di atas panggung memperlihatkan sebuah kejadian yang sangat mengerikan. Saking mengerikannya, semua tamu yang datang sampai tak mampu berkata-kata.

“Itu fitnah! Semua itu cuma editan dia!” kesal Micho sembari memaparkan beberapa alasan yang bisa dijadikan sebagai tamengnya, “Aura, aku tahu kamu lagi marah sama aku. Tapi … please. Jangan fitnah aku seperti ini.”

“Aku bisa pastikan ini bukan rekayasa!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Viva Oke
hadeh micho rencana kamu busuk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM 2 : Kontrak Gila

    “Video itu bukan rekayasa. Aku bisa pastikan kalau itu asli.” Semua mata tertuju pada lelaki yang sedari tadi diam di sudut ruangan. Sosok tubuh jangkung, wajah tampan dengan tatapan penuh karisma itu sontak membuat para tamu yang ramai bagai kawanan lebah itu diam seketika saat ia melangkah maju. “Tentu saja asli. Kedua pelakunya juga masih ada di sini, dengan pakaian yang sama,” lanjut Aura sembari menunjuk Rona yang berdiri tak jauh dari Micho. Tiba-tiba sebuah tamparan mendarat di pipi Aura. Tamparan yang membuatnya tersentak kembali pada kenyataan. “Aura! Minta maaf sama keluarga Damarta sekarang juga!” perintah Linda. “Hah? Dia yang bernain gila, kenapa aku yang harus minta maaf?” bantah Aura. “Nggak usah ngarang! Micho nggak mungkin melakukan hal rendah seperti itu. Apalagi dengan Rona, sahabatmu sendiri,” ucap Linda, ibu tirinya, “minta maaf sekarang juga.” “Tapi Ma.” Linda mendekati Aura dengan mata melotot saking kesalnya. Wanita awal empat puluhan itu

    Last Updated : 2025-03-03
  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM3 : Surga atau Neraka?

    “Tapi aku belum pernah melakukan itu. Aku belum pernah berhubungan dengan lelaki manapun. Mana mungkin aku tahu apa yang kusuka dan tidak.” Rey menatap gadis di hadapannya dengan rasa tak percaya. Tentu saja, di jaman yang semakin gila seperti sekarang, ia tak percaya masih ada gadis yang mempertahankan kesuciannya seperti Aura. “Maksudmu … kamu belum pernah berhubungan dengan keponakanku?” Sekali lagi Aura menggigit bibir bawahnya dengan gelisah sebelum akhirnya menundukkan kepalanya. Tatapan mata itu seperti hendak menelanjanginya. Lelaki itu seperti mempunyai kemampuan untuk membaca semua yang ada di dalam pikirannya. “Si bodoh itu belum pernah menyentuhmu? Maksudku … katakan padaku sejauh apa dia sudah menyentuhmu selama ini,” tanyanya lagi. Aura terdiam. Pertanyaan-pertanyaan itu membuatnya merasa tak nyaman, bahkan terlalu privacy untuk dibicarakan dengan orang yang masih termasuk asing baginya. “Aku tahu, hari ini cukup berat buat kamu. Istirahatlah, dan pikirkan tawara

    Last Updated : 2025-03-04
  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM4 : Aku Ingin Kamu

    “Bahagia? Apa mungkin aku bisa hidup bahagia kalau hanya menjadi budakmu?” Pikiran itu tiba-tiba saja muncul dan begitu kuat mengusiknya. Kalimat yang diucapkan oleh Rey, seakan sebuah bom yang memicu sebuah pergolakan dalam hatinya. Namun ia tak sanggup mengatakannya. Sepasang tangannya mendorong dada Rey menjauh. Namun lelaki itu justru memperkuat pelukannya dan kembali membakar gairahnya dengan kecupannya di leher jenjangnya. Kegelisahan semakin kuat mengguncang tubuh gadis itu. Tubuhnya menegang saat sentuhan intens berada tepat di titik-titik sensitifnya. Setiap sentuhannya bahkan membuatnya merasa ingin lebih dan lebih lagi. Sepasang tangannya yang semula mendorong, kini justru meremas kemeja Rey seakan keduanya sengaja mengkhianati pikirannya. Gestur tubuh yang dengan mudahnya ditangkap oleh Rey. Umpannya telah disambut! Lelaki itu melepaskan pagutannya. Ia merapikan pakaiannya dan mengatur kembali napasnya. “Aku tidak akan memaksamu, Aura. Aku suka kamu, dan kita akan me

    Last Updated : 2025-03-07
  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM5 : Malam Panas

    Gadis itu menganggukkan kepalanya, membuat lelaki di hadapannya merasakan kelegaan dalam hatinya. Anggukkan itu seperti secercah harapan baginya untuk kembali memperjuangkan perasaannya. "Bagus kalau gitu," lirihnya sembari melepaskan cengkramannya, "tentang menu baru yang kita bicarakan, bagaimana kalau kita coba membuatnya malam nanti." Aura menatap lelaki itu dengan kesal. Setelah tutup toko, sama artinya dia terpaksa harus lembur malam ini. Dan Bu Natusha tidak menyukai karyawannya lembur. Tapi lagi-lagi ia tidak mungkin menolak perkataan Chef Farrel, atasannya itu. Penilaian kerjanya, tergantung pada kepuasan lelaki bermulut pisau ini. "Baik Chef." *** "Om Rey, ngapain booking tempat dadakan buat tamu yang nggak kira-kira banyaknya?" sambut Aura sesaat setelah melihat wajah Rey Damarta di ruang tertutup resto itu. "Aku cuma mau mempertegas pembicaraan kita pagi tadi. Pembicaraan yang terputus hanya karena kamu harus berangkat kerja." Lelaki itu menarik sudut bibirn

    Last Updated : 2025-03-07
  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM 6

    "Aura! Aura Dinata!" Suara desah maskulin itu tiba-tiba saja berubah menjadi suara cempreng yang sangat ia kenal. Dan wajah tampan penguasa D'Amartha Group itu lenyap begitu saja dari pelukannya digantikan wajah gadis berambut keriting yang sangat dikenalinya. Gubrak! Aura meringis kesakitan saat tubuhnya merasakan kerasnya lantai keramik dingin di bawahnya. Dan entah bagaimana caranya, selimutnya pun seolah ingin ikut campur untuk menghukumnya karena mimpi yang sangat aneh itu. Aura melepaskan diri dari lilitan selimutnya. Dihempasnya guling yang ada dipelukannya dengan kesal. Mimpi itu bahkan terasa begitu nyata baginya. Senyata guling yang berada di dalam pelukannya tadi dan rasa sakit di tubuhnya. "Kamu ngapain rebahan sambil selimutan di lantai?" tanya Jessy yang terkejut melihat ulah kawan yang sedari tadi tidak menjawab panggilannya, "kamu lagi cari tokek apa kadal?" "Ya ... gimana lagi. Kasurnya nggak mau aku tidurin. Dia malah lempar aku ke lantai." Gadis ber

    Last Updated : 2025-04-22
  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM7

    "Aku tahu, ini pertama kalinya buat kamu," bisik Rey di telinga gadisnya, "aku akan memperlakukanmu dengan lembut, seperti bola kristal yang rapuh." Aura menghela napas panjang. Kali ini pikirannya kembali tak sejalan dengan hatinya. Setiap sentuhan lelaki itu membuatnya semakin menggila. Ia tak mampu lagi berpikir rasional. Tembok pertahanan yang selama ini dijaganya dengan baik, seakan runtuh begitu saja di tangan seorang Rey Damarta. Rey Damarta benar-benar penuh pesona. Bukan hanya itu, ia tahu bagaimana memperlakukannya dengan lembut. Lelaki itu tahu bagaimana meratukan gadisnya, melambungkan perasaannya dan membuainya dalam setiap sentuhannya. Sentuhan yang membuat Aura tak dapat berkata apapun untuk menolak. Bahkan tubuhnya pun mengkhianati pikirannya dan justru memperlihatkan reaksi sebaliknya. Ia sungguh menikmatinya. Jemari itu mulai menyentuh di bagian paling privacy nya. Bagian yang tak pernah terjamah lelaki manapun selama dua puluh tahun lebih itu, kini meras

    Last Updated : 2025-04-22
  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM8

    Jantung Aura berdebar dengan kencang saat ledakan itu terdengar bersama suara pecahan kaca. Tubuhnya bahkan masih gemetar saat Farrel melepaskan dekapannya. Dekapan hangat yang telah menyelamatkannya dari bencana yang telah diciptakannya malam ini. Ditatapnya ruangan yang kini lebih pantas disebut kapal pecah itu dengan penuh sesal. Pecahan kaca bercampur dengan perlengkapan dapur itu terlihat tak karuan saat air dengan otomatis mengucur dari atas plafon dapur, memercik api yang keluar dari oven hingga ruangan itu mulai dipenuhi asap. "Rara, kamu nggak papa?" Suara lelaki itu sama bergetarnya dengan tubuh gadis di hadapannya. "Aku mengacaukan segalanya," lirih Aura yang masih shock dengan kejadian yang terjadi karena kecerobohannya. "Itulah aku katakan, kamu harus fokus dengan pekerjaanmu. Lupakan pernikahanmu yang gagal. Masih banyak laki-laki lain yang lebih baik dari si brengsek itu." Semua ucapan Farrel seperti sebuah dengungan keras di telinga Aura. Ia benar-benar mera

    Last Updated : 2025-04-23
  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM9

    Dalam handuk berukuran besar, Aura merapatkan tubuhnya. Secangkir susu coklat hangat masih dipegangnya dengan erat. Rasa hangat dari cangkir itu seperti menghibur jari jemarinya dari dingin yang dirasakannya. "Jadi ... apa yang membuatmu kembali?" tanya lelaki itu sembari mengatupkan kedua tangannya, bersedekap di dada. Sesaat Aura merasa ragu. Seandainya saja ia mengatakan kesulitannya dan Rey mau membantunya, bukankah itu akan membuatnya terikat pada lelaki itu? Tapi ... rasanya sungguh tidak adil jika ia menerima kebaikan Farrel, seolah memberikan harapan padanya. Padahal ia tidak mempunyai perasaan apapun terhadapnya. "Apa ini tentang nenekmu?" tebaknya. "Bukan." "Atau ... kamu sudah memikirkan perjanjian itu? Atau justru bocah tengik itu berulah lagi?" Aura menggelengkan kepalanya. "Lalu?" "Aku ...." Aura mendesah dengan frustrasi. Ia kembali menggigit bibir bawahnya dengan gelisah. "Jangan katakan kamu rindu sentuhanku," tebaknya lagi. Aura meletakkan

    Last Updated : 2025-04-23

Latest chapter

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM11

    Sepasang mata indah itu mengawasi setiap sudut ruangan. Tempat itu benar-benar tertutup, tersembunyi sementara berbagai alat aneh yang membuat siapapun yang melihatnya mengernyitkan keningnya. Gadis itu melangkah mendekati sebuah lemari kaca. Tampak di dalamnya berbagai ukuran borgol dengan beragam warna dan berbagai macam koleksi benda lain yang asing bagi Aura. Rey melangkah mendekati gadisnya. Perlahan ia membuka satu demi satu manik kancing kemejanya, menanggalkan dan menggantungnya di sudut ruangan. "Apa ... ini semua apa, Om?" tanyanya. Gadis itu mulai merinding membayangkan segala hal yang terjadi di dalam ruangan itu. Bahkan dengan melihat tiang, rantai, cambuk dan beberapa set borgol saja, ia sudah merinding. Semua yang ada dalam pikirannya tidak salah. Rey Damartha -- sang penguasa kerajaan bisnis D'Amartha -- ternyata adalah seorang psikopat! "Koleksi mainanku, yang akan kunikmati bersamamu." Sepasang mata cantik itu membulat. Ia benar-benar tak menyangka ba

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM10

    "Om Rey, apa keterlaluan jika aku menginginkan sebuah hubungan yang normal?" tanya Aura, "seperti layaknya sepasang kekasih. Bukan sekedar menghabiskan waktu di atas ranjang, tapi juga melakukan hal lain yang menyenangkan bersama." Rey mengangguk-anggukkan kepalanya. Wajahnya terlihat serius menanggapi permintaan gadisnya. "Baiklah, aku bisa menambahkan permintaanmu ke dalam surat perjanjian kita," sahutnya, "kita bisa nonton berdua, makan malam atau sekedar berkuda untuk saling mengenal. Aku akan menyisihkan waktuku untuk itu. Apa kamu menyukainya?" Aura menarik sudut bibirnya, memamerkan seuĺas senyumannya yang indah, walau dalam otaknya masih tidak bisa memahami apa yang membuat lelaki yang nyaris sempurna seperti Rey Damarta tidak bisa mempercayai suatu hubungan dengan nama cinta. "Sekarang tidurlah, ada banyak hal yang ingin aku tunjukkan padamu," perintahnya, "sementara orang kepercayaanku menambahkan permintaanmu pada poin tambahan dalam perjanjian itu, kita bisa mulai

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM9

    Dalam handuk berukuran besar, Aura merapatkan tubuhnya. Secangkir susu coklat hangat masih dipegangnya dengan erat. Rasa hangat dari cangkir itu seperti menghibur jari jemarinya dari dingin yang dirasakannya. "Jadi ... apa yang membuatmu kembali?" tanya lelaki itu sembari mengatupkan kedua tangannya, bersedekap di dada. Sesaat Aura merasa ragu. Seandainya saja ia mengatakan kesulitannya dan Rey mau membantunya, bukankah itu akan membuatnya terikat pada lelaki itu? Tapi ... rasanya sungguh tidak adil jika ia menerima kebaikan Farrel, seolah memberikan harapan padanya. Padahal ia tidak mempunyai perasaan apapun terhadapnya. "Apa ini tentang nenekmu?" tebaknya. "Bukan." "Atau ... kamu sudah memikirkan perjanjian itu? Atau justru bocah tengik itu berulah lagi?" Aura menggelengkan kepalanya. "Lalu?" "Aku ...." Aura mendesah dengan frustrasi. Ia kembali menggigit bibir bawahnya dengan gelisah. "Jangan katakan kamu rindu sentuhanku," tebaknya lagi. Aura meletakkan

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM8

    Jantung Aura berdebar dengan kencang saat ledakan itu terdengar bersama suara pecahan kaca. Tubuhnya bahkan masih gemetar saat Farrel melepaskan dekapannya. Dekapan hangat yang telah menyelamatkannya dari bencana yang telah diciptakannya malam ini. Ditatapnya ruangan yang kini lebih pantas disebut kapal pecah itu dengan penuh sesal. Pecahan kaca bercampur dengan perlengkapan dapur itu terlihat tak karuan saat air dengan otomatis mengucur dari atas plafon dapur, memercik api yang keluar dari oven hingga ruangan itu mulai dipenuhi asap. "Rara, kamu nggak papa?" Suara lelaki itu sama bergetarnya dengan tubuh gadis di hadapannya. "Aku mengacaukan segalanya," lirih Aura yang masih shock dengan kejadian yang terjadi karena kecerobohannya. "Itulah aku katakan, kamu harus fokus dengan pekerjaanmu. Lupakan pernikahanmu yang gagal. Masih banyak laki-laki lain yang lebih baik dari si brengsek itu." Semua ucapan Farrel seperti sebuah dengungan keras di telinga Aura. Ia benar-benar mera

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM7

    "Aku tahu, ini pertama kalinya buat kamu," bisik Rey di telinga gadisnya, "aku akan memperlakukanmu dengan lembut, seperti bola kristal yang rapuh." Aura menghela napas panjang. Kali ini pikirannya kembali tak sejalan dengan hatinya. Setiap sentuhan lelaki itu membuatnya semakin menggila. Ia tak mampu lagi berpikir rasional. Tembok pertahanan yang selama ini dijaganya dengan baik, seakan runtuh begitu saja di tangan seorang Rey Damarta. Rey Damarta benar-benar penuh pesona. Bukan hanya itu, ia tahu bagaimana memperlakukannya dengan lembut. Lelaki itu tahu bagaimana meratukan gadisnya, melambungkan perasaannya dan membuainya dalam setiap sentuhannya. Sentuhan yang membuat Aura tak dapat berkata apapun untuk menolak. Bahkan tubuhnya pun mengkhianati pikirannya dan justru memperlihatkan reaksi sebaliknya. Ia sungguh menikmatinya. Jemari itu mulai menyentuh di bagian paling privacy nya. Bagian yang tak pernah terjamah lelaki manapun selama dua puluh tahun lebih itu, kini meras

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM 6

    "Aura! Aura Dinata!" Suara desah maskulin itu tiba-tiba saja berubah menjadi suara cempreng yang sangat ia kenal. Dan wajah tampan penguasa D'Amartha Group itu lenyap begitu saja dari pelukannya digantikan wajah gadis berambut keriting yang sangat dikenalinya. Gubrak! Aura meringis kesakitan saat tubuhnya merasakan kerasnya lantai keramik dingin di bawahnya. Dan entah bagaimana caranya, selimutnya pun seolah ingin ikut campur untuk menghukumnya karena mimpi yang sangat aneh itu. Aura melepaskan diri dari lilitan selimutnya. Dihempasnya guling yang ada dipelukannya dengan kesal. Mimpi itu bahkan terasa begitu nyata baginya. Senyata guling yang berada di dalam pelukannya tadi dan rasa sakit di tubuhnya. "Kamu ngapain rebahan sambil selimutan di lantai?" tanya Jessy yang terkejut melihat ulah kawan yang sedari tadi tidak menjawab panggilannya, "kamu lagi cari tokek apa kadal?" "Ya ... gimana lagi. Kasurnya nggak mau aku tidurin. Dia malah lempar aku ke lantai." Gadis ber

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM5 : Malam Panas

    Gadis itu menganggukkan kepalanya, membuat lelaki di hadapannya merasakan kelegaan dalam hatinya. Anggukkan itu seperti secercah harapan baginya untuk kembali memperjuangkan perasaannya. "Bagus kalau gitu," lirihnya sembari melepaskan cengkramannya, "tentang menu baru yang kita bicarakan, bagaimana kalau kita coba membuatnya malam nanti." Aura menatap lelaki itu dengan kesal. Setelah tutup toko, sama artinya dia terpaksa harus lembur malam ini. Dan Bu Natusha tidak menyukai karyawannya lembur. Tapi lagi-lagi ia tidak mungkin menolak perkataan Chef Farrel, atasannya itu. Penilaian kerjanya, tergantung pada kepuasan lelaki bermulut pisau ini. "Baik Chef." *** "Om Rey, ngapain booking tempat dadakan buat tamu yang nggak kira-kira banyaknya?" sambut Aura sesaat setelah melihat wajah Rey Damarta di ruang tertutup resto itu. "Aku cuma mau mempertegas pembicaraan kita pagi tadi. Pembicaraan yang terputus hanya karena kamu harus berangkat kerja." Lelaki itu menarik sudut bibirn

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM4 : Aku Ingin Kamu

    “Bahagia? Apa mungkin aku bisa hidup bahagia kalau hanya menjadi budakmu?” Pikiran itu tiba-tiba saja muncul dan begitu kuat mengusiknya. Kalimat yang diucapkan oleh Rey, seakan sebuah bom yang memicu sebuah pergolakan dalam hatinya. Namun ia tak sanggup mengatakannya. Sepasang tangannya mendorong dada Rey menjauh. Namun lelaki itu justru memperkuat pelukannya dan kembali membakar gairahnya dengan kecupannya di leher jenjangnya. Kegelisahan semakin kuat mengguncang tubuh gadis itu. Tubuhnya menegang saat sentuhan intens berada tepat di titik-titik sensitifnya. Setiap sentuhannya bahkan membuatnya merasa ingin lebih dan lebih lagi. Sepasang tangannya yang semula mendorong, kini justru meremas kemeja Rey seakan keduanya sengaja mengkhianati pikirannya. Gestur tubuh yang dengan mudahnya ditangkap oleh Rey. Umpannya telah disambut! Lelaki itu melepaskan pagutannya. Ia merapikan pakaiannya dan mengatur kembali napasnya. “Aku tidak akan memaksamu, Aura. Aku suka kamu, dan kita akan me

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM3 : Surga atau Neraka?

    “Tapi aku belum pernah melakukan itu. Aku belum pernah berhubungan dengan lelaki manapun. Mana mungkin aku tahu apa yang kusuka dan tidak.” Rey menatap gadis di hadapannya dengan rasa tak percaya. Tentu saja, di jaman yang semakin gila seperti sekarang, ia tak percaya masih ada gadis yang mempertahankan kesuciannya seperti Aura. “Maksudmu … kamu belum pernah berhubungan dengan keponakanku?” Sekali lagi Aura menggigit bibir bawahnya dengan gelisah sebelum akhirnya menundukkan kepalanya. Tatapan mata itu seperti hendak menelanjanginya. Lelaki itu seperti mempunyai kemampuan untuk membaca semua yang ada di dalam pikirannya. “Si bodoh itu belum pernah menyentuhmu? Maksudku … katakan padaku sejauh apa dia sudah menyentuhmu selama ini,” tanyanya lagi. Aura terdiam. Pertanyaan-pertanyaan itu membuatnya merasa tak nyaman, bahkan terlalu privacy untuk dibicarakan dengan orang yang masih termasuk asing baginya. “Aku tahu, hari ini cukup berat buat kamu. Istirahatlah, dan pikirkan tawara

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status