Share

Chapter 3

Author: Rayana Lovely
last update Last Updated: 2021-08-11 19:58:13

Grizelle masih saja mencibir. Bahkan ketika dia sudah tiba di dapur kantin, gadis itu masih saja mengumpat dengan mulut yang berkomat-kamit tak jelas. Bu Ambar yang menyaksikan gerak-gerik anaknya mengerutkan kening.

"Kenapa tu anak? Tiba-tiba ngedumel begitu!" gumamnya bingung.

Penasaran, bu Ambar yang sedang mencuci piring kotor di westafel, terpaksa menghentikan aktivitasnya dan segera mendekati putrinya yang terduduk kesal di kursi pelanggan.

"Kamu kenapa, Zel? Kok komat-kamit kek gitu?" tanyanya menyelidik.

"Kesel tau gak sih, Bu! Itu orang kenapa ya sikapnya kayak balok es. Udah dingin, keras lagi! Mentang-mentang punya kekuasaan, trus mandang orang kayak gitu. Sebel!" umpat Grizelle.

"Maksud kamu Tuan Tristan?"

"Iya, Bu! Siapa lagi!" Grizelle membenarkan.

"Emang apa yang Tuan Tristan lakukan sampe kamu kesal begini?"

"Dia gak ngelakuin apa-apa kok, Bu."

"Lah? Trus?"

"Aku kesal aja. Masa setelah aku antar minumannya, dia malah ngusir aku, Bu! Udah gitu, gak mau bilang terima kasih lagi. Beda banget ama para karyawannya. Mereka malah lebih tau caranya menghargai orang lain. Gak kayak bos mereka yang songong itu!" Grizelle melipat kedua tangannya ke dada dengan perasaan kesal.

"Izel ... jangan gitu dong Nak ngomongnya. Entar kalo Tuan Tristan dengar gimana? Kamu gak mau kan kita diusir dari sini," tutur Bu Ambar memperingatkan. Yang mana membuat Grizelle tersadar dan berhenti mengumpat. Sebab ia tahu kalau Tristan adalah pemilik tempat ini.

"Kesel tau gak, Bu!" Ia mengerucutkan bibirnya.

"Ya, udah gak usah dipikirin! Tuan Tristan kan emang gitu orangnya. Kamu kan tau sendiri gimana sikapnya. Dari dulu memang udah seperti itu. Gak sama kamu aja, sama yang lain juga gitu kok!"

Bu Ambar membujuk putrinya agar melupakan hal yang membuat Grizelle kesal. Ia mengelus-elus pundak Grizelle. Berharap putri sulungnya itu merasa tenang. Tapi Grizelle masih saja cemberut.

"Udah dong, Sayaaang ... jangan cemberut kayak gini, ih! Nanti wajah cantik kamu jadi cepat tua." Bu Ambar dengan senyum manisnya mencoba menggoda Grizelle.

Sudut bibir Grizelle perlahan melengkung. Menciptakan sebuah senyuman yang indah. Kedua manik matanya memandang wajah ibunya yang mulai menua. Bu Ambar membentangkan tangan. Berharap agar Grizelle masuk ke dalam pelukannya. Tentu saja Grizelle menyambut bentangan tangan itu. Dengan segera ia masuk ke dalam pelukan ibunya. Menempelkan kepalanya di dada sang ibu. Tersenyum manis karena merasa nyaman dengan posisinya saat ini.

***

Grizelle mengambil cangkir yang ada di rak piring. Meletakkannya di atas sebuah piring kecil. Lalu, mengambil gula dan sekantung teh celup. Grizelle memasukkan kedua bahan tersebut ke dalam cangkir, kemudian menyeduhnya dengan air panas. Setelah itu, dia mengaduknya untuk kemudian dia bawa ke kamar orang tuanya.

Tok! Tok! Tok!

"Permisi ..." sapa Grizelle. Membuka pintu, berjalan mendekati ayahnya yang terbaring di ranjang, kemudian meletakkan secangkir teh panas yang dia bawa tadi ke atas nakas sebelah ranjang.

"Ini tehnya, Yah!" ucapnya lembut.

"Makasih Izel ..." ucap pak Adi yang tak lain adalah ayah Grizelle.

Grizelle membalasnya dengan senyuman.

"Gimana Yah? Udah agak mendingan gak?" tanya Grizelle serius.

"Yah ... lumayanlah Zel! Udah agak mendingan dari kemarin." Pak Adi bergerak bangkit perlahan untuk duduk. Grizelle langsung membantu ayahnya membenarkan posisi duduknya.

"Hem ... syukurlah kalo begitu. Semoga Ayah bisa segera pulih kembali," harap Grizelle.

Ia duduk di tepi ranjang. Memandang wajah ayahnya dengan iba.

"Amin! Makasih banyak ya Zel. Makasih juga kamu udah mau bantuin Ibu buat ngurusin kantin."

"Memang udah seharusnya itu aku lakuin, Yah. Lagian kalo hanya bantu-bantu Ibu jualan, itu hal yang menyenangkan bagiku. Ayah gak perlu berterima kasih seperti itu!" Grizelle tersenyum, mengelus punggung tangan ayahnya dengan lembut. Menenangkan ayahnya dan berharap agar ayahnya tak lagi memikirkan bagaimana keadaannya saat bekerja di kantin perusahaan sepulang sekolah.

"Zel!" Panggilan Bu Ambar menghentak Grizelle. Grizelle membalikkan badan, memperhatikan ibunya yang berdiri di ambang pintu.

Bu Ambar berjalan mendekati putrinya. Lantas, ikut duduk di tepi ranjang tepat di samping putrinya.

"Ibu minta tolong sama kamu," lanjut Bu Ambar. "Besok kamu libur sekolah dulu yah? Tolong jagain kantin berdua ama kakak kamu. Ibu besok gak bisa ngurusi kantin. Ibu harus bawa Ayah kamu check up ke dokter. Besok kan jadwal konsultasinya Ayah kamu. Jadi ibu minta kamu dan Mbak Stella yang menggantikan tugas Ibu mengurus kantin. Kamu mau yah?" ucap Bu Ambar berharap.

"Oh, baik Bu! Ya udah biar aku dan Mbak Stella yang jagain cafe. Ibu gak usah khawatir, semua akan baik-baik aja. Dijamin deh semua tugas pasti akan kami selesaikan dengan baik!" jawab Grizelle mengacungkan kedua jempolnya.

Bu Ambar tersenyum lebar melihat respon putri bungsunya. Grizelle dan Stella memang anak yang dapat diandalkan. Itu terbukti dengan hasil kerja mereka yang selalu membanggakan kedua orang tuanya. Sekarang dia bisa tenang. Karena besok kantin sudah ada yang jamin. Yaitu kedua putrinya. Meski sudah ada dua pekerja yang bekerja dengannya di kantin tersebut, tapi Bu Ambar akan lebih tenang jika ada salah satu, atau dua keluarganya yang memantau sendiri kondisi kantin tempatnya mencari nafkah.

***

 

Related chapters

  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 4

    Pagi ini, Grizelle dan kakak perempuannya yang bernama Stella, tampak sibuk mondar-mandir melayani karyawan kantor yang sengaja mampir untuk makan atau sekedar memesan secangkir teh hangat atau kopi. Kedua gadis itu dengan cekatan menyiapkan berbagai menu yang dipesan. Bergantian mengantarkan pesanan ke meja pelanggan dengan senyum manis yang mengembang.Dan disaat para karyawan harus kembali ke ruangan mereka masing-masing, Grizelle segera kembali ke dapur kantin. Membereskan piring-piring dan gelas-gelas kotor. Sementara Stella dan dua orang pekerja yang memang sudah lama bekerja dengan orang tua mereka, juga sibuk merapikan meja-meja.Setelah pekerjaannya lempang, barulah Grizelle mulai pada pekerjaan selanjutnya. Mendekati counter dapur, mengambil cangkir dan meletakkannya di atas piring kecil. Dia ambil gula dan kopi

    Last Updated : 2021-08-11
  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 5

    "Hem—" Tristan menarik nafas dan membuangnya pelan. Ekspresi kerasnya sedikit memudar. Ia menatap gadis yang berdiri tak jauh darinya. "Lumayan! Tidak seburuk yang aku kira," ucapnya datar. Tidak seburuk yang aku kira! 'Adakah yang lebih menyebalkan dari pria ini? Kenapa dia bisa-bisanya menilai buruk pekerjaan seseorang sebelum merasakan sendiri hasilnya!' Grizelle membatin. Tak kuasa bersuara. Baginya lebih baik diam daripada merespon ucapan Tristan. Hanya mengumpat dalam hati sambil menyaksikan pria seram ini berceloteh sesuai apa yang ada di otaknya.

    Last Updated : 2021-08-12
  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 6

    Di sebuah restoran yang cukup ternama di salah satu hotel berbintang lima, Tristan dan beberapa staf perusahaan, sedang sibuk membahas tentang apa saja yang menjadi target utama mereka dalam upaya pengembangan bisnis. Miko sebagai kaki tangan dan juru bicara Tristan, dengan lantang menerangkan dan menjelaskan bagaimana caranya agar perusahaan mereka dapat berkembang dengan optimal, meski nyatanya perusahaan itu sendiri sudah berkembang pesat.Miko memberi arahan kepada para karyawan yang baru bergabung di perusahaan itu agar mereka dapat bekerja dengan baik dan dapat mempertahankan pencapaian perusahaan saat ini. Terlihat para staf karyawan begitu menyimak dan sesekali merespon apa yang disampaikan oleh Miko. Mereka tampak antusias dan manggut-manggut ketika Miko memberi arahan.Namun, tidak bagi Tristan. Pria bertampang keras itu terlihat tak menyimak apa yang Miko dan karyawannya perbincangkan. Ia malah asik den

    Last Updated : 2021-08-15
  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 7

    Kantin sudah tutup. Grizelle, Stella dan dua orang pekerja lainnya bersiap-siap untuk pulang."Dek!" Stella menyapa Grizelle di tengah-tengah kesibukannya merapikan tas."Ya, Mbak?" sahut Grizelle."Sepeda motor Mbak mengalami pecah ban. Kayaknya Mbak harus ke bengkel dulu untuk ganti ban.""Oh, ya udah. Biar aku nunggu di depan gerbang. Mbak bisa pergi sendiri kan?""Bisa. Kan bengkelnya gak jauh di sekitar sini. Nanti kalo udah selesai, Mbak bakalan balik jemput kamu.""Oke deh!" Grizelle menyetujui."Kamu gak pa'pa kan Mbak tinggal sendiri?""Gak pa'pa kok, Mbak! Kan udah selesai. Hanya tinggal nyapu sedikit, trus setelah itu aku akan tutup pintu kantin."

    Last Updated : 2021-08-15
  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 8

    Kegelisahan yang luar biasa menyerang Grizelle. Ia benar-benar sedang merasa terancam. Bagaimana tidak, saat ini ia sedang bersama Tristan dalam satu mobil. Berdua dengan pria yang terkenal sangat arrogan dan dingin. Gadis itupun meronta-ronta bermohon pada Tristan agar ia menghentikan mobilnya. "Apa salah saya pada Anda, Tuan! Kenapa Anda memaksa saya seperti ini! Sudah saya katakan kalau saya ini sedang menunggu kakak saya! Tolong hentikan mobilnya!" Grizelle memekik, menarik-narik tangan Tristan yang sedang aktif mengemudi. Berharap pria itu segera menghentikan laju mobil agar ia dapat segera turun dari mobil itu. Diturunkan di jalanan juga tidak mengapa. Asal ia bisa terbebas dari pria bengis yang saat ini memaksa dirinya agar tetap diam di tempat duduk. "Kau tidak perlu takut! Aku tidak akan berbuat macam-macam padamu. Tenanglah!" balas Tristan tegas. Tapi Grizelle tetap saja meronta-ronta ingin Tristan segera mengere

    Last Updated : 2021-08-19
  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 9

    "Zel?"Stella turun dari sepeda motor matic berwarna putih miliknya. Celingak-celinguk memandang ke sekeliling. Mencari sosok Grizelle yang tidak ada di tempat."Zel ...," panggil Stella sedikit lebih keras. Berharap Grizelle menyahut panggilannya.Sunyi. Hening. Tidak ada suara yang terdengar selain desiran angin yang membawa helai demi helai dedaunan jatuh ke tanah."Zel!" panggilnya lagi. Tetapi tetap sama. Tidak ada respon dari si pemilik nama. "Ke mana sih tu anak!" gerutunya.Stella membuka helm yang membungkus kepalanya. Menaruhnya di atas motor matic. Kembali celingak-celinguk mengamati sekeliling. Tidak ada seorang pun yang ada di sana. Mau masuk ke gedung perusahaan lagi, namun Stella sadar kalau gedung itu sudah sunyi. Sebab waktu sudah menunjukkan pukul 18 : 15 WIB.Stella yang ba

    Last Updated : 2021-08-20
  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 10

    "Apa?? Kau menerornya dengan ancaman?" sentak Miko tak percaya.Respons kaget dari Miko tak membuat Tristan mengalihkan perhatiannya kepada sahabat karibnya itu. Ia berdiri tegak dengan kedua tangan yang berada di dalam saku celana. Memandang ke luar gedung perkantoran yang arsitektur dindingnya terbuat dari kaca. Wajah tampannya yang ditumbuhi jambang, terlihat begitu tegas tanpa ada ekspresi sama sekali."Tris, kau memang sudah gila!" cela Miko yang tengah duduk di sofa tak jauh dari tempat Tristan berdiri.Tanpa memalingkan wajah, Tristan membalas, "ya, aku memang sudah gila. Aku gila karna gadis ingusan itu!" tegasnya.Bagi Miko, ia sudah terbiasa dengan jawaban Tristan yang blak-blakan. Jika sudah begitu, Miko hanya berdecak dan mencibir dalam hati."Lalu, bagaimana dengan responnya? Apa dia

    Last Updated : 2021-08-21
  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 11

    Tik! Tik! Tik!Dentingan jarum jam terdengar begitu nyaring. Dalam ruangan yang sejuk itu, dua anak manusia yang berlawanan jenis saling beradu pandang dengan ekspresi yang sangat bertolak belakang.Yang satu memancarkan aura kemarahan dengan mimik angkuh, dan yang satu memancarkan aura kesal karena merasa tidak senang dengan perlakuan pria itu kepadanya. Gadis itu kesal setiap kali melihat wajah orang yang ada di depannya. Semua yang tergambar di wajah mereka, tentu saja menggambarkan suasana hati yang tengah mereka rasakan.Tristan Satria Adinata, dengan kedua tangan yang berada di dalam saku celana. Berdiri tegak sejajar dengan gadis yang begitu menekan kejiwaannya. Ia amati wajah dan tubuh Grizelle dengan seksama. Menikmati fantasinya yang selalu saja h

    Last Updated : 2021-08-25

Latest chapter

  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 16

    Cahaya keemasan pada lampu di bagian koridor hotel sangat kontras menyirami raga dua insan yang tubuhnya saling berdesakan. Sinar kekuningan itu seakan menjadi saksi bisu atas perlakuan semena-mena Tristan terhadap Grizelle. Disaat seperti itu yang terdengar hanyalah sayub-sayub suara musik klasik yang tentunya mengiringi rasa suka cita para tamu undangan di bagian ballroom hotel.Kedua tubuh itu tak lagi berjarak. Tristan tak lagi memberi ruang pada raga gadis belia yang menjadi teman kencannya malam ini. Sepertinya ia benar-benar ingin menuntaskan hasratnya— pada gadis remaja yang berada dalam kendalinya. Yang ia sendiri menyadari kalau Grizelle telah pasrah dalam kungkungannya.Well, apakah ini yang dinamakan kesempatan kedua untuk Tristan?Grizelle yang merasa tubuhnya semakin terdesak ke dinding, tidak mampu melawan

  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 15

    Grizelle memahami apa yang ada dipikiran Tristan. Pria itu berubah gusar pasti karena mendengar bantahan yang keluar dari mulutnya terhadap ucapan Deby. Grizelle menepis ucapan Deby karena memang di antara dia dan Tristan tidak terjalin hubungan apa-apa. Bahkan untuk menganggap hubungan itu sekedar pertemanan pun, Grizelle sangat meragukannya.Betapa keruhnya air muka Tristan saat ini. Wanita yang sudah dianggapnya paling spesial, dengan berani berkata kalau ia dan dirinya tidak mempunyai hubungan apa-apa. Hatinya terluka. Sebab ia merasa seperti tidak dianggap oleh Grizelle. Meskipun Tristan tidak menepis apa yang keluar dari mulut Grizelle, namun dari raut wajah yang ia tampilkan cukup membuat siapapun yang melihatnya sadar, kalau pria itu sedang tidak dalam kondisi baik.Tristan mencoba menahan diri agar tidak larut dalam emosi meski ia merasa sikap itu sungguh

  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 14

    Malam semakin larut. Waktu yang berangsur naik sama sekali tidak berdampak apa-apa pada jalanan yang masih saja terlihat ramai. Langit yang menggelap karena ditinggal hangatnya sinar mentari, membuat cuaca menjadi dingin. Sebab angin malam datang berhembus semilir membuat malam kian terasa syahdu. Ada bulan di atas sana yang tengah menampakkan diri. Seakan tidak sungkan berdampingan bersama gelapnya suasana malam. Memancarkan sinar emas yang begitu elok menyirami bumi. Begitu indah memantul di tiap-tiap jendela pada gedung-gedung yang menjulang. Ketika sinarnya berpadu bersama kelap kelip lampu jalanan, ketika itu pula sudut kota terlihat cantik dan begitu estetik. Suasana di golden ballroom hotel bintang lima yang Tristan dan Grizelle hadiri berubah kian harmonis. Irama musik yang tadinya bergenre balada, kini berganti dengan alunan musik klasik. Musik bernua

  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 13

    Desiran angin malam menyapa lembut wajah dan rambut Grizelle. Hingga rambut lurus sebahu itu terhembus melayang ke belakang karenanya. Kedua kelopak mata Grizelle urung berkedip, memaksa dua bola mata indah itu agar tetap membulat. Grizelle tercengang. Di hadapannya muncul sosok pria yang begitu mempesona.Tristan Satria Adinata, turun dari mobil mewahnya. Berjalan dengan gagah mendekati Grizelle yang tergemap melihat penampilannya. Tristan terlihat begitu jantan dengan setelan jas berwarna hitam. Dua kancing kemeja putih yang berada di balik jas hitamnya sengaja ia buka. Menampilkan dada bidangnya yang begitu menggairahkan. Rambutnya disisir begitu rapi. Wajahnya begitu tampan dengan senyum yang mengembang. Meski senyum itu bukanlah senyum yang mempunyai maksud buruk, namun senyum itu tetap saja terlihat menyeramkan. Sepertinya, garis keras wajah Tristan memang sudah bawaan lahir.Tristan mengamati Grizelle dari ujung kaki sampai ujun

  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 12

    Ceklek!"Tristan, malam i—"'Ya, Tuhan—'Miko tercegang. Membeku di tempat. Bagaimana tidak, retinanya menangkap jelas adegan Tristan dan Grizelle. Adegan romantis seperti yang terjadi di drama-drama di televisi.Sontak Grizelle menolak dada Tristan. Kaget dengan kehadiran Miko yang secara tiba-tiba muncul di ruangan itu. Tristan yang lemah karena dikuasai hasrat, harus kalah dari tenaga Grizelle yang sebenarnya tidak berarti apa-apa baginya. Tangannya tersingkir dari pinggang ramping gadis itu. Tristan pun tersadar dari halusinasi. Segera Grizelle bergerak menjauh. Tubuhnya seperti melompat keluar dari tubuh Tristan yang mengurung tubuhnya.Grizelle meraba bagian belakang lehernya. Salah tingkah karena Miko masih menatapnya dengan heran. Atau mungkin pria itu kaget karena tidak menyangka kenapa ia dan Tristan dalam posisi seperti tadi."Maa

  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 11

    Tik! Tik! Tik!Dentingan jarum jam terdengar begitu nyaring. Dalam ruangan yang sejuk itu, dua anak manusia yang berlawanan jenis saling beradu pandang dengan ekspresi yang sangat bertolak belakang.Yang satu memancarkan aura kemarahan dengan mimik angkuh, dan yang satu memancarkan aura kesal karena merasa tidak senang dengan perlakuan pria itu kepadanya. Gadis itu kesal setiap kali melihat wajah orang yang ada di depannya. Semua yang tergambar di wajah mereka, tentu saja menggambarkan suasana hati yang tengah mereka rasakan.Tristan Satria Adinata, dengan kedua tangan yang berada di dalam saku celana. Berdiri tegak sejajar dengan gadis yang begitu menekan kejiwaannya. Ia amati wajah dan tubuh Grizelle dengan seksama. Menikmati fantasinya yang selalu saja h

  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 10

    "Apa?? Kau menerornya dengan ancaman?" sentak Miko tak percaya.Respons kaget dari Miko tak membuat Tristan mengalihkan perhatiannya kepada sahabat karibnya itu. Ia berdiri tegak dengan kedua tangan yang berada di dalam saku celana. Memandang ke luar gedung perkantoran yang arsitektur dindingnya terbuat dari kaca. Wajah tampannya yang ditumbuhi jambang, terlihat begitu tegas tanpa ada ekspresi sama sekali."Tris, kau memang sudah gila!" cela Miko yang tengah duduk di sofa tak jauh dari tempat Tristan berdiri.Tanpa memalingkan wajah, Tristan membalas, "ya, aku memang sudah gila. Aku gila karna gadis ingusan itu!" tegasnya.Bagi Miko, ia sudah terbiasa dengan jawaban Tristan yang blak-blakan. Jika sudah begitu, Miko hanya berdecak dan mencibir dalam hati."Lalu, bagaimana dengan responnya? Apa dia

  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 9

    "Zel?"Stella turun dari sepeda motor matic berwarna putih miliknya. Celingak-celinguk memandang ke sekeliling. Mencari sosok Grizelle yang tidak ada di tempat."Zel ...," panggil Stella sedikit lebih keras. Berharap Grizelle menyahut panggilannya.Sunyi. Hening. Tidak ada suara yang terdengar selain desiran angin yang membawa helai demi helai dedaunan jatuh ke tanah."Zel!" panggilnya lagi. Tetapi tetap sama. Tidak ada respon dari si pemilik nama. "Ke mana sih tu anak!" gerutunya.Stella membuka helm yang membungkus kepalanya. Menaruhnya di atas motor matic. Kembali celingak-celinguk mengamati sekeliling. Tidak ada seorang pun yang ada di sana. Mau masuk ke gedung perusahaan lagi, namun Stella sadar kalau gedung itu sudah sunyi. Sebab waktu sudah menunjukkan pukul 18 : 15 WIB.Stella yang ba

  • Gairah CEO Yang Mengancam   Chapter 8

    Kegelisahan yang luar biasa menyerang Grizelle. Ia benar-benar sedang merasa terancam. Bagaimana tidak, saat ini ia sedang bersama Tristan dalam satu mobil. Berdua dengan pria yang terkenal sangat arrogan dan dingin. Gadis itupun meronta-ronta bermohon pada Tristan agar ia menghentikan mobilnya. "Apa salah saya pada Anda, Tuan! Kenapa Anda memaksa saya seperti ini! Sudah saya katakan kalau saya ini sedang menunggu kakak saya! Tolong hentikan mobilnya!" Grizelle memekik, menarik-narik tangan Tristan yang sedang aktif mengemudi. Berharap pria itu segera menghentikan laju mobil agar ia dapat segera turun dari mobil itu. Diturunkan di jalanan juga tidak mengapa. Asal ia bisa terbebas dari pria bengis yang saat ini memaksa dirinya agar tetap diam di tempat duduk. "Kau tidak perlu takut! Aku tidak akan berbuat macam-macam padamu. Tenanglah!" balas Tristan tegas. Tapi Grizelle tetap saja meronta-ronta ingin Tristan segera mengere

DMCA.com Protection Status