Selamat membaca Kakak
Bukannya melepaskan Kania, Jimmy malah membuka resleting celananya, sontak hal ini membuat Kania berontak dan memohon agar dilepaskan."Aku tidak sudah pembangkang, kamu tahu itu kan Kania?" Dengan tawa seperti iblis, Jimmy berusaha mengangkat rok pendek yang dipakai Kania."Saya mohon Pak, jangan lakukan ini. Baiklah kita bicara baik-baik dan saya juga tidak akan resign." Berbagai tawaran Kania utarakan namun kelihatannya Jimmy tidak terpengaruh."Bukankah ini yang kamu mau Kania, katanya kamu cinta padaku jadi buktikanlah!"Air mata Kania mulai merembes keluar, bukan seperti ini konsep cintanya, memang benar dia memendam perasaan terhadap Jimmy namun dia tidak ingin memberikan mahkotanya pada Jimmy dengan cara seperti ini."Tolong Tuan lepaskan saya." Tangis Kania semakin pecah saat Jimmy mampu menerobos dinding pertahanannya.Kedua netra pria biadab ini melebar sempurna, dia tidak menyangka jika Kania masih perawan."Aku yang pertama Kania?"Dalam tangisnya Kania mengangguk kecil, s
Tidak disangka orang yang dulu sangat dekat tega menikam demi dendam masa lalu yang mungkin sudah terlupakan, Anita sendiri mungkin disana sedih melihat anaknya yang masih memendam dendam atas apa yang terjadi pada dirinya selama masih hidup dahulu.Dengan perasaan kesal dan marah, Arion pulang begitu pula dengan Kania yang pergi keluar kota untuk memulai hidup barunya.Bekal tabungannya selama ini dirasa cukup membiayai kehidupan selama setahun ke depan, sambil dia akan mencari kerja di tempat yang baru.Ponsel yang sering dia gunakan dia jual, sedangkan nomernya dia buang agar Jimmy tidak bisa melacak keberadaannya.Benar saja keesokan harinya, Jimmy berusaha menghubungi Kania namun nomor Kania terus tidak aktif hingga hal ini membuat Jimmy marah."Wanita ini beraninya dia mematikan ponselnya." Rahangnya mengeras dengan mengepalkan tangan.Seharian Jimmy terus menghubungi Kania namun sia-sia karena jelas tidak mungkin dia bisa menghubunginya.Tubuhnya yang sudah kecanduan tubuh sang
"Nggak sakit bagaimana, keadaanmu saja seperti ini." Suara protes Aron terdengar, bahkan dia merasa kesal dengan dokter pribadi Jimmy. Jimmy juga tidak tahu kenapa dokter pribadinya mengatakan jika dia tidak sakit, padahal hampir setiap hari dia lemas tak jarang sering muntah dan mual. Tak hanya itu Jimmy juga konsultasi dengan psikolog, selain sakit Jimmy juga gampang sedih, melihat kucing mati tertabrak saja matanya mengeluarkan air mata. "Entanlah apa yang terjadi denganku Aron." katanya dengan lemas. Melihat kondisi Jimmy mereka berdua sangat prihatin tapi mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa selain berharap sahabat mereka cepat sembuh. Selepas pulang dari kantor Jimmy, Arion mendapatkan panggilan telpon dari pihak maskapai yang mengabari jika pesawat milik mereka kecelakaan dan jatuh ke gunung, bangkai kapal tak sengaja tertangkap citra satelit dan setelah dikonfirmasi itu memang benar pesawat mereka yang hilang. Dilihat dari lebatnya serta curamnya medan, sudah pasti semu
Arion dan Aron melongo saling tatap, benarkah Jimmy nitip rujak? bukankah rujak biasa dikonsumsi wanita hamil atau emak-emak yang lagi kumpul?Seolah janjian keduanya mengangkat bahu barengan."Jim kamu yakin ingin makan rujak?" Aron meyakinkan."Iya, mendengar kata rujak salivaku mengucur deras."Daripada bolak balik akhirnya Arion mengajak Raka agar membawa rujak pesanan Jimmy nanti.Di dalam mobilnya, Aron dan Arion membicarakan Jimmy yang berperilaku aneh."Jimmy persis seperti aku ketika Arini hamil dulu." Kerutan di dahinya turut muncul bersamaan dengan rasa herannya."Iya Kak, apa jangan-jangan dia hamil."Celetukan Arion sontak membuat Aron tertawa, mana ada lelaki hamil yang ada istri hamil namun yang mengalami gejala kehamilan si suami."Arion, Arion." Aron menggelengkan kepala."Tapi kan dia tidak memiliki istri Kak," sahut Arion.Aron baru sadar jika Jimmy tidak memiliki pasangan, menurut Jimmy memiliki pasangan itu sangat ribet, sehingga dia memutuskan untuk melajang seumu
Bukannya Raka tidak mau tapi Kania benar-benar menghilang tanpa jejak seolah ada yang memang sengaja menyembunyikan keberadaannya."Sudahlah Raka jangan membantah tinggal cari saja," titah Jimmy.Satu-satunya tempat yang memiliki petunjuk adalah apartemen yang Kania sewa waktu itu, tapi dia tidak pernah bertemu siapa pemilik apartemen tersebut.Tak bisa mencari sendiri, Raka mencoba meminta bantuan Aron dan Arion tapi Aron dan Arion tidak bisa mengingat pekerjaan mereka yang sangat banyak, bisa saja mereka memerintahkan anak buah mereka tapi tidak ada clue, sama sekali sehingga tidak banyak yang bisa dilakukan."Menurut kamu bagaimana ini Arion?" tanya Aron."Kemungkinan Kania hamil, dan ayah biologis dari anak Kania adalah Jimmy," jawab Arion."Mana mungkin, bukankah...." Aron menghentikan ucapannya.Nampak Arion tertawa, kakaknya tertawa masih baper dengan Kania yang sebenarnya Jimmy lah pria yang Kania cintai bukan rasa nyaman terhadap Aron."Bukankah Kania nyaman dengan kamu? begit
Jimmy meminta Raka untuk tidak memberitahukan kedatangannya kepada pimpinan disana, dia ingin memantau cabang disana sebagai staf biasa. Masalahnya cukup menguras tenaga untuk itu dia tidak ingin pusing dengan banyaknya pekerjaan sebagai Presdir. "Tapi Tuan tujuan saya kesana untuk mengecek laporan keuangan langsung karena terjadi ketidaksesuaian Tuan." Raka masih tidak rela jika Tuannya yang terjun langsung apalagi datangnya sebagai staf. Jimmy berusaha meyakinkan Raka kalau semua akan baik-baik saja, Justru dengan menyamar sebagai staf dia bisa menyelidiki siapa yang menggelapkan dana perusahaan, jika dia datang sebagai presdir takutnya pelaku penggelapan bersiap. "Baiklah Tuan saya akan atur semuanya." Sebelum berangkat Jimmy berpamitan pada Aron dan Arion, tak lupa dia berterima kasih kepada dua sahabatnya tersebut berkat support dari mereka Jimmy jauh lebih baik sekarang. Dia kini sadar jika dendamnya lah yang membuat hidupnya menjadi buruk. "Sekali lagi terima kasih, Arion
Menjadi staf di kantor cabangnya sendiri membuat Jimmy harus mengikuti peraturan yang berlaku, dia tidak bisa seenaknya sendiri seperti di kantor pusat. Pukul tujuh dia telah tiba di kantor, dia segera menuju meja kerjanya dan mulai mengerjakan pekerjaannya. "Jim, dipanggil Pak Manager," ujar salah satu teman kerjanya. Jari jemarinya yang semula menari di atas keyboard terhenti, dengan malas dia beranjak dan berjalan menuju ruangan sang menager yang tak lain adalah Rio. "Hay punya sopan santun nggak!" teriak Rio karena Jimmy langsung saja menyelonong masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Kebiasaan dia yang langsung masuk ke ruangan Raka terbawa ke kantor cabang, hingga dia melakukan hal yang sama ketika masuk ke dalam ruangan manager. "Iya lupa." Dengan enteng Jimmy menjawab lupa maksudnya dia lupa jika kini dia menjadi seorang staf bukan seorang presdir. "Lupa! lupa!" maki Rio. Rio yang kesal pada Jimmy melempar berkas yang harus Jimmy kerjakan, sehingga berkas tersebut
Bergegas Kania keluar dari ruangan, dia berjalan untuk memastikan apa benar suara yang dia dengar adalah suara Jimmy, pria yang dia benci dan dia cintai selama ini. Tubuh Kania kaku menatap seorang pelanggan yang duduk menikmati kudapannya. Tak terasa air mata menganak sungai di pelupuk mata, hingga bulir-bulir air mata berjatuhan. 'Kenapa harus bertemu kembali' Dengan membalikkan badan dia menangis, lalu kembali ke ruangannya kembali. Kenangan saat itu menyeruak masuk ke dalam kepalanya, bayangan saat Jimmy dengan kejam merenggut miliknya yang dia jaga membuat tangis Kania semakin pecah. Wanita lemah ini berusaha dengan kerasa melupakan semuanya, rasa cinta, rasa kecewa dan juga bencinya terhadap mantan atasannya tapi entah kenapa takdir seolah mempermainkan dirinya, ketika dia sudah mulai bisa melupakan itu semua, Jimmy datang kembali. "Kenapa Tuhan, kenapa!" Di luar, Rio kembali dari toilet, dia benar-benar kenyang makan menu yang termahal di cafe tersebut. "Kenapa makanannya
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Tanda tanya seolah berterbangan di atas kepala Arini, dia merasa ambigu dengan suami halu yang dimaksud oleh Aron."Suami halu apaan sih Mas!" protes Arini."Kamu kan suka melihat drakor pasti ada salah satu aktor yang kamu sukai," sahutnya."Nggak cuma satu tapi banyak." Mulai malam ini Aron melarang Arini untuk menyukai para aktor Korea, dia tidak suka jika istrinya memiliki suami halu seperti apa yang dikatakan oleh Arion."Kamu tuh keterlaluan sekali sih Mas! aku tuh memang ngefans sama mereka tapi aku tidak pernah mengidamkan mereka menjadi suami halu," maki Arini lalu masuk ke dalam kamar.Malam yang romantis harus menjadi malam yang menyebalkan, ini semua gara-gara tuduhan Aron terhadap Arini."Yang selalu menjadi suami halu aku, itu kamu! yang selalu aku mimpikan, itu kamu! bukan aktor Korea." Ucapan Arini membuat Aron senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Arion tidak terjadi pada istrinya hingga dia menyesal telah membuat sang istri kesal."Karena kamu telah me
"Iya Pa, kerja sama dengan salah satu negara yang saat ini terlibat perang sudah Aron batalkan, saham terus anjlok, pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat pengembalian barang, jika dibiarkan terus produk kita sendiri yang kena imbasnya," jelas Aron. Memang dalam kasus ini serba salah, putus atau lanjut tetap berdampak terhadap perusahaan, terlebih masyarakat sangat pro dengan negara yang mayoritas muslim. "Keputusan yang bagus, meski sulit di awal tapi papa yakin ke depan kita bisa mengembalikan itu semua dengan produk kita sendiri tanpa ada pembagian saham dengan negara lain." Keputusan Aron dan Arion didukung penuh oleh Dion. Setelah berbincang dengan Aron, Dion berencana menemui Andika, dia ingin mengajak sang adik untuk membantu anak-anak mereka. "Besok datanglah ke rumah Andika, ada yang ingin aku bicarakan." Pesan singkat Dion kirim untuk sang adik. Tak menunggu waktu lama bagi Andika untuk membalas dan balasannya pasti iya. Malam itu Aron sibuk di ruang kerjanya, di
Para pegawai yang sudah dinonaktifkan melakukan demo besar-besaran, mereka tidak terima jika mereka di rumah kan oleh perusahaan. Aron dan Arion merasa sangat pusing dengan masalah yang melanda perusahaan mereka, masalah internal belum juga menemukan solusi sekarang muncul lagi masalah eksternal. "Bagaimana kak ini?" tanya Arion yang mulai was-was dengan pendemo. "Entahlah, memangnya apa yang bisa kita lakukan, kerjasama dengan negara itu sudah terputus." "Tapi kalau terus didiamkan mereka mengganggu pekerja lainnya Kak." Arini yang datang untuk mengantar makan siang tampak terkejut dengan adanya pendemo di depan kantor. Dia bertanya kepada beberapa security yang berjaga. "Kenapa pada berdemo pak?" tanya Arini. "Mereka tidak bersedia di rumahkan Nyonya," jawab security. Hari ini nampak manggut-manggut dengan jawaban security, kemudian dia berjalan masuk ke dalam. "Mas Kenapa kalian diamkan saja para pendemo itu kan kasihan mereka berdiri di depan kantor terus menerus!" protes