Share

Chapter 1

Author: Rayana Lovely
last update Last Updated: 2021-08-02 21:47:56

"Rekapitulasi data pengeluaran dan pemasukan perusahaan sudah aku selesaikan. Kau hanya tinggal menandatangani ini!"

Pria berjas hitam bernama Miko itu memberikan map yang berisi beberapa berkas laporan kepada lawan bicaranya yang bernama Tristan. Mereka duduk berhadapan. Hanya sebuah meja kerja yang membatasi jarak keduanya.

Tristan Satria Adinata adalah seorang pria yang merupakan atasan Miko. Dia menjabat sebagai  Chief Executive Officer (CEO) di perusahaan yang dia pimpin, dan Miko adalah sekretaris kepercayaannya. Tak ada panggilan khusus untuk Tristan bagi Miko. Mereka saling memanggil dengan sebutan nama. Sebab mereka adalah sahabat sejati sejak duduk di bangku kuliah.

Miko sempat memanggil Tristan dengan sebutan Tuan, tapi Tristan menentangnya. Tristan tidak setuju Miko memanggilnya dengan sebutan itu. Sebab Tristan tidak ingin keakraban di antara mereka menjadi kaku hanya karena sebuah kedudukan yang berbeda. Hanya ketika mereka sedang menghadapi orang-orang penting saja barulah Tristan meminta Miko untuk memanggilnya dengan panggilan Tuan. Dan Miko menyetujuinya. Karena bagaimanapun, dia harus tetap bersikap profesional dalam pekerjaannya.

Tristan adalah seorang laki-laki tampan berusia tiga puluh lima tahun, berperawakan tinggi besar dengan lengan yang berotot.  Bulu-bulu cambang yang menghiasi rahangnya membuat dirinya semakin terlihat jantan. Di usianya yang cukup matang, pria itu sama sekali belum mempunyai pasangan. Lain halnya dengan Miko yang sudah menikah dan memiliki seorang anak dari wanita yang dia nikahi. 

Begitu tegasnya suara Miko tadi, namun sepertinya Tristan tidak menggubris apa yang diutarakan oleh Miko. Tristan malah fokus memandang ke luar pintu ruangan dengan tangan yang sibuk memutar-mutar bolpoin di samping dagu. Kebetulan pintu ruangan Tristan terbuat dari kaca. Pintu itu dapat melihat aktivitas di luar, tapi kalau dari luar, pintu kaca itu tidak dapat menembus pandang ke dalam.

"Tristan?" Miko menegur heran. Mengamati wajah Tristan dengan seksama.

Tristan tetap saja bergeming. Pandangannya lurus mengarah ke pintu. Matanya sama sekali tak berkedip. Dan itu membuat Miko penasaran. Memaksanya untuk mengikuti arah pandangan bosnya. Miko menoleh ke belakang. Mencari tahu apa yang dilihat oleh bosnya itu. Mencebik ketika melihat apa yang ada di luar ruangan.

Seorang gadis belia, berambut lurus sebahu dengan sebuah nampan di tangannya yang berisi beberapa cup minuman, tampak sibuk memberikan satu persatu minuman itu kepada karyawan yang sibuk di layar komputernya masing-masing. Gadis imut itu tersenyum manis kepada mereka yang mengucapkan terima kasih kepadanya.

Miko menghela nafas. Kembali ke posisi awal. Memandang Tristan yang masih termangu menyaksikan gerak gerik gadis belia itu dari balik pintu kaca. Miko  menyeringai sambil menggelengkan kepalanya. Tidak habis pikir dengan sikap Tristan yang demikian. Miko tahu segalanya tentang Tristan. Begitu juga dengan Tristan. Diantara mereka tidak ada yang saling disembunyikan. Apapun itu.

"Apa kau masih merasakan hal yang sama seperti sebelumnya?" tanya Miko. Berharap Tristan tersentak dari lamunannya dan menjawab 'Tidak'.

"Ya!" jawab Tristan tanpa menoleh ke Miko. 

Miko sampai terkesiap mendengar jawaban Tristan. Karena meskipun Tristan terlihat seperti orang yang sedang melamun, tapi dia dapat merespon apa yang Miko ucapkan. Tristan ternyata sadar. Dia tidak sedang berada di awang-awang.

"Lalu? Apa yang akan kau lakukan?" Miko bertanya lagi.

Tristan menilik rekan kerjanya tersebut. Sebab gadis yang dia perhatikan tadi sudah berlalu pergi. Pandangannya tak lagi mengarah ke pintu. Kini beralih pada dua bola mata Miko yang menatapnya penuh tanya. Terbit seringai tajam dari sudut bibir Tristan.

"Apa gadis itu sudah bisa aku nikahi?" celetuknya to the poin.

Kali ini Miko benar-benar ternganga. Tristan memang tidak pernah memikirkan terlebih dahulu apa yang ingin dia katakan. Tapi bukankah sifat temannya itu memang sudah seperti itu sejak dulu? Dan Miko tahu itu, sebab dia telah bersahabat dengan Tristan sejak lama.

"Jangan bercanda! Ini bukan lelucon!" pekik Miko dengan tegas.

Tristan menghempaskan tubuh ke senderan kursi kekuasaannya, lalu menghela nafas tanpa mengalihkan tatapan tajamnya dari Miko.

"Apa kau pernah melihatku bercanda? Dan kapan aku pernah melayangkan lelucon kepadamu?" Tristan mengunci kedua bola mata Miko dengan tatapannya. Jari-jarinya mengetuk-ngetuk pelan meja kerjanya. Seakan sedang menunggu jawaban dari bibir Miko.

Miko menundukkan pandangan. Tidak dapat menjawab. Sebab dia tahu Tristan bukanlah pria yang suka membual. Apa yang keluar dari mulut Tristan itu adalah benar. Dan Miko tahu jika Tristan sudah punya keinginan dia pasti akan membulatkan tekatnya. Tristan pasti akan berusaha sebisa mungkin untuk mendapatkan segala keinginannya. Tak peduli dengan cara apapun, Tristan tetap akan bertindak. Dia akan melakukan apa saja dan tidak akan peduli dengan pandangan orang lain.

"Tristan, aku tau kau tidak sedang bercanda. Itu sebabnya aku takut kau akan membuktikan kata-katamu! Gimana pun juga kau harus sadar, dia itu bukan gadis yang cocok untukmu. Baik dari segi usia, maupun dari kasta. Kalian berbeda jauh!" tekan Miko mengingatkan.

"Pernyataanmu itu tidak berarti apa-apa bagiku! Aku akan tetap menikahinya!" Tristan menjawab tegas.

"Tristan! Kau sudah gila?! Usianya baru lima belas tahun! Dia masih duduk di bangku sekolah. Sedangkan kau? Ah! Kau adalah seorang pria berusia tiga puluh lima tahun. Jarak usia kalian sangat jauh! Kau tidak dapat menikahi gadis di bawah umur seperti dia. Dan, aku yakin, orang tuanya juga tidak akan setuju dengan keinginanmu! Jadi ku mohon, lupakan dia!" kecam Miko sangar.

Miko tahu kritik dan saran yang keluar dari mulutnya akan sia-sia. Tristan pasti akan mencekalnya. Bukan Tristan namanya kalau dia ciut hanya karena pendapatnya ditentang oleh orang lain.

"Kau tau kan? Tidak ada seorang pun yang bisa mencegahku untuk mendapatkan apa yang aku inginkan!" jawab Tristan menantang.

"Ma-maksudmu? Kau ingin ...."

"Usianya memang jauh di bawahku. Dan aku tau dia masih sangat belia. Tapi, bukankah aku masih bisa menunggunya? Aku akan sabar menunggunya hingga dia benar-benar matang untuk aku nikahi."

Miko hanya bergeming mendengar penuturan bosnya itu. Dilihatnya Tristan yang  menyeringai tajam. Menandakan adanya ancaman di setiap ucapannya.

"Tris, tolong pikirkan lagi." Kali ini dengan nada yang sedikit melemah, Miko kembali menahan Tristan agar tidak bertindak di luar nalar.

"Kau ini kenapa?" balas Tristan ketus. "Aku hanya ingin gadis itu menjadi milikku. Niatku hanya ingin menikah dan memilikinya seutuhnya. Bukan untuk aku permainkan seperti wanita-wanita lain!" tekan Tristan.

"Tapi aku tidak yakin orang tuanya akan setuju! Kau terlalu tua untuk anak mereka!"

"Sudah aku katakan, tak ada siapapun yang bisa menolak keinginanku! Bahkan orang tuanya saja dari dulu sudah bersender di punggungku!" ucap Tristan dengan angkuhnya. Cukup membuat Miko tersadar dari ingatan kalau ; gadis manis penjaga kantin itu adalah anak dari pasangan pria dan wanita paruh baya yang dari dulu sudah  bekerja di kantin perusahaan yang Tristan pimpin. Dan dengan semua kenyataan yang ada, Miko sudah dapat menebak apa yang akan Tristan lakukan jika cintanya ditolak.

"Aku hanya mencoba menahanmu dari hasratmu yang aneh itu! Tris, kau bisa mendapatkan wanita manapun yang kau suka. Kenapa harus gadis belia itu yang kau kejar? Bahkan kau rela menunggunya sampai dia matang dan bisa kau pinang. Aku tidak habis pikir dengan sikapmu yang satu ini!"

"Itu juga tergantung!" sambung Tristan tersenyum sinis.

"Maksudmu?" Miko mulai merasakan gelagat mencurigakan dari ucapan sahabatnya itu.

"Aku tidak tau entah sampai kapan aku bisa menahan gairahku ini!"

"Tristan!"

"Jika aku tidak dapat menahan hasratku padanya, maka aku akan langsung memintanya agar mau menjadi istriku!"

Miko terkejut. Matanya membulat sempurna.

"Tristan, apa yang baru saja kau katakan?! Dia masih belia! Kau ini seperti seorang ...."

"Pedofilia? Begitu?" sambung Tristan.

Miko tidak menjawab. Hanya memandang Tristan lekat-lekat. Sementara Tristan terlihat santai. Dari sorot mata Miko, Tristan dapat memastikan kalau pria itu membenarkan tebakannya.

"Aku rasa begitu!" ucapnya lagi.

"Ya, Tuhan ... Tristan!!"

***

Related chapters

  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 2

    "Grizeeeelle ...."Teriakkan seorang wanita paruh baya berpenampilan sederhana itu memekik telinga. Tersenyum melihat gadis yang sedang sibuk mengilap satu persatu meja dengan selembar kain di tangannya.Gadis yang bernama Grizelle itu berbalik, mencari sumber suara yang meneriaki namanya. Ketika ia menoleh, semilir angin menghembus wajah dan rambutnya. Memperlihatkan lehernya yang jenjang dengan kulit sebening embun. Kedua mata bak kolam madu itu menyipit, memperhatikan siapa yang baru saja memanggil namanya. Dan ketika gadis itu tahu siapa orang yang memanggilnya, ia tersenyum manis."Ibu!" gumamnya. Menghentikanaktivitasnya segera.Lantas, kedua kaki jenjangnya mulai melangkah. Mendekati

    Last Updated : 2021-08-04
  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 3

    Grizelle masih saja mencibir. Bahkan ketika dia sudah tiba di dapur kantin, gadis itu masih saja mengumpat dengan mulut yang berkomat-kamit tak jelas. Bu Ambar yang menyaksikan gerak-gerik anaknya mengerutkan kening."Kenapa tu anak? Tiba-tiba ngedumel begitu!" gumamnya bingung.Penasaran, bu Ambar yang sedang mencuci piring kotor di westafel, terpaksa menghentikan aktivitasnya dan segera mendekati putrinya yang terduduk kesal di kursi pelanggan."Kamu kenapa, Zel? Kok komat-kamit kek gitu?" tanyanya menyelidik."Kesel tau gak sih, Bu! Itu orang kenapa ya sikapnya kayak balok es. Udah dingin, keras lagi! Mentang-mentang punya kekuasaan, trus mandang orang kayak gitu. Sebel!" umpat Grizelle.

    Last Updated : 2021-08-11
  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 4

    Pagi ini, Grizelle dan kakak perempuannya yang bernama Stella, tampak sibuk mondar-mandir melayani karyawan kantor yang sengaja mampir untuk makan atau sekedar memesan secangkir teh hangat atau kopi. Kedua gadis itu dengan cekatan menyiapkan berbagai menu yang dipesan. Bergantian mengantarkan pesanan ke meja pelanggan dengan senyum manis yang mengembang.Dan disaat para karyawan harus kembali ke ruangan mereka masing-masing, Grizelle segera kembali ke dapur kantin. Membereskan piring-piring dan gelas-gelas kotor. Sementara Stella dan dua orang pekerja yang memang sudah lama bekerja dengan orang tua mereka, juga sibuk merapikan meja-meja.Setelah pekerjaannya lempang, barulah Grizelle mulai pada pekerjaan selanjutnya. Mendekati counter dapur, mengambil cangkir dan meletakkannya di atas piring kecil. Dia ambil gula dan kopi

    Last Updated : 2021-08-11
  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 5

    "Hem—" Tristan menarik nafas dan membuangnya pelan. Ekspresi kerasnya sedikit memudar. Ia menatap gadis yang berdiri tak jauh darinya. "Lumayan! Tidak seburuk yang aku kira," ucapnya datar. Tidak seburuk yang aku kira! 'Adakah yang lebih menyebalkan dari pria ini? Kenapa dia bisa-bisanya menilai buruk pekerjaan seseorang sebelum merasakan sendiri hasilnya!' Grizelle membatin. Tak kuasa bersuara. Baginya lebih baik diam daripada merespon ucapan Tristan. Hanya mengumpat dalam hati sambil menyaksikan pria seram ini berceloteh sesuai apa yang ada di otaknya.

    Last Updated : 2021-08-12
  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 6

    Di sebuah restoran yang cukup ternama di salah satu hotel berbintang lima, Tristan dan beberapa staf perusahaan, sedang sibuk membahas tentang apa saja yang menjadi target utama mereka dalam upaya pengembangan bisnis. Miko sebagai kaki tangan dan juru bicara Tristan, dengan lantang menerangkan dan menjelaskan bagaimana caranya agar perusahaan mereka dapat berkembang dengan optimal, meski nyatanya perusahaan itu sendiri sudah berkembang pesat.Miko memberi arahan kepada para karyawan yang baru bergabung di perusahaan itu agar mereka dapat bekerja dengan baik dan dapat mempertahankan pencapaian perusahaan saat ini. Terlihat para staf karyawan begitu menyimak dan sesekali merespon apa yang disampaikan oleh Miko. Mereka tampak antusias dan manggut-manggut ketika Miko memberi arahan.Namun, tidak bagi Tristan. Pria bertampang keras itu terlihat tak menyimak apa yang Miko dan karyawannya perbincangkan. Ia malah asik den

    Last Updated : 2021-08-15
  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 7

    Kantin sudah tutup. Grizelle, Stella dan dua orang pekerja lainnya bersiap-siap untuk pulang."Dek!" Stella menyapa Grizelle di tengah-tengah kesibukannya merapikan tas."Ya, Mbak?" sahut Grizelle."Sepeda motor Mbak mengalami pecah ban. Kayaknya Mbak harus ke bengkel dulu untuk ganti ban.""Oh, ya udah. Biar aku nunggu di depan gerbang. Mbak bisa pergi sendiri kan?""Bisa. Kan bengkelnya gak jauh di sekitar sini. Nanti kalo udah selesai, Mbak bakalan balik jemput kamu.""Oke deh!" Grizelle menyetujui."Kamu gak pa'pa kan Mbak tinggal sendiri?""Gak pa'pa kok, Mbak! Kan udah selesai. Hanya tinggal nyapu sedikit, trus setelah itu aku akan tutup pintu kantin."

    Last Updated : 2021-08-15
  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 8

    Kegelisahan yang luar biasa menyerang Grizelle. Ia benar-benar sedang merasa terancam. Bagaimana tidak, saat ini ia sedang bersama Tristan dalam satu mobil. Berdua dengan pria yang terkenal sangat arrogan dan dingin. Gadis itupun meronta-ronta bermohon pada Tristan agar ia menghentikan mobilnya. "Apa salah saya pada Anda, Tuan! Kenapa Anda memaksa saya seperti ini! Sudah saya katakan kalau saya ini sedang menunggu kakak saya! Tolong hentikan mobilnya!" Grizelle memekik, menarik-narik tangan Tristan yang sedang aktif mengemudi. Berharap pria itu segera menghentikan laju mobil agar ia dapat segera turun dari mobil itu. Diturunkan di jalanan juga tidak mengapa. Asal ia bisa terbebas dari pria bengis yang saat ini memaksa dirinya agar tetap diam di tempat duduk. "Kau tidak perlu takut! Aku tidak akan berbuat macam-macam padamu. Tenanglah!" balas Tristan tegas. Tapi Grizelle tetap saja meronta-ronta ingin Tristan segera mengere

    Last Updated : 2021-08-19
  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 9

    "Zel?"Stella turun dari sepeda motor matic berwarna putih miliknya. Celingak-celinguk memandang ke sekeliling. Mencari sosok Grizelle yang tidak ada di tempat."Zel ...," panggil Stella sedikit lebih keras. Berharap Grizelle menyahut panggilannya.Sunyi. Hening. Tidak ada suara yang terdengar selain desiran angin yang membawa helai demi helai dedaunan jatuh ke tanah."Zel!" panggilnya lagi. Tetapi tetap sama. Tidak ada respon dari si pemilik nama. "Ke mana sih tu anak!" gerutunya.Stella membuka helm yang membungkus kepalanya. Menaruhnya di atas motor matic. Kembali celingak-celinguk mengamati sekeliling. Tidak ada seorang pun yang ada di sana. Mau masuk ke gedung perusahaan lagi, namun Stella sadar kalau gedung itu sudah sunyi. Sebab waktu sudah menunjukkan pukul 18 : 15 WIB.Stella yang ba

    Last Updated : 2021-08-20

Latest chapter

  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 16

    Cahaya keemasan pada lampu di bagian koridor hotel sangat kontras menyirami raga dua insan yang tubuhnya saling berdesakan. Sinar kekuningan itu seakan menjadi saksi bisu atas perlakuan semena-mena Tristan terhadap Grizelle. Disaat seperti itu yang terdengar hanyalah sayub-sayub suara musik klasik yang tentunya mengiringi rasa suka cita para tamu undangan di bagian ballroom hotel.Kedua tubuh itu tak lagi berjarak. Tristan tak lagi memberi ruang pada raga gadis belia yang menjadi teman kencannya malam ini. Sepertinya ia benar-benar ingin menuntaskan hasratnya— pada gadis remaja yang berada dalam kendalinya. Yang ia sendiri menyadari kalau Grizelle telah pasrah dalam kungkungannya.Well, apakah ini yang dinamakan kesempatan kedua untuk Tristan?Grizelle yang merasa tubuhnya semakin terdesak ke dinding, tidak mampu melawan

  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 15

    Grizelle memahami apa yang ada dipikiran Tristan. Pria itu berubah gusar pasti karena mendengar bantahan yang keluar dari mulutnya terhadap ucapan Deby. Grizelle menepis ucapan Deby karena memang di antara dia dan Tristan tidak terjalin hubungan apa-apa. Bahkan untuk menganggap hubungan itu sekedar pertemanan pun, Grizelle sangat meragukannya.Betapa keruhnya air muka Tristan saat ini. Wanita yang sudah dianggapnya paling spesial, dengan berani berkata kalau ia dan dirinya tidak mempunyai hubungan apa-apa. Hatinya terluka. Sebab ia merasa seperti tidak dianggap oleh Grizelle. Meskipun Tristan tidak menepis apa yang keluar dari mulut Grizelle, namun dari raut wajah yang ia tampilkan cukup membuat siapapun yang melihatnya sadar, kalau pria itu sedang tidak dalam kondisi baik.Tristan mencoba menahan diri agar tidak larut dalam emosi meski ia merasa sikap itu sungguh

  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 14

    Malam semakin larut. Waktu yang berangsur naik sama sekali tidak berdampak apa-apa pada jalanan yang masih saja terlihat ramai. Langit yang menggelap karena ditinggal hangatnya sinar mentari, membuat cuaca menjadi dingin. Sebab angin malam datang berhembus semilir membuat malam kian terasa syahdu. Ada bulan di atas sana yang tengah menampakkan diri. Seakan tidak sungkan berdampingan bersama gelapnya suasana malam. Memancarkan sinar emas yang begitu elok menyirami bumi. Begitu indah memantul di tiap-tiap jendela pada gedung-gedung yang menjulang. Ketika sinarnya berpadu bersama kelap kelip lampu jalanan, ketika itu pula sudut kota terlihat cantik dan begitu estetik. Suasana di golden ballroom hotel bintang lima yang Tristan dan Grizelle hadiri berubah kian harmonis. Irama musik yang tadinya bergenre balada, kini berganti dengan alunan musik klasik. Musik bernua

  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 13

    Desiran angin malam menyapa lembut wajah dan rambut Grizelle. Hingga rambut lurus sebahu itu terhembus melayang ke belakang karenanya. Kedua kelopak mata Grizelle urung berkedip, memaksa dua bola mata indah itu agar tetap membulat. Grizelle tercengang. Di hadapannya muncul sosok pria yang begitu mempesona.Tristan Satria Adinata, turun dari mobil mewahnya. Berjalan dengan gagah mendekati Grizelle yang tergemap melihat penampilannya. Tristan terlihat begitu jantan dengan setelan jas berwarna hitam. Dua kancing kemeja putih yang berada di balik jas hitamnya sengaja ia buka. Menampilkan dada bidangnya yang begitu menggairahkan. Rambutnya disisir begitu rapi. Wajahnya begitu tampan dengan senyum yang mengembang. Meski senyum itu bukanlah senyum yang mempunyai maksud buruk, namun senyum itu tetap saja terlihat menyeramkan. Sepertinya, garis keras wajah Tristan memang sudah bawaan lahir.Tristan mengamati Grizelle dari ujung kaki sampai ujun

  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 12

    Ceklek!"Tristan, malam i—"'Ya, Tuhan—'Miko tercegang. Membeku di tempat. Bagaimana tidak, retinanya menangkap jelas adegan Tristan dan Grizelle. Adegan romantis seperti yang terjadi di drama-drama di televisi.Sontak Grizelle menolak dada Tristan. Kaget dengan kehadiran Miko yang secara tiba-tiba muncul di ruangan itu. Tristan yang lemah karena dikuasai hasrat, harus kalah dari tenaga Grizelle yang sebenarnya tidak berarti apa-apa baginya. Tangannya tersingkir dari pinggang ramping gadis itu. Tristan pun tersadar dari halusinasi. Segera Grizelle bergerak menjauh. Tubuhnya seperti melompat keluar dari tubuh Tristan yang mengurung tubuhnya.Grizelle meraba bagian belakang lehernya. Salah tingkah karena Miko masih menatapnya dengan heran. Atau mungkin pria itu kaget karena tidak menyangka kenapa ia dan Tristan dalam posisi seperti tadi."Maa

  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 11

    Tik! Tik! Tik!Dentingan jarum jam terdengar begitu nyaring. Dalam ruangan yang sejuk itu, dua anak manusia yang berlawanan jenis saling beradu pandang dengan ekspresi yang sangat bertolak belakang.Yang satu memancarkan aura kemarahan dengan mimik angkuh, dan yang satu memancarkan aura kesal karena merasa tidak senang dengan perlakuan pria itu kepadanya. Gadis itu kesal setiap kali melihat wajah orang yang ada di depannya. Semua yang tergambar di wajah mereka, tentu saja menggambarkan suasana hati yang tengah mereka rasakan.Tristan Satria Adinata, dengan kedua tangan yang berada di dalam saku celana. Berdiri tegak sejajar dengan gadis yang begitu menekan kejiwaannya. Ia amati wajah dan tubuh Grizelle dengan seksama. Menikmati fantasinya yang selalu saja h

  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 10

    "Apa?? Kau menerornya dengan ancaman?" sentak Miko tak percaya.Respons kaget dari Miko tak membuat Tristan mengalihkan perhatiannya kepada sahabat karibnya itu. Ia berdiri tegak dengan kedua tangan yang berada di dalam saku celana. Memandang ke luar gedung perkantoran yang arsitektur dindingnya terbuat dari kaca. Wajah tampannya yang ditumbuhi jambang, terlihat begitu tegas tanpa ada ekspresi sama sekali."Tris, kau memang sudah gila!" cela Miko yang tengah duduk di sofa tak jauh dari tempat Tristan berdiri.Tanpa memalingkan wajah, Tristan membalas, "ya, aku memang sudah gila. Aku gila karna gadis ingusan itu!" tegasnya.Bagi Miko, ia sudah terbiasa dengan jawaban Tristan yang blak-blakan. Jika sudah begitu, Miko hanya berdecak dan mencibir dalam hati."Lalu, bagaimana dengan responnya? Apa dia

  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 9

    "Zel?"Stella turun dari sepeda motor matic berwarna putih miliknya. Celingak-celinguk memandang ke sekeliling. Mencari sosok Grizelle yang tidak ada di tempat."Zel ...," panggil Stella sedikit lebih keras. Berharap Grizelle menyahut panggilannya.Sunyi. Hening. Tidak ada suara yang terdengar selain desiran angin yang membawa helai demi helai dedaunan jatuh ke tanah."Zel!" panggilnya lagi. Tetapi tetap sama. Tidak ada respon dari si pemilik nama. "Ke mana sih tu anak!" gerutunya.Stella membuka helm yang membungkus kepalanya. Menaruhnya di atas motor matic. Kembali celingak-celinguk mengamati sekeliling. Tidak ada seorang pun yang ada di sana. Mau masuk ke gedung perusahaan lagi, namun Stella sadar kalau gedung itu sudah sunyi. Sebab waktu sudah menunjukkan pukul 18 : 15 WIB.Stella yang ba

  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 8

    Kegelisahan yang luar biasa menyerang Grizelle. Ia benar-benar sedang merasa terancam. Bagaimana tidak, saat ini ia sedang bersama Tristan dalam satu mobil. Berdua dengan pria yang terkenal sangat arrogan dan dingin. Gadis itupun meronta-ronta bermohon pada Tristan agar ia menghentikan mobilnya. "Apa salah saya pada Anda, Tuan! Kenapa Anda memaksa saya seperti ini! Sudah saya katakan kalau saya ini sedang menunggu kakak saya! Tolong hentikan mobilnya!" Grizelle memekik, menarik-narik tangan Tristan yang sedang aktif mengemudi. Berharap pria itu segera menghentikan laju mobil agar ia dapat segera turun dari mobil itu. Diturunkan di jalanan juga tidak mengapa. Asal ia bisa terbebas dari pria bengis yang saat ini memaksa dirinya agar tetap diam di tempat duduk. "Kau tidak perlu takut! Aku tidak akan berbuat macam-macam padamu. Tenanglah!" balas Tristan tegas. Tapi Grizelle tetap saja meronta-ronta ingin Tristan segera mengere

DMCA.com Protection Status