Beranda / Horor / Gairah Khodam Leluhur / Dikejar Kuntilanak Saat Melahirkan

Share

Dikejar Kuntilanak Saat Melahirkan

"Lea, becanda elu orang enggak lucu, Berengsek!" umpat Firyan.

"Bang! Tolong, Bang!" Seseorang di balik pintu kembali memohon bantuan diiringi ketukan yang makin nyaring.

Firyan terhimpit dan tidak tahu harus berkata apa. Akhirnya, dia melangkah perlahan dengan kaki yang terlihat bergetar. Deritan pintu mulai terdengar. Sialnya tidak ada siapa pun. Suara bising yang mengganggunya lenyap seketika.

"Eue, kambing bener tu istri sialan!" Firyan mengubah ekspresinya.

Bagaimana bisa Lea mengerjainya di saat-saat dia membutuhkan istirahat dan dukungan mental? Sepasang kakinya yang jenjang terrayun gusar ke arah kamar. Kali ini, dia tidak akan menahan diri jika sampai menemukan Lea di sana. Hanya butuh beberapa detik, pintu tersebut terpental dalam satu kali tendangan. Namun, lagi-lagi kamar itu kosong.

"Ke mana itu orang? Pusing gue, weh! Argh!"

Ketika Firyan mendesah berulang kali, dia merasakan sentuhan seseorang di bahunya yang lebar. Sentuhan yang begitu lembut, tetapi dinginnya menusuk sampai ke tulang. Lelaki tinggi itu memutar bola matanya seraya mengembuskan napas kasar. Setelah itu, dia membalik punggung.

Wajah Firyan berubah keruh. Kemarahannya menguap entah ke mana. Di depan matanya, Lea berdiri dengan wajah penuh kesakitan. Bagian bawah tubuhnya bersimbah darah. Perempuan itu sedikit membungkuk sambil memegangi perutnya yang besar. Sekali lagi merintih meminta belas kasih.

"Lea!"

Tanpa berpikir panjang, Firyan menggendong istrinya keluar. Dia tidak berniat meminta bantuan para tetangganya. Desa adalah tujuannya. Namun, karena panik, jalan yang diambil sama sekali tidak benar. Dia malah masuk ke hutan lebih dalam melalui medan yang melelahkan serta suasana yang membuat trauma kembali menyerangnya.

Tepat, di sisi air terjun, Firyan tersungkur karena ketakutan. Laki-laki itu tidak hanya dicekoki rasa trauma. Namun, lebih dari itu, sesosok bayangan putih terus mengintainya. Seringai sosok berwajah rusak tersebut tak lepas dari perut buncit Lea. Perempuan malang itu tergeletak tak berdaya di tanah. Rintihannya makin intens.

"Bang, sakit ...." Lirihan Lea nyaris tidak dapat didengar.

"Lea ... Lea .... Ada setan!" ujar Firyan dengan suara menggigil.

Lea menggulir bola matanya. Dari arah samping, dia melihat sosok kuntilanak terbang mendekati mereka. Awalnya tanpa suara, tetapi makin dekat, kuntilanak itu memamerkan suara yang mengerikan. Lea yang terkesiap membaca ayat kursi dengan terbata-bata.

Bersama dengan itu, rasa sakit yang menderanya tidak bisa ditahan lagi. Kontraksi yang sesungguhnya telah tiba. Lea mengejan sambil meneruskan bacaan semampunya. Puncaknya, jeritnya lepas bersama tangisan bayi. Beberapa detik setelahnya, Lea kehilangan kesadaran.

Firyan membuka mata dan memutuskan untuk melawan rasa takutnya. Dia panik melihat keadaan Lea, tetapi hatinya segera menghangat saat melihat bayinya yang cantik. Firyan mengambil batu tajam yang berada di sekitarnya, lalu menggunakannya untuk memotong tali pusat.

"Lea, bangun!" seru Firyan. Seberapa keras dia berusaha, istrinya tetap menutup mata.

"Argh ... sialan!" Lelaki berdarah Jawa-Lampung tersebut menghempas tangannya ke udara.

Kini, dia harus memikirkan cara untuk kembali ke rumah. Dia tidak mampu menggendong keduanya tanpa alat bantu. Namun demikian, bertahan di tempat seperti itu juga tidak memungkinkan. Lea membutuhkan pertolongan dengan cepat.

Firyan terlihat sangat frustrasi dengan situasi seperti itu. Bayinya yang terus menangis memaksanya untuk mengambil tindakan dengan cepat. Akhirnya, dia bangun bersama bayinya dengan sebuah keputusan.

"Lea, elu orang tunggu di sini! Gue mesti minta pertolongan," gumam Firyan dengan ekspresi yang sedih. Bagaimana pun juga, dia menyayangi Lea.

Firyan mulai menyeret langkahnya dengan berat. Namun, belum mencapai lima langkah, pemandangan di depannya membuatnya tubuhnya seketika membeku. Sosok yang dia sebut sebagai setan sudah menunggunya. Mata Firyan terbelalak ketika setan berambut panjang itu melayang sambil tertawa.

Rasa takut yang dahsyat membuat mulutnya terkunci. Beberapa saat aksi mencengangkan itu terjadi, lelembut menghilang. Firyan dapat mengatur kembali detak jantungnya yang tidak karuan. Beberapa saat ketika dia merasa suasana sudah aman, dari belakang punggungnya, makhluk itu mengulurkan tangannya yang penuh nanah ke bayi yang berada dalam dekapan Firyan. Karena terkejut, Firyan pun akhirnya pingsan.

***

"Di mana ini?" Firyan yang mulai sadar, mengusap mata agar lebih terang penglihatannya.

Dia bergegas bangun dan menyadari bahwa kini dia tidak lagi berada di hutan melainkan di dalam rumah. Seketika itu dia langsung teringat dengan istri dan anaknya. Firyan pergi ke kamar karena mendengar suara tangis bayi yang keras.

Di sana dia melihat bayinya tengah digendong oleh seorang gadis yang tidak dia kenal sedangkan Lea masih terbaring lemah di kasur dengan mata yang masih menutup. Gadis itu memakai kebaya pendek. Rambutnya yang disanggul mempertegas lehernya yang jenjang.

"Hei! Sapa lu orang?" Firyan berteriak sambil berjalan ke arah gadis itu.

Gadis cantik tanpa riasan wajah tersebut menengok dan memperlihatkan senyuman yang sangat manis. Ia memberi kode agar Firyan tidak berteriak. Selanjutnya, ia bernyanyi langgam Jawa. Firyan tidak bisa apa-apa. Suara gadis itu teramat merdu sehingga bukan hanya bayinya saja yang menjadi tenang, tetapi juga jiwa Firyan yang tengah tidak stabil. Setelah tertidur, Firyan melihat gadis itu meletakkan jabang bayi di samping Lea, lalu berjalan menghampirinya.

"Namaku Anggara Kasih," ujar sang gadis sambil mengulurkan tangannya yang lembut. Kecantikan Anggara Kasih berhasil membuat Firyan tercengang.

"Halo! Ada yang salah, ya?" Gadis itu bertanya. Kali ini Firyan segera sadar dan langsung menjabat tangan Anggara Kasih yang masih tergantung di udara.

"Gue Firyan!"

"Aku tahu, kok!" sahut Anggara.

"Elu orang tahu gue? Kok bisa? Elu sapa, sih ... Saudara Lea, ya?" Firyan mengerutkan dahi. Gadis yang terlihat masih sangat muda itu menggeleng. Dia memajukan wajahnya satu inci lebih dekat dengan Firyan.

"Suatu saat nanti kamu akan tahu. Yang jelas, kamu bisa panggil aku kapan pun kamu mau," terang Anggara membuat Firyan makin bingung.

"Oh, iya ... Tadi aku ngeliat kamu sama Lea pingsan dan bayimu hampir dibawa ... Em aku enggak tahu itu manusia apa bukan karena dia langsung kabur pas ngeliat aku. Lain kali, hati-hati kalo jalan di tempat yang seperti itu," Anggara melanjutkan.

"Makasih, lah, dah mau nolong kami orang."

"Sama-sama! Oh, ya ... Aku pamit, ya! Udah malam, enggak bisa lama-lama."

Tanpa menunggu jawaban dari Firyan, gadis molek berkulit putih itu melenggang. Firyan kembali larut dalam tanda tanya. Siapa sebenarnya gadis bernama Anggara Kasih itu? Pasalnya, dia sama sekali belum pernah melihatnya. Akan tetapi, gadis itu seolah-olah sudah lama mengenalnya.

"Et, dah! Kenapa dia bisa tahu si Lea juga? Tahu juga kalo tempat ini tempat tinggal kami. Siapa dia orang tu?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status