"Vina tolong bantu aku!" Vina segera berlari memapah sahabatnya itu. Sepintas, ia melihat Elvano yang berada kursi kemudi. Tidak heran, orang gila yang menerobos itu adalah Suami sahabatnya sendiri. "Aku mual…," Mendengar penuturan Rubby, Vina melotot. Ia dengan cepat mendekati bibirnya di telinga Rubby, "kamu hamil?" bisiknya. "Hei, tidak! Aku sudah menggunakan kontrasepsi. Jadi, mana mungkin aku hamil—"Vina dengan cepat menutup mulut Rubby saat Devan menatap Rubby dengan tatapan selidik, "kecilkan, suaramu, bodoh! Jika ada yang mendengar, kau akan mendapatkan cibiran!" bisik Vina menekan. Sementara Elvano, memundurkan kendaraan merah itu dan segera meninggalkan kampus Istrinya. "Rubby, mengapa kau sampai naik damkar kemari? Wah, jika Rektor melihat gerbangnya rusak begini, aku takut kamu langsung di DO," ucap Devan yang menghampiri Rubby. Rubby menggaruk tengkuknya. "Haa! Itu karena, aku tidak ingin terlambat. Dari ini aku menghadang petugas pemadam kebakaran. Mungkin, para p
Olivia berlari ke arah toilet dengan nafas tersengal-sengal. Sesampainya di dalam toilet, dia melihat Rubby berdiri di depan cermin wastafel. Dengan emosi yang memuncak, Olivia langsung menarik bahu Rubby. "Plak!" Olivia menamparnya dengan keras di pipi.Rubby, yang tidak terima dengan perlakuan Olivia, langsung membalas dengan menendang kakinya ke perut Olivia. "Bruk!" Membuat Olivia terduduk di atas lantai.Rubby memberikan tatapan tajam ke arah Adik tiri itu. "Apa Maksudmu menamparku, hah? Aku tidak punya urusan dengan wanita bedebah sepertimu, ya!" Rubby memekik.Olivia memandangi Rubby yang berdiri sambil memegangi perutnya yang sakit. "Kenapa kamu masih berani muncul di kampus?" tanyanya dengan suara meringis. Rubby melipat kedua tangannya di dada, "Apa urusanmu? Memangnya ini kampus punya Ibumu, hah? Kau pikir, dengan ayah membekukan semua akunku dan akses yang ku punya, aku akan menangis? Oh... Tentu tidak, Esmeralda!" "Cih, aku tahu, kau memang wanita jalang simpanan Elvan
"Rubyy apa kau tidak apa-apa?" Tanya Vina khawatir saat dirinya menemui Rubyy di cafetaria area kampus ketika wanita di depannya habis berkelahi dengan adik tirinya. "Kelihatannya?" jawab Rubyy ketus. Rubyy memainkan sedotan yang diputar-putar dalam gelas dengan perasaan gondok. Dia mengalah pergi dari rumah agar dirinya tidak melihat wajah menjengkelkan Ibu—Adik tirinya. Tetap saja, walaupun beda semester dan jurusan, Rubyy selalu bertemu dengan Olivia. Wanita rubah bermuka dua itu.Entah Vina harus membuka obrolan seperti apa agar Rubyy tidak merasa tersinggung. "Oh… iya, Rubby, semalam kamu menelpon. Katanya, kamu ingin aku menemanimu, kemana?" setelah berpikir, akhirnya Vina berkata demikian. "Aku ingin kau menemaniku membeli beberapa gaun untuk kupakai malam ini," jawab Rubby yang masih saja memasang wajah kesalnya akibat perkelahian yang terjadi di toilet."Hm… apa Paman Hubby mu itu tidak membelikan mu gaun untukmu?" Rubby tiba-tiba melotot saat Vina mengartikan Elvano ada
"Monster kecil, jangan takut. Aku ada di belakangmu. Apa yang tadi aku katakan, tolong diingat dengan baik-baik!" Elvano menggenggam tangan Rubby memberikan dukungannya kepada wanitanya. Ruby, mencengkram telapak tangan itu dengan kekuatan yang mengalir di sana. "Terima kasih, Paman," jawab Rubby tersenyum haru menatap Elvano. Elvano mendaratkan kecupan lembut di dahi Rubby. Membuat Rubby semakin percaya diri jika klarifikasi malam ini akan berhasil. "Sana, segera turun!" Rubby mengangguk penuh keyakinan. Wanita itu memutar tubuhnya dan meraih handle pintu mobil. Rubby pun turun dari mobil mewah berwarna hitam itu dengan langkah yang begitu anggun. Di bawahnya terhampar karpet merah yang menambah keanggunan langkahnya. Sorotan kamera dan tatapan para reporter langsung tertuju kepada Rubby, membuat Rubby malam ini menjadi pusat perhatian."Nona Rubby, siapa yang berada di dalam mobil itu?""Nona Rubby, bisakah anda melihat kemari?" "Nona Rubby, tolong beri penjelasan mengenai hub
"Yang benar saja! Semua orang di kota ini tahu tentang kita! Reputasiku akan hancur karena kebodohan mu!"Toni memerahi Olivia dengan murka. Dia merasa marah dan kecewa karena skandal perselingkuhan mereka telah terbongkar di media dan seluruh kota mengkritik perselingkuhan mereka. Toni merasa bahwa Olivia adalah wanita yang bodoh karena tindakan mereka telah mengakibatkan kehancuran Blair."Maafkan aku, Toni. Aku tidak bermaksud seperti ini. Aku tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi dan bagaimana bisa Olivia mendapatkan Screenshot obrolan kita."Olivia Menangis dengan wajah tertunduk kala Toni memaki dan menyalahkan semua yang terjadi.Toni bercakak. Ia tidak tahu lagi harus membersihkan namanya seperti apa. Niat ingin memanfaatkan keluarga Anderson, pria itu malah mendapatkan cibiran seluruh kota akibat perselingkuhannya dan Olivia tersebar. "Semua ini gara-gara kamu! Kamu yang merayuku! Dan betapa bodohnya dirimu karena masih menyimpan obrolan kita!" "Ini bukan salahku! Ini sala
Rubby menggeliat. "Ah, kenapa tubuhku terasa begitu pegal?"Rubby merasa pegal di seluruh tubuhnya saat terbangun dari tidurnya. Ini akibat adegan panas yang dia lakukan dalam mobil bersama Elvano yang tidak melihat situasi dimana mereka harus melakukan aksi genjotan. "Haaa… sudahlah, paman itu tentu sudah ke perusahaan. Aku harus segera ke kampus," Gumam Rubby beranjak turun dari tempat tidur. Saat kakinya menyentuh lantai, pandangan Rubby tertuju ke arah kertas note yang berada di bawah lampu tidur di atas meja. Rubby meraih kertas tersebut kemudian membacanya. To Monster Kecil: Jika kau bangun, segera mandi dan sarapan sebelum kau melakukan aktivasi. Aku sudah menyiapkan mobil untukmu. Kunci mobil ada di samping lampu. Dan Ibumu, kini sudah pindah rumah. Jika Ibumu menanyakan dari mana kau mendapatkan uang untuk membeli itu semua, katakan saja jika kamu menang "Judi Slot" Rubby yang membaca pesan tersebut hanya tersenyum. "Paman aneh," Rubby mengalihkan pandangan ke arah lampu
“Hah, membunuhku? Apa kau sedang mengigau, hah?’Rubby, mencoba menahan tangan Olivia yang ingin menamparnya. Olivia menjerit kesetanan saat Kakak tirinya itu mencengkram pergelangan tangannya sambil menekan dengan kukunya.“Lepas, Aku tahu ini semua sudah pasti rencanamu dengan Elvano. Dasar wanita jalang!” Olivia memaki dengan air mati yang terus mengalir di pipinya.Rubby tersenyum iblis memberikan tatapan tajam kepada Adik tirinya itu. Rubby, menarik tangan Olivia ke depan hingga wajah Olivia hanya berjarak beberapa inci dari wajah Rubby.Kini, Satu tangan Rubby mencengkram pipi Olivia. “Memangnya kenapa, kalau aku yang melakukannya? Kau bisa berbuat apa? Ingin menamparku dengan tangan kotormu, huh?” Rubby menekan dengan cengkraman yang semakin kuat di pipi Olivia.Soraya yang melihat betapa kejamnya Rubby, segera berlari ingin menghentikan aksi Rubby yang begitu tega sampai-sampai, membuat anaknya merintih kesakitan. “Rubby, Itu Adikmu. Tidak sepantasnya kau memperlakukan Adikmu
Rubby memarkirkan mobil merah berlogo kuda jingkrak itu di basement perusahaan Elvano. Rubby turun dari mobilnya lalu melangkah tegap menuju ke arah lift. Ting! Pintu lift terbuka. Deretan pengawal Elvano sudah berjajar dengan rapi menyambut kedatangan Rubby. "Selamat datang, Nyonya!" Seru mereka kompak. Dengan acuh, Rubby melewati pengawal-pengawal tersebut. Seorang wanita dengan pakaian formal—rok selutut berjalan ke arah Rubby. "Nyonya, tuan sudah menunggu anda di dalam," ucap wanita itu penuh semangat. Rubby membuka kacamatanya lalu ekor matanya melirik ke arah wanita itu. "Mengapa Paman memanggilku? Apakah ada hal yang penting?" "Tidak tahu, Nyonya. Silahkan anda menemui tuan saja agar lebih jelas.Rubby kini berjalan dengan gugup di dampingi oleh wanita tersebut. Rubby, menuju ke ruangan Elvano. Rubby tidak mengerti mengapa dirinya disuruh untuk datang ke ruangan Suaminya itu. Biasanya, Elvano akan menangani urusan pekerjaan sendiri tanpa melibatkannya. Kini, Rubby dan wa