Sudah sangat dekat dengan Jimmy, ih aku jadi gemes ma Rio diktator sekali, jadi teringat Raymond tokoh Novel satunya hehehe, Selamat membaca Kakak semoga suka sama ceritanya
Menjadi staf di kantor cabangnya sendiri membuat Jimmy harus mengikuti peraturan yang berlaku, dia tidak bisa seenaknya sendiri seperti di kantor pusat. Pukul tujuh dia telah tiba di kantor, dia segera menuju meja kerjanya dan mulai mengerjakan pekerjaannya. "Jim, dipanggil Pak Manager," ujar salah satu teman kerjanya. Jari jemarinya yang semula menari di atas keyboard terhenti, dengan malas dia beranjak dan berjalan menuju ruangan sang menager yang tak lain adalah Rio. "Hay punya sopan santun nggak!" teriak Rio karena Jimmy langsung saja menyelonong masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Kebiasaan dia yang langsung masuk ke ruangan Raka terbawa ke kantor cabang, hingga dia melakukan hal yang sama ketika masuk ke dalam ruangan manager. "Iya lupa." Dengan enteng Jimmy menjawab lupa maksudnya dia lupa jika kini dia menjadi seorang staf bukan seorang presdir. "Lupa! lupa!" maki Rio. Rio yang kesal pada Jimmy melempar berkas yang harus Jimmy kerjakan, sehingga berkas tersebut
Bergegas Kania keluar dari ruangan, dia berjalan untuk memastikan apa benar suara yang dia dengar adalah suara Jimmy, pria yang dia benci dan dia cintai selama ini. Tubuh Kania kaku menatap seorang pelanggan yang duduk menikmati kudapannya. Tak terasa air mata menganak sungai di pelupuk mata, hingga bulir-bulir air mata berjatuhan. 'Kenapa harus bertemu kembali' Dengan membalikkan badan dia menangis, lalu kembali ke ruangannya kembali. Kenangan saat itu menyeruak masuk ke dalam kepalanya, bayangan saat Jimmy dengan kejam merenggut miliknya yang dia jaga membuat tangis Kania semakin pecah. Wanita lemah ini berusaha dengan kerasa melupakan semuanya, rasa cinta, rasa kecewa dan juga bencinya terhadap mantan atasannya tapi entah kenapa takdir seolah mempermainkan dirinya, ketika dia sudah mulai bisa melupakan itu semua, Jimmy datang kembali. "Kenapa Tuhan, kenapa!" Di luar, Rio kembali dari toilet, dia benar-benar kenyang makan menu yang termahal di cafe tersebut. "Kenapa makanannya
Jimmy berlari masuk ke dalam, mengabaikan tulisan 'Selain karyawan di larang masuk' langkahnya terhenti setelah beberapa mata menatapnya. "Pak mohon maaf selain karyawan dilarang masuk." Larangan tersebut tidak membuat Jimmy keluar. Kedua netranya memutar mencari sesosok wanita yang dia cari selama ini. "Pak, mohon pengertiannya." Permintaan keluar kembali karyawan lontarkan pada Jimmy. "Aku mencari Kania," ujarnya. Semua hanya diam menatap ke salah satu celah lemari barang yang tak jauh dari tempat mereka berdiri. Sebuah tangan mengkode mereka agar tidak ada yang memberi tahu keberadaannya. Salah satu dari mereka akhirnya menghalau Jimmy dan memintanya untuk keluar. "Tolong Pak, kami sedang bekerja." Akhirnya Jimmy menyerah dan keluar, dia sangat yakin jika wanita yang masuk ke dalam adalah Kania. Di dalam, Kania terduduk lemas di lantai sembari menangis, dia tidak menyangka Jimmy akan melihatnya. "Ada apa mbk Kania?" Mereka yang khawatir bertanya pada Kania, tapi Kania meng
Tanpa berkata apa-apa lagi Rio meninggalkan Kania dan Jimmy, dia benar-benar tidak terima jika dipermalukan seperti ini oleh Jimmy. Selepas kepergian Rio, Jimmy mengajak Kania untuk masuk ke dalam lagi, dia berusaha meyakinkan Kania agar kembali ke ibukota, karena kota ini tidak aman mengingat Kania hanya seoarang diri. "Apa yang kamu cari disini, pulangah bersamaku, kita akan menikah," bujuk Jimmy. "Tidak Pak, kan anda sudah janji akan memberi saya waktu tapi mengapa anda terus memaksa?" Di kota ini Jimmy tidak memiliki kekuasaan, dikenal sebagai staf dan jauh dari Raka benar-benar membuatnya tidak berkutik. "Baiklah Kania, semoga kamu bersedia kembali bersamaku." Raut wajah sedih terpancar dia wajah tampannya. Karena kafe ramai pengunjung, Sang manager memanggil Kania untuk kembali bekerja, 'Iya Pak," sahut Kania.Jimmy enggan pulang, malam ini dia ingin tetap tinggal untuk melihat wanita yang dia cintai bekerja.Banyaknya pelanggan membuat Kania dan pelayan lain kewalahan, bah
"Ngimpi." Rio tersenyum miring. Begitu pula dengan pimpinan kantor cabang.Kepala kantor cabang mengambil ponselnya, dia segera menghubungi Raka meminta penjelasan terkait Jimmy, dan rencananya dia ingin mengembalikan Jimmy ke kantor pusat.Beberapa panggilan pimpinan kantor cabang tidak diangkat oleh Raka, sehingga dia menyerah dan memasukkannya kembali ke dalam saku."Nggak usah minta penjelasan Pak Raka, Pak! kita pecat saja dia, karena bisa jadi dia sengaja dibuang kemari karena sikapnya yang semena-mena seperti ini." Rio berusaha memprovokasi pimpinan kantor cabang.Benar saja pimpinan kantor cabang segera mengeluarkan suara atas pemecatan Jimmy, saat bersamaan Raka datang dengan beberapa pengawal Jimmy."Siapa yang ingin kalian pecat!" tanya Raka yang lalu memberikan hormat pada Jimmy.Semua yang berada di sini melongo melihat sikap Raka yang menunduk memberi hormat pada Jimmy begitu pula dengan beberapa pengawal yang dia bawa.Jimmy yang sebentar lagi identitasnya akan terbuka n
Jimmy segera memerintahkan Raka untuk mengurus semua keperluan pernikahan, keputusan yang dibilang mendadak membuat Raka kewalahan, karena dia harus menyelesaikan misi di kantor cabang. "Urusan kantor cabang urus sertakan pernikahanku, kita beri waktu pelaku penggelapan dana untuk menghirup udara bebas." Raka menurut saja karena hanya itu opsi yang dia punya.Sore ini Raka akan kembali ke ibukota untuk mengurus berkas-berkas Jimmy. Tak hanya itu dia yang kemungkinan akan sibuk di kota S meminta Arion untuk menghandle kerja sama mereka. "Jimmy belum kembali?" tanya Arion. "Belum Pak, malah minggu depan Pak Jimmy akan melangsungkan pernikahan," jawab Raka. Mendengar jawaban Raka tentu membuat Arion shock, bagaimana tidak pamitnya ingin mengurus kantor cabang tapi nggak tahunya malah menikah. "Apa dia sudah move on dari Kania?" Aron kembali melontarkan pertanyaan. "Tuan Jimmy menikah dengan Nona Kania Pak." Lagi-lagi jawaban Raka membuat Arion shock, dia tidak menyangka ternyata J
Inilah malam yang ditunggu-tunggu oleh Jimmy, karena malam ini dia akan bernostalgia ketika dia dan Kania menyatu dalam surga dunia. "Kamu kenapa gugup sekali?" Kania nampak memucat. Jimmy berusaha merilekskan Kania dengan sedikit memberikan pijatan lembut kepada sang istri. "Gimana? lebih nyaman kan?" "Iya Pak," jawab Kania sembari memejamkan matanya berusaha menikmati setiap pijatan. Sudah lama Jimmy merasa geram kepada Kania yang terus memanggilnya dengan sebutan Pak. "Sayang aku ini suamimu bukan atasanmu lagi," protes Jimmy. Sesuai kesepakatan bersama akhirnya Kania memanggil Jimmy dengan sebutan Mas, dia juga berusaha untuk berbicara menggunakan bahasa sehari-hari bukan bahasa baku layaknya bawahan dan atasan. "Iya Mas." Tak sabar ingin merasakan surga dunia kembali, Jimmy mengajak Kania berbaring di tempat tidur. Satu persatu Jimmy melepas kencing baju sang istri, hingga keduanya dalam keadaan polos tanpa busana. Pergumulan akhirnya terjadi, lama tidak melakukannya
Aurora benar benar nama yang indah, semua pun setuju jika bayi Arion diberi nama Aurora. Lengkap sudah kebahagiaan keluarga Andika dengan hadirnya Aurora. "Selamat Andika, atas lahirnya Aurora," kata Dion lalu memeluk adiknya tersebut. "Nggak terasa ya Kak kita sudah menjadi kakek-kakek, perasaan baru kemaren kita menikah," sahut Andika. "Waktu memang cepat berlalu Andika, lihatlah sebentar lagi Aurota akan tumbuh dengan cepat, sama seperti Arsen yang nggak terasa udah setahun lebih," timpal Dion. Berbeda dengan Arini Asi Dania langsung keluar begitu Aurora menghisapnya hal ini membuat Rea sangat lega, karena bagaimanapun juga makanan terbaik untuk bayi adalah ASI. Asih Dania keluar begitu melimpah membuat Arini yang mengetahui itu semua menjadi iri. "Asi kamu banyak sekali Dania," kata Arini ketika dia dan Aron datang menjenguk Dania. Dania hanya tersenyum sambil mengangguk, dia sendiri juga tidak tahu mengapa aslinya begitu melimpah padahal secara fisik Arini jauh lebih bugar
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Tanda tanya seolah berterbangan di atas kepala Arini, dia merasa ambigu dengan suami halu yang dimaksud oleh Aron."Suami halu apaan sih Mas!" protes Arini."Kamu kan suka melihat drakor pasti ada salah satu aktor yang kamu sukai," sahutnya."Nggak cuma satu tapi banyak." Mulai malam ini Aron melarang Arini untuk menyukai para aktor Korea, dia tidak suka jika istrinya memiliki suami halu seperti apa yang dikatakan oleh Arion."Kamu tuh keterlaluan sekali sih Mas! aku tuh memang ngefans sama mereka tapi aku tidak pernah mengidamkan mereka menjadi suami halu," maki Arini lalu masuk ke dalam kamar.Malam yang romantis harus menjadi malam yang menyebalkan, ini semua gara-gara tuduhan Aron terhadap Arini."Yang selalu menjadi suami halu aku, itu kamu! yang selalu aku mimpikan, itu kamu! bukan aktor Korea." Ucapan Arini membuat Aron senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Arion tidak terjadi pada istrinya hingga dia menyesal telah membuat sang istri kesal."Karena kamu telah me
"Iya Pa, kerja sama dengan salah satu negara yang saat ini terlibat perang sudah Aron batalkan, saham terus anjlok, pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat pengembalian barang, jika dibiarkan terus produk kita sendiri yang kena imbasnya," jelas Aron. Memang dalam kasus ini serba salah, putus atau lanjut tetap berdampak terhadap perusahaan, terlebih masyarakat sangat pro dengan negara yang mayoritas muslim. "Keputusan yang bagus, meski sulit di awal tapi papa yakin ke depan kita bisa mengembalikan itu semua dengan produk kita sendiri tanpa ada pembagian saham dengan negara lain." Keputusan Aron dan Arion didukung penuh oleh Dion. Setelah berbincang dengan Aron, Dion berencana menemui Andika, dia ingin mengajak sang adik untuk membantu anak-anak mereka. "Besok datanglah ke rumah Andika, ada yang ingin aku bicarakan." Pesan singkat Dion kirim untuk sang adik. Tak menunggu waktu lama bagi Andika untuk membalas dan balasannya pasti iya. Malam itu Aron sibuk di ruang kerjanya, di
Para pegawai yang sudah dinonaktifkan melakukan demo besar-besaran, mereka tidak terima jika mereka di rumah kan oleh perusahaan. Aron dan Arion merasa sangat pusing dengan masalah yang melanda perusahaan mereka, masalah internal belum juga menemukan solusi sekarang muncul lagi masalah eksternal. "Bagaimana kak ini?" tanya Arion yang mulai was-was dengan pendemo. "Entahlah, memangnya apa yang bisa kita lakukan, kerjasama dengan negara itu sudah terputus." "Tapi kalau terus didiamkan mereka mengganggu pekerja lainnya Kak." Arini yang datang untuk mengantar makan siang tampak terkejut dengan adanya pendemo di depan kantor. Dia bertanya kepada beberapa security yang berjaga. "Kenapa pada berdemo pak?" tanya Arini. "Mereka tidak bersedia di rumahkan Nyonya," jawab security. Hari ini nampak manggut-manggut dengan jawaban security, kemudian dia berjalan masuk ke dalam. "Mas Kenapa kalian diamkan saja para pendemo itu kan kasihan mereka berdiri di depan kantor terus menerus!" protes