Kepala pelayan Henry menerima instruksi dari Arianne lalu meninggalkan rumah sakit dengan pengawal. Akhirnya Arianne ambruk di kursi. “Tiffie… perutku sakit sekali…”Tiffany menyeka air matanya dan berteriak memanggil dokter. Dokter melakukan pemeriksaan awal pada Arianne dan menyimpulkan. “Kau sedang mengalami gejala keguguran. Kau sebaiknya beristirahat. Kami hanya bisa memeriksa lebih lanjut setelah setidaknya seminggu, kesehatanmu sangat lemah.”Tiffany terkejut. “Kau hamil? Anak siapa ini?”Arianne menghela nafas. “Menurutmu anak siapa?”“Itu tidak mungkin… anak Will kan?” ucap Tiffany pelan.Arianne menjawab. “Tiffie, aku tidak mungkin bisa melakukan hal seperti itu. Ini anak Mark. tolong rahasiakan kehamilanku. Dia tidak mengetahuinya.”“Apa? Dia tidak tahu? Kenapa kau tidak memberitahunya? Mungkin dia akan memperlakukanmu lebih baik jika kau memberitahukannya. Kau benar-benar harus belajar bagaimana cara untuk menjaga dirimu sendiri. Jangan seperti aku. Aku memberikan seg
Aery merasa jengkel, tetapi dia perlu tetap tersenyum di depan Mark. “Sepertinya kau sedang kesal, kak. Mungkinkah itu karena kau keluar semalaman kemarin bertemu seseorang yang tidak seharusnya kau temui?”Arianne melirik ke arah Mark, yang sedang duduk di sofa dengan ekspresi yang tidak dapat di artikan di wajahnya. Dia lalu pergi ke lantai atas dalam diam, tidak memberi jawaban sama sekali.Dia telah melihat berkas-berkas itu di atas meja kecil. Karena Helen telah datang sendiri, maka mereka harus membahas tentang bisnisnya. Meskipun demikian, dia masih tidak ingin melihat dua wanita yang dia benci.Karena sedang tidak enak badan, dia berbaring di tempat tidur, tidak dapat tidur nyenyak. Rasanya seperti dia baru berbaring sebentar saat Mary memanggilnya untuk makan. Namun, ketika dia bangkit dan melihat ke arah jam, waktu telah menunjukan tengah hari.Arianne mengangkat kakinya dengan hati-hati ketika dia bangkit dari tempat tidur. Dia tidak ingin mengagetkan bayi yang sedang be
Arianne tidak berkata-kata. Dia berhati-hati menuruni tangga dan memasuki ruang makan. Mark melihat ke arahnya dengan acuh tak acuh. “Kau perlu seseorang mengundangmu untuk makan? Tidakkah aku pernah mengajarimu aturannya?”Dia duduk dan mulai makan seorang diri karena dia memang lapar. Selain itu, dia yakin bahwa Mark tidak akan melakukan apapun pada dirinya dihadapan Helen. Lagipula, dia masih perlu menjaga citra sempurnanya di depan orang lain. Memasang muka masam adalah yang paling mungkin dia lakukan.Helen melihat ke arah Arianne dengan tatapan keibuan. “Mark, aku sangat amat bersyukur atas semua kepedulian yang telah kau berikan pada Ari dahulu. Sebagai seorang ibu, aku tidak bisa tidak merasa malu.”Aery tidak dapat melanjutkan melihat pertunjukan ini. Sebelum Mark menjawabnya, dia menyela, “Mark sayang, kau sungguh orang yang baik. Membayangkan bahwa kau bisa mengurus seorang anak dari musuh dan memberinya makan selama beberapa dekade.”Ekspresi wajah Helen berubah datar s
”Arianne, aku pergi,” Helen dengan hati-hati memanggil. “Periksakanlah ke dokter jika kau tidak enak badan. Jangan dibiarkan saja.”Dia tidak dapat menahan kekesalannya. “Bukan tempatmu untuk memikirkan tentangku, bu Kinsey,” jawabnya dingin. “Kau perlu lebih memikirkan tentang anggota keluarga Kinsey.”Tubuh Helen terasa kaku. Dia merasa sedikit malu. Aery menarik Helen. “Tolong jangan biarkan dirimu jadi korban orang yang tidak ramah, bu. Kau mungkin ingin mengakui dia sebagai anakmu, tetapi dia tidak ingin mengakuimu sebagai ibunya.”Helen menghela nafas dan perlahan berjalan menuruni tangga untuk pergi. Aery merasa sangat kesal. Ada kalanya, dia adalah satu-satunya anak perempuan di mata Helen. Namun, Arianne menampakkan dirinya tiba-tiba, dan dia juga mengendalikan lelaki yang ia cinta. Pikiran itu membuatnya sangat marah!Tidak lama setelahnya, keadaan di luar menjadi hening. Arianne bangun dan turun ke lantai bawah untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan.Tepat saat dia kel
Arianne takut jika Tiffany mungkin tidak sengaja memberitahu rahasianya, jadi dia segera membatahnya. “Aku tidak apa. Aku tidak akan berhenti khawatir jika aku tidak membantumu juga.”Will tersenyum. “Tunggulah aku. Aku harus pergi ke kamar kecil.”Tiffany menggenggam tangan Arianne setelah Will pergi. “Tanganmu begitu dingin. Dokter menyuruhmu kemarin untuk beristirahat selama satu minggu, tapi kau masih berkeliaran. Will bisa membantuku. Kenapa kau tidak pulang?”Karena Arianne sudah disini juga, tentu saja, dia tidak berencana untuk pergi sekarang. “Baik sudahi. Jangan menyampaikan hal yang tidak-tidak di depan Will. Aku baik-baik saja.”Di sisi lain, Will telah sampai di depan pintu kamar kecil ketika dia menghentikan langkah kakinya. Matanya menangkap sepasang mata dingin. Setelah hening sesaat, dia berkata, “Jangan katakan bahwa kau membuntuti Ari sampai sini?”Tatapan Mark berubah gelap. “Ari? Sepertinya kau cukup dekat dengan istriku.”Will terhenyak mendengar kata ‘istri
Will melirik ke arah Arianne namun tidak memberi tahu perjumpaannya dengan Mark. “Bukan apa-apa. Sudah larut, mari kita sudahi. Tiffie, kau harus pulang ke rumah dan menemani ibumu.”Tiffany menghela. “Kau tahu seperti apa ibuku. Sekarang ayahku pergi, dia mungkin tidak akan dapat kembali normal selama beberapa tahun.”Arianne mengangguk, “Lalu dia pergi. Hubungi aku jika kau butuh apapun.”Tepat saat dia berucap, dia menyadari sebuah mobil Rolls-Royce hitam tidak jauh terparkir. Dia ingat plat nomor mobilnya dengan baik - itu adalah mobil Mark...Hanya butuh sesaat bagi Brian untuk keluar dari mobil, berjalan ke arahnya, dan mengambil tasnya. “Waktunya pergi, nyonya.”Arianne tidak mengira akan melihat Mark di sini. Dia melihat ke arah Will dan Tiffany lalu mengikuti Brian ke dalam mobil tanpa berucap sepatah katapun.Ekspresi Mark di dalam mobil sulit untuk dipahami. “Apa yang kau lakukan disini?” tanya Arianne.Dia melihat ke arah gedung-gedung yang terlewati. “Kenapa aku tid
Mark sudah memesan agar ini disiapkan sejak kemarin. Kebetulan, Helen dan Aery mengunjungi mereka juga hari ini. Arianne tidak yakin apakah dia mempersiapkannya secara khusus untuk Aery, tapi bahan-bahannya ternyata datang terlambat dan Aery tidak bisa menunggu hingga jam makan malam.Udang dengan kualitas tinggi ini sangat sulit ditemukan dalam musim sekarang. Mark pasti sudah bersusah payah berusaha memesan ini dari luar negeri.Dia baru saja memasukan udang ke mulutnya, saat Mark tiba di ruang makan. Ketika Arianne melihat wajahnya, dia mengira kalau Mark marah karena dia sudah mulai makan duluan. Saat dia sedang ragu apakah dia harus melepeh udangnya atau tidak, Mark mendorong sepiring penuh udang ke hadapannya dan berkata. “Tidak tahu tata krama meja makan.”Arianne lalu teringat kalau Mark tidak pernah makan udang.Walaupun nada suaranya tidak ramah. Dia tidak peduli dengan peraturan lagi saat ini. Dia mengangkat tangannya dan segunung kulit udang sudah muncul di hadapannya.
Sudah lama sejak terakhir kali mereka makan bersama dan menghabiskan waktu dirumah yang sama. Mark tidak mengambil inisiatif untuk bicara padanya beberapa hari terakhir ini, maka Arianne menghentikan langkahnya saat dia mendengar ini. “Aku… tidak suka dengan bau rokoknya. Kau merokok saja, aku akan tidur di kamar tamu.”Arianne tidak pernah mengatakan apapun soal kebenciannya pada kebiasaan merokoknya sebelumnya… tatapan rumit tersirat dimata Mark. dia lalu melempar bungkus rokok ke tong sampah, bangun dari kursi dan berjalan ke tempat tidur. “Tidurlah.”Arianne terkejut. Dia tidak mengerti apa maksudnya. Apakah dia membuang bungkus rokoknya karena dia baru saja mengatakan kalau dia benci bau rokok? Itu tampak tidak mungkin kalau dia melakukannya hanya karena mempertimbangkan dirinya. Kemungkinan paling besar disini adalah dia sedang merasa kesal…Dia merasa bingung sesaat, lalu berjalan ke tong sampah dan mengambil kembali bungkus rokoknya. Tempat sampah di kamar mereka selalu bers