"Gio, bagaimana hasilnya? Apakah semuanya berjalan dengan lancar?" tanya Vina saat dia baru selesai memberikan sarapan kepada Vincent, putranya. Gio yang hendak bersiap-siap pergi ke perusahaan pun menghentikan langkah kakinya dan menunggu Vina menghampirinya. "Cup!" satu kecupan singkat Gio berikan kepada Vina. Pria itu merangkul pinggang Vina lalu menarik pinggang istrinya itu. "Baby boys kemana?" tanya Gio. "Dibawa oleh pengasuh. Hari ini aku ingin menjenguk Amora. Kasihan, ya. Gara-gara masalah keluarga, Amora jadi sakit karena merindukan Elvano. Apakah kamu juga akan seperti itu, Gio?" tanya Vina. Karena Vina begitu tahu bagaimana bejatnya Sergio dulu. "Kau ingin menyindirku, Sayang? Apakah semua perjuanganku belum bisa mbuatmu percaya jika aku telah berubah, hah?" Vina terkekeh mendengar ucapan Sergio, Vina menarik dasi Sergio hingga wajah mereka menempel. Vina mengecup bibir Sergio dengan lembut, melakukannya berulang-ulang.Sergio menarik rapat tubuh Vina, dia melepaskan
"Permisi!" Andre yang tengah menulis beberapa laporan pun mengangkat wajahnya saat ada suara. Wajahnya seketika berubah saat melihat kehadiran Gina. "Paman Dokter, apakah kamu sibuk?" tanya Gina dengan hati-hati. "Menurutmu?" jawab Andre begitu dingin. Gina menggigit bibir bawahnya saat mendengar jawaban Andre. Wanita itu masih berdiri mematung di ambang pintu tidak berani masuk karena mendapatkan respon yang kurang baik dari Andre. "Maafkan aku, Paman Dokter," ucap Gina pelan. "Sudah? Jika sudah selesai, pergilah. Jangan berdiri di pintu ruangan. Karena kau akan menghalangi pasien yang akan masuk!" cetus Andre.Gina tampak cemas. Dia tahu bahwa Andre masih membencinya, dia datang menemui Andre karena ingin memperbaiki hubungannya dengan pria berkacamata yang sedang duduk di kursi kerja. "Paman Dokter, aku ... aku ingin mengatakan sesuatu," ujar Gina berbisik.Andre meraih pena yang ada di atas meja, lalu menatap Gina dengan tatapan tajam. "Katakan apa, huh?" tanya Andre dengan
"Yey! Athilnya Mola bisa sehat!" Amora yang baru keluar dari rumah sakit setelah tiga hari dirawat kini berlari memasuki kediaman Elvano. Elvano dan Rubby saling merangkul pinggul menatap kecerian anak mereka dengan senyum yang lebar. "Nak, jangan lari-lari. Kalau jatuh bagaimana? Apa Amor mau ke rumah sakit lagi?" teriak Rubby. Elvano merapatkan pinggul Rubby dengan tubuhnya. "Nama juga anak-anak. Lowbat kalau sakit doang. Nah, rencananya kita mau liburan kemana untuk merayakan kesembuhan Amor?" tanya Elvano. Rubby membuang pandangannya ke samping menatap Elvano. "Paman maunya kemana? Kalau aku sih, lebih baik ke pantai. Karena selain bisa berenang, bisa juga mengajak Amor membuat istana pasir," jawab Rubby. Elvano tampak menimbang usul Istri kecilnya itu. "Oh ... Tidak buruk. Jadi, kita deal ke pantainya? Ajak Andre dan Sergio juga. Agar liburan kita kali ini ramai." "Deal! Aku akan langsung mengajak mereka," ucap Rubby. "Oke, minggu depan, ya! Karena aku harus menyelesaikan
"Simth, aku sudah mengetahui semua kejahatanmu. Apakah kau benar-benar ingin merebut Patrice dari Elvano? Apakah kamu sadar, jika perbuatanmu itu membuat perusahaan merugi?" hardik Lawrence. Kini, pria sepuh itu menemui Simth di sel tahan. Lawrence menatap anak keduanya itu dengan tatapan menusuk saat Simth hanya dapat tertunduk menggunakan baju tahanan dan kedua tangan diborgol. "Ayah, aku hanya iri dengan Elvano. Dia itu hanya cucumu lantas, mengapa kau lebih memilih dia dibandingkan aku yang jauh lebih tua untuk mengurus perusahaan?" keluh Simth. "Bukankah semua sudah masing-masing? Kau mendapatkan perusahaan cabang karena aku berpikir karena Elvano adalah anak muda yang mempunyai inovasi untuk mengembangkan perusahaan. Jika kau ingin profit yang mengesankan, kau juga harus bekerja keras di perusahaanmu. Patrice berjaya karena Elvano. Namun kenapa kalian sendiri yang ingin menjatuhkan perusahaan ini?" tanya Lawrence penuh selidik. Simth menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu,
Lisa yang mengerti, segera berdiri dari duduknya. Dia tahu jika Andre kini sedang membutuhkan privasi berdua dengan mantan pacarnya. "Dokter, aku permisi, ya! Semoga sukses," ucap Lisa sambil tersenyum kepada Andre. Senyuman yang diberikan oleh Lisa seakan menghipnotis dunianya. Dia tidak rela jika wanita itu pergi. Sebab, dia baru melihat senyum paling tulus dan ikhlas dari wanita itu. "Lisa," panggil Andre. Lisa yang sudah melangkah pun menoleh. Wanita itu tidak bertanya, dia hanya menunggu apa yang akan dikatakan oleh Andre. "Dimana ruanganmu?" tanya Andre. "Untuk kanker otak," jawab Lisa yang kemudian berlalu. Hati Andre perih mengetahui jika Lisa mengidap kanker otak. Namun, semangat wanita itu membuat Andre tergugah dirinya merasa begitu malu saat orang lain berjuang untuk hidup lebih lama, sementara dirinya masih berkeluh kesah. "Kanker otak?" gumam Gina ketika dia mendengar ucapan wanita yang tengah menemani Andre. Gina mencengkram kotak kue yang bawa dengan kuat. "To
Elvano memasuki ruang sidang dan terlihat agak tegang. Di antara kerumunan orang, dia melihat paman keduanya, Smith. Dia berjalan menuju meja penasehat hukumnya yang mempersiapkan barang-barangnya."Kamu siap?" tanya penasehat hukum Elvano, mencoba menenangkan Elvano dengan senyum."Aku akan berusaha," sahut Elvano.Saat ini, mereka duduk di bawah pengawasan kakek Lawrence, seorang pengusaha terkenal. Akhir-akhir ini, Elvano terus-menerus merasa ada yang aneh dengan perusahaan Patrice yang dipegangnya. Kekhawatirannya menjadi kenyataan ketika dia menemukan adanya upaya pemalsuan data oleh Olivia, seorang karyawannya.Namun, Elvano yakin bahwa Olivia tidak berbuat sendiri dan mencoba untuk mengungkap kebenaran. Dia sedang dalam proses melakukan investigasi ketika terjadi insiden. Paman Smith, pemilik perusahaan saingan, memakai jasa Olivia untuk melakukan pencurian data.Kini, Elvano berada di meja sidang sebagai saksi. Dia merasa senang karena kakek Lawrence, dengan bantuan penasehat
"Permisi...!" panggil Andre sambil mengetuk pintu di hadapannya. Kini Andre berada di depan pintu ruangan Lisa, wanita yang terkena kanker otak. Andre datang dengan sebuket bunga untuk memberikan kejutan sekaligus ingin mengajak Lisa berliburan bersama keluarga Elvano dan Sergio. Niat Andre ingin membuat Lisa lebih bersemangat menjalani kehidupan ini.Sejak pertemuannya dengan Lisa di atap rumah sakit, Andre menaruh respek dengan wanita itu. Bukan jatuh cinta. Melainkan simpati dan salut dengan semangat wanita itu dalam menjalani hidup. Namun, saat Andre mengetuk pintu di hadapannya berulang kali, tidak ada jawaban dari si empuh dari kamar tersebut. "Dokter Andre, anda mencari Lisa?" Andre terperanjat kaget ketika mendapatkan teguran dari belakang tubuhnya. Pria itupun menoleh dan mendapati seorang perawat sudah berdiri. "Iya, dia kemana, ya?" tanya Andre. "Sepertinya sedang ke tempat terapi, Dok," jawab perawat itu. Sontak Andre merasa kecewa karena tidak dapat memberikan kejut
Hari liburan telah tiba. Kini semua orang sudah berkumpul di bandara untuk perjalanan mereka ke bali. Hanya Andre yang belum datang hingga matahari sudah berada di tengah kepala. "Apakah Andre jadi ikut?" tanya Sergio sambil melihat jam di pergelangan tangannya. Elvano yang tengah menggendong Amora pun menjawab, "katanya, dia sedang menunggu seorang wanita yang ingin Andre ajak." Vina dan Rubby pun terkejut mendengar Andre dekat dnegan seorang wanita. Padahal, sebelumnya Andre sudah menjalin hubungan dengan Gina. Namun hubungan mereka kandas karena Andre yang sudah terlanjur kecewa. "Ha, Andre punya pacar, Paman?" tanya Rubby kepada Elvano. Elvano mengangkat kedua bahunya. "Entahlah. Katanya, itu pasien kanker otak yang dia ajak." Sergio mengernyit heran. "Seorang pasien kanker otak? Andre selalu punya cara unik dalam urusan cinta.""Memangnya dia kenal dari mana?" tanya Vina penasaran.Elvano menjelaskan, "Katanya mereka bertemu di atap rumah sakit. Dan Andre hanya ingin menyem