"Monster kecil, jangan takut. Aku ada di belakangmu. Apa yang tadi aku katakan, tolong diingat dengan baik-baik!" Elvano menggenggam tangan Rubby memberikan dukungannya kepada wanitanya. Ruby, mencengkram telapak tangan itu dengan kekuatan yang mengalir di sana. "Terima kasih, Paman," jawab Rubby tersenyum haru menatap Elvano. Elvano mendaratkan kecupan lembut di dahi Rubby. Membuat Rubby semakin percaya diri jika klarifikasi malam ini akan berhasil. "Sana, segera turun!" Rubby mengangguk penuh keyakinan. Wanita itu memutar tubuhnya dan meraih handle pintu mobil. Rubby pun turun dari mobil mewah berwarna hitam itu dengan langkah yang begitu anggun. Di bawahnya terhampar karpet merah yang menambah keanggunan langkahnya. Sorotan kamera dan tatapan para reporter langsung tertuju kepada Rubby, membuat Rubby malam ini menjadi pusat perhatian."Nona Rubby, siapa yang berada di dalam mobil itu?""Nona Rubby, bisakah anda melihat kemari?" "Nona Rubby, tolong beri penjelasan mengenai hub
"Yang benar saja! Semua orang di kota ini tahu tentang kita! Reputasiku akan hancur karena kebodohan mu!"Toni memerahi Olivia dengan murka. Dia merasa marah dan kecewa karena skandal perselingkuhan mereka telah terbongkar di media dan seluruh kota mengkritik perselingkuhan mereka. Toni merasa bahwa Olivia adalah wanita yang bodoh karena tindakan mereka telah mengakibatkan kehancuran Blair."Maafkan aku, Toni. Aku tidak bermaksud seperti ini. Aku tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi dan bagaimana bisa Olivia mendapatkan Screenshot obrolan kita."Olivia Menangis dengan wajah tertunduk kala Toni memaki dan menyalahkan semua yang terjadi.Toni bercakak. Ia tidak tahu lagi harus membersihkan namanya seperti apa. Niat ingin memanfaatkan keluarga Anderson, pria itu malah mendapatkan cibiran seluruh kota akibat perselingkuhannya dan Olivia tersebar. "Semua ini gara-gara kamu! Kamu yang merayuku! Dan betapa bodohnya dirimu karena masih menyimpan obrolan kita!" "Ini bukan salahku! Ini sala
Rubby menggeliat. "Ah, kenapa tubuhku terasa begitu pegal?"Rubby merasa pegal di seluruh tubuhnya saat terbangun dari tidurnya. Ini akibat adegan panas yang dia lakukan dalam mobil bersama Elvano yang tidak melihat situasi dimana mereka harus melakukan aksi genjotan. "Haaa… sudahlah, paman itu tentu sudah ke perusahaan. Aku harus segera ke kampus," Gumam Rubby beranjak turun dari tempat tidur. Saat kakinya menyentuh lantai, pandangan Rubby tertuju ke arah kertas note yang berada di bawah lampu tidur di atas meja. Rubby meraih kertas tersebut kemudian membacanya. To Monster Kecil: Jika kau bangun, segera mandi dan sarapan sebelum kau melakukan aktivasi. Aku sudah menyiapkan mobil untukmu. Kunci mobil ada di samping lampu. Dan Ibumu, kini sudah pindah rumah. Jika Ibumu menanyakan dari mana kau mendapatkan uang untuk membeli itu semua, katakan saja jika kamu menang "Judi Slot" Rubby yang membaca pesan tersebut hanya tersenyum. "Paman aneh," Rubby mengalihkan pandangan ke arah lampu
“Hah, membunuhku? Apa kau sedang mengigau, hah?’Rubby, mencoba menahan tangan Olivia yang ingin menamparnya. Olivia menjerit kesetanan saat Kakak tirinya itu mencengkram pergelangan tangannya sambil menekan dengan kukunya.“Lepas, Aku tahu ini semua sudah pasti rencanamu dengan Elvano. Dasar wanita jalang!” Olivia memaki dengan air mati yang terus mengalir di pipinya.Rubby tersenyum iblis memberikan tatapan tajam kepada Adik tirinya itu. Rubby, menarik tangan Olivia ke depan hingga wajah Olivia hanya berjarak beberapa inci dari wajah Rubby.Kini, Satu tangan Rubby mencengkram pipi Olivia. “Memangnya kenapa, kalau aku yang melakukannya? Kau bisa berbuat apa? Ingin menamparku dengan tangan kotormu, huh?” Rubby menekan dengan cengkraman yang semakin kuat di pipi Olivia.Soraya yang melihat betapa kejamnya Rubby, segera berlari ingin menghentikan aksi Rubby yang begitu tega sampai-sampai, membuat anaknya merintih kesakitan. “Rubby, Itu Adikmu. Tidak sepantasnya kau memperlakukan Adikmu
Rubby memarkirkan mobil merah berlogo kuda jingkrak itu di basement perusahaan Elvano. Rubby turun dari mobilnya lalu melangkah tegap menuju ke arah lift. Ting! Pintu lift terbuka. Deretan pengawal Elvano sudah berjajar dengan rapi menyambut kedatangan Rubby. "Selamat datang, Nyonya!" Seru mereka kompak. Dengan acuh, Rubby melewati pengawal-pengawal tersebut. Seorang wanita dengan pakaian formal—rok selutut berjalan ke arah Rubby. "Nyonya, tuan sudah menunggu anda di dalam," ucap wanita itu penuh semangat. Rubby membuka kacamatanya lalu ekor matanya melirik ke arah wanita itu. "Mengapa Paman memanggilku? Apakah ada hal yang penting?" "Tidak tahu, Nyonya. Silahkan anda menemui tuan saja agar lebih jelas.Rubby kini berjalan dengan gugup di dampingi oleh wanita tersebut. Rubby, menuju ke ruangan Elvano. Rubby tidak mengerti mengapa dirinya disuruh untuk datang ke ruangan Suaminya itu. Biasanya, Elvano akan menangani urusan pekerjaan sendiri tanpa melibatkannya. Kini, Rubby dan wa
Elvano dan Rubby berjalan menuju mansion setelah merayakan ulang tahun Rubby di ruangan. Setibanya di mansion, Elvano dengan penuh kasih sayang menggendong tubuh istrinya, menuju ke arah kamar dengan keinginan yang terpendam."Apa kau sudah siap?" tanya Elvano dengan senyuman nakal menatap Rubby yang kini berada di dalam gendongannya. Rubby tersenyum lembut, dia memberikan kecupan singkat di pipi Elvano. "Tentu aku siap, aku sudah berjanji, jika aku akan melayani Paman malam ini," ucap Rubby menggoda. Elvano sedikit mengangkat tubuh Rubby, Dia melahap bibir wanita itu dengan kasar dan penuh nafsu yang sedari tadi pria itu pendam. Rubby bergelayut pada leher pria itu dan membalas cumbu-cumbuan yang diberikan oleh Elvano dengan lidah yang kian liar dengan deru nafas mereka kian menderu.Kini Elvano memasuki kamar mereka tanpa melepaskan ciuman liar dari bibir mereka, Elvano meletakkan tubuh Rubby dengan lembut di tempat tidur sambil tangannya membuka kancing kemejanya satu persatu tan
"Jika tidak penting, kenapa Paman tidak mengizinkanku untuk melihat siapa yang menelpon?"Rubby merasa sangat kesal ketika Elvano mematikan ponselnya. Ia berpikir bahwa ada hal penting yang menyebabkan ponselnya berdering, namun Elvano dengan seenaknya memutuskan sambungan telepon tersebut."Sudah aku katakan, malam ini kamu denganku! Tidak ada orang lain yang mengganggu kita! Mau penting atau tidak, kamu harus menemaniku!" Sama halnya dengan Rubby, Elvano juga merasa kesal. Dia sedang berusaha menciptakan suasana romantis, tetapi acaranya terganggu oleh bunyi dering ponsel. Tanpa ragu, Elvano segera mematikan ponsel tersebut agar tidak mengganggu momen yang sedang ia ciptakan."Paman, kamu harus lebih memperhatikan perasaanku. Aku ingin kita bisa saling mendukung dan menghargai satu sama lain dan tidak saling mengekang!" kata Rubby dengan sedikit nada kekecewaan."Aku hanya tidak ingin momen kita bersama ini dikacaukan oleh orang lain!" ketus Elvano.Rubby yang masih merasa sangat ke
"Untung saja, Paman tidak ikut. Mana ada pria nongkrong dengan wanita?"Rubby bermonolog saat dirinya kini sedang menyetir menuju ke arah cafe dimana dia dan Vina sudah membuat janji untuk bertemu. Sebelumnya, Elvano ingin ikut karena khawatir jika Rubby pergi sendiri. Sebab, malam juga sudah larut. Setelah beberapa menit, mobil merah itu terparkir di depan kafe. Rubby segera turun dari mobilnya dan menuju ke arah bangunan kafe. Dia merasa senang dan bersemangat saat dirinya masuk ke dalam cafe, dia melihat Vina, temannya, sudah menunggunya dengan senyum cerah di wajahnya."Hai Vina! Terima kasih sudah menunggu!" seru Rubby saat berdiri di depan Vina yang sudah bersama dengan satu kue ulang tahun di depannya.Vina berdiri sambil memeluk tubuh sahabatnya itu. "Selamat ulang tahun, Rubby! Semoga kamu selalu bahagia, ya!" ucapnya penuh semangat.Rubby begitu tersentuh mendengar ucapan yang Vina katakan. "Terima kasih, Vina! Kuenya terlihat enak sekali. Aku benar-benar beruntung memiliki